Belajar Cinta pada Rahwana

“Sebagian wanita berkata ‘A gentle bad guy, lebih seksi dan menawan ketimbang A hypocrite good guy.’ Seperti Rahwana dan Rama.”

Rahwana sebagai Raja Alengka, hanya mencintai satu perempuan, Dewi Setyawati. Hingga Dewi itu meninggal dan terlahir kembali sebagai Shinta, kesetiaan itu tetap tersimpan utuh.

Rahwana mencintai Sinta dengan segenap jiwa, seperti saat ia mencintai Setyawati. Hanya saja. Sinta bukan seorang yang dengan mudah untuk dimiliki juga realitasnya Shinta telah menjadi isteri ksatria lain, Rama. Karena sebuah sayembara.

Singkat cerita, Rahwana menculik Shinta dan menyekapnya selama bertahun-tahun.

Dalam penyekapan itu, Rahwana terus berusaha membahagiakan Sinta. Menyenangkannya dengan berbagai usaha untuk mendapatkan hati Sinta tanpa memaksa.

Rahwana yang ketika itu adalah Raja yang sangat ditakuti oleh kerajaan lain, sejatinya bisa berbuat apa saja terhadap Sinta. Namun, ia justru memilih jalan kelembutan untuk meluluhkan Shinta.

Pantang baginya menyentuh Shinta, sebelum Shinta sendiri yang membuka hati untuknya. Rahwana benar-benar meletakkan Shinta pada posisi yang semestinya sebagai wanita yang ia cinta.

Rahwana tau, cinta sejati tak butuh dipaksa. Ia memilih untuk menunggu, hal terbaik agar Sinta tak terluka. Agar Shinta mencintai sepenuh hati. Suatu saat nanti. Entah kapan. Meski Rahwana tau, titisan Dewi Setyawati itu terlahir sebagai Shinta dengan sifat yang begitu setia pada suaminya, Rama.

Dalam masa itu, kerajaan Alengka dibawah Rahwana berubah drastis. Seluruh rakyat begitu mencintai Rahwana yang kian hari kian menjadi sosok Raksasa lembut karena kehadiran Shinta. Meski ia belum mampu menaklukan hatinya.

Berjalannya waktu Shinta mulai luluh tapi juga Bimbang. Satu sisi dia melihat ketulusan cinta Rahwana pada dirinya, di sisi lain dia tak ingin menghianati cinta pada suaminya, Rama. Meski nyatanya, Rama bertahun-tahun tak kunjung menjemputnya, yang terkadang membuat Sinta berpikir apakah Rama benar-benar mencintainya.

Jauh di negeri seberang, Rama sibuk perang sana-sani menaklukan kerajaan lain. Mengumpulkan pasukan guna menghadapi Rahwana. Dia sadar, Rahwana adalah ksatria yang sulit ditaklukan. Sebagian cerita menilai, bahwa yang dilakukan oleh Rama adalah bentuk pengecutnya seorang pria dalam memperjuangkan wanita yang dicintainya, Shinta.

Pengecutnya Rama makin terlihat tatkala dia mengutus Hanoman untuk menyelamatkan Shinta. Terang saja Shinta menolak. Shinta meminta pada Hanoman agar menyampaikan pesan pada Rama. “Jika benar Rama mencintaiku, dirinyalah yang harus menjemputku!”

Rama akhirnya datang dengan bala pasukan yang bertahun-tahun ia kumpulkan. Perang besar pun terjadi.

Negeri Alengka hancur lebur. Seluruh rakyatnya rela hilang nyawa demi membela raja mereka, Rahwana. Demi mewujudkan cinta raja pada Shinta. Sebelum perpisahan, terjadilah perbincangan romantis antara Shinta dan Rahwana.

“Rahwana, kau jangan menghadapi suamiku, dia sungguh sakti,“ kata Shinta.

“Tidak Shinta, aku seorang kesatria dan aku harus memperjuangkan apa yang dapat kuperjuangkan.”

“Tapi Rahwana, Rama itu titisan Dewa, kau tidak akan bisa mengalahkannya.“

“Wahai Dewi, seandainya aku harus mati, aku akan tetap menghadapinya.”

“Rahwana, Tidakkah Kau lihat negerimu sudah hancur? Dan rakyatmu sudah banyak yang gugur?!”

“Justru itu Shinta. Raja macam apa aku ini jika rakyatku mengorbankan dirinya untukku sedangkan aku bersembunyi? Jika pertarungan ini bukan untuk aku bisa mendapatkanmu, maka ini adalah untuk kehormatan bangsa dan rakyatku.”

Shinta sempat memegang pundak Rahwana untuk pertama kali. Lalu mengatakan bahwa ia pun mencintainya tapi tak ingin menghianati suaminya, Rama. Rahwana memahami.

Rahwana pun pergi ke medan pertempuran lalu mati di tangan Rama. Menyisakan pesan kematian yang dalam sebagai pemuja cinta. Sebuah ungkapan dari hati yang mengerti seperti apa cinta sejati seharusnya.

“Rama, aku mencintai Shinta! aku akan melakukan apapun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut mengacau ini, sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan cintanya. Cinta yang selalu kujaga sepenuh jiwa. Cinta yang membuatku tak pernah ingin menyakiti dan menyentuhnya!”

Demikian cara Rahwana mencurahkan cintanya. Cinta sejati yang tentu tak pernah ingin dia rasakan sakitnya.

Bagaimana dengan Rama?

Rama menikahi Shinta hanya karena sebuah sayembara. Berjalannya waktu, Shinta pun mencintai Rama. Meski bertahun-tahun Rama tak kunjung menjemputnya dari tangan Rahwana, namun Shinta tetap menjaga kesetiaannya.

Setelah berhasil merebut Shinta dari tangan Rahwana, apa yang dilakukan Rama?

Rama justru meragukan kesucian Sinta. Hilang rasa percaya yang seharusnya dimiliki oleh manusia pemuja cinta dan setia.

Rama justru menuduh Shinta tak mampu menjaga kesuciannya. Sampai Shinta bersedia dibakar dalam api suci untuk membuktikan bahwa kesuciannya masih terjaga, pun Rama tetap tidak percaya.

Bahkan beberapa kisah ada yang bercerita, bahwa perang yang dilakukan oleh Rama bukanlah untuk menjemput Shinta. Melainkan, untuk menjaga harga diri dimata rakyatnya. Untuk membuktikan, bahwa dia lebih unggul dari Rahwana.

Sebagian cerita lain mengatakan, bahwa Rama menjemput Shinta karena ingin menghukumnya. Menyiksanya melalui kedua tangannya sendiri karena Shinta dianggap tidak patuh pada perintahnya, hingga akhirnya diculik oleh Rahwana.

Sebagian relief di Canti Prambanan menggambarkan, akhirnya Rama mengusir Sinta dalam kondisi hamil. Dalam pengusirannya, Shinta ditemukan sudah tak bernyawa. Dalam pertapaannya.

Rama pria pengagung cinta?!

No! Dia cowok Pe’A!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.