“Hidupi lembaranmu, Sayang!”

“Maka teruslah tuliskan, jangan pernah hentikan!”

Sayang perhatikan ini…

Apapun yang kau tuliskan, apapun yang kau siratkan, baik tentang semesta, segala rupa manusia, kisah tentang makhluk-makhluk-Nya, hingga tentang hati dan bahkan mengenai ceritamu sendiri, sejatinya bukanlah dirimu yang menulisakannya.

Ada pena lain yang Maha. Ada siratan lain yang penuh Kuasa. Yang menuliskan itu semua bahkan jauh sebelum segala cerita dituliskan oleh pena-pena dunia, termasuk pena mu.

Dia-lah, Rabb mu. Titik Dzat emanasi, yang kemudian menjadi muasal semua goresan tinta semesta. Yang menjadi kisah takdir-takdir pengisi dunia. Termasuk takdirmu, takdirku, dan takdir kita.

Segala tulisan yang ada kemudian, hanyalah sebuah penegasan kisah yang bahkan tak pernah kita ketahui seperti apa akhir ceritanya.

Sayang bersabarlah. Tak perlu kau khawatir akan sebuah cerita, tak perlu pula kau bersedih pada rangkaian kisah yang dituliskan-Nya. Karena dirimu hanya perlu mencari hikmahnya.

Apa yang perlu kau lakukan?

Kau hanya perlu menghidupi tiap lembaran kisahmu. Dengan berpikir serta bersyukur.

Memikirkan hikmah di balik setiap takdir kisah. Lalu mensyukuri setiap hikmah yang telah kau temukan dan menuliskan ulang semua. Untuk kau tuturkan kembali pada banyak jiwa yang membacanya, sebagai pelajaran juga untuk penguatan banyak insan.

Maka teruslah tuliskan, jangan pernah hentikan!

Sampai nanti di suatu halaman, beharap pena di genggamanmu akan mulai tergerak sendiri. Menari-nari untuk menuliskan namaku nanti. Mulai halaman itu, lalu mengisi halaman-halaman seterusnya. Tak ada jeda meskipun satupun halaman saja. Tak terhenti menyertai segala kisahmu nantinya, hingga halaman terakhirnya. Maka tuliskan, terus tuliskan.

Biarkanlah Dzat itu memandumu. Mengawasimu dalam rajutan frasa ketika kau menuliskannya. Biarlah Dia membimbingmu melalui penglihatannmu. Lewat indramu.

Rasakanlah bahwa Ada Tuhan di Matamu, Sayang. Tuliskanlah yang baik-baik saja. Hidupi lembaranmu. Tentangmu. Juga tentang kita, nantinya.

Aku menunggumu di suatu halaman. Lekas temukanlah. Lekas. Aku menanti.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.