Catatan untuk Wanita Lemah

“Ladies, surga bukan urusanmu atau suamimu. Maka,  jadi wanita harus kuat dan berani. Bukan lemah dan penuh ratapan diri!”

Okay, perlu disampaikan bahwa saya memilih sikap berdiri tegak. Lalu memberikan hormat setinggi-tingginya, pada wanita yang memiliki keberanian untuk membongkar pengkhianatan suaminya.

Daripada wanita yang sudah jelas dikhianati, mengeluh kesakitan setiap hari, curhat ke sana-sini, sampai menangis di pojokan kamar dengan perih hati, tapi berdiam diri atas sikap suami yang seperti itu.

Alasannya, apalagi kalo bukan dogma. Berpikir bahwa dengan disakiti seperti itu, adalah jalan menuju surga.  Preet, ah!

Ingat ini, Ladies. Surga itu bukan menjadi urusanmu. Juga bukan urusan suamimu.

But, meski demikian. Baiklah, mari kita berbicara sedikit tentang jalan surga.

Dirimu pasti pernah mendengar, “Al imanu huwa tasdiku bi qolbi, wa ikraru bi lisani, wa a’malu bi arkan,”   kan?.

Bahwa iman adalah pembenaran hati. Diikrarkan melalui lisan. Dan dibuktikan dengan amal perbuatan.

Sampai di sini, pahamilah. Bahwa untuk menegakkan iman, utamanya adalah dengan perbuatan.

Juga, kamu pasti pernah mendengar, “Man roa minkum munkaro, fal yughoyirhu biyadihi, fa illam yastati’ fabilisanihi, fa illam yatati’ fa biqolbihi, wa dzalika adh’aful iman,” kan?

Bahwa barang siapa melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya dengan perbuataan. Bila enggak mampu, maka dengan lisan. Bila enggak mampu juga, maka dengan hatinya. Dan yang terakhir itu, adalah  selemah-lemah iman. (HR. Muslim)

Paham maksudnya??

Begini…

Dirimu berbicara surga. Tapi saat suamimu melakukan kemungkaran dengan berkhianat tepat di hadapanmu, eh, dirimu malah mendiamkan. 

Bahkan, lebih cenderung membiarkannya. Dan hanya berdoa saja tanpa berbuat apa-apa. Selemah itu  usahamu. Semelempem itu penegaakan imanmu, kok ya masih berani mengharap surga.

Oh, come’on, Ladies.

Harusnya kamu sadar. Bahwa mengubah kemungkaran yang dalam hal ini pengkhianatan suamimu termasuk di dalamnya, adalah bagian dari menegakkan imanmu. Yang mungkin saja berujung pada surga yang kamu idamkan.

Lha bagaimana mau dapat surga, sedang untuk menegakkan tiang keimanan saja dirimu sebegitu lemahnya. Membiarkan kemunkaran terjadi di depan matamu. Pengkhianatan suamimu. Dirimu bisanya, cuma nangis di pojokan kamar saja.

Suamimu berkhianat???

Hajar. Libas. Luruskan!

Lakukan dengan cara cerdas. Santun. Juga berkelas.  Jangan didiamkan.

Luruskan semaksimal mungkin kekeliruannya dengan perbuatanmu. Perbuatanmu. Dan  perbuatanmu. Bukan sekadar lisan apalagi doamu.

Beda cerita kalau dirimu sudah lumpuh enggak mampu berdiri lagi, baru dengan lisanmu. Atau jika dirimu sudah bisu, silakan dengan hati dan doamu. Namun ingat, hal itu adalah selemah-lemahnya iman.

Ladies, jadi wanita harus kuat dan berani. Bukan lemah dan penuh ratapan diri.

Lagian, memang bisa iman yang lemah membawamu menuju surga?

Think about it!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.