Jangan Pelit Menulis Pesan!

”Jangan siksa mereka melalui tulisan pada pesanmu yang bikin puyeng itu!”

Sebagian dari kita, sadar atau tidak, mungkin pernah “menyiksa” orang lain melalui tulisan pada pesan yang kita kirimkan. Membuat mereka mengernyitkan dahi untuk berpikir sekian detik bahkan menit, guna memahami apa maksud yang ingin kita sampaikan.

Mengapa?

Itu karena kebiasaan kita menyingkat kata. Apalagi singkatan yang tidak familiar di mata mereka. Serta keengganan kita menggunakan tanda baca saat menuliskannya.

Please, jangan lagi siksa mereka. Para penerima pesanmu itu. Hanya karena gaya menulismu yang disingkat-singkat serta tanpa tanda baca itu. Kasihan mereka, nanti stres dibanting pula telepon selulernya.

Dulu saat aplikasi perpesanan belum pada lahir, kita menggunakan SMS untuk mengirimkan pesan. Wajar jika kita menyingkat kata dan tulisan di sana. Namanya aja SMS (Short Message Service) atau layanan pesan singkat.

Lha sekarang?

Di aplikasi perpesanan yang lebih modern, masa’ pesanmu mau disingkat-singkat juga? Padahal tidak ada pembatasan karakter di sana. Mau nulis sebanyak kata dalam kamus kek, asal kuotamu mencukupi, asal jarimu mumpuni, silahkan aja.

So akhirnya. Jangan berpikir buruk dulu pada orang lain jika mereka kadang tidak membalas pesanmu.

Mungkin bukan disebabkan mereka enggan. Tapi bisa jadi, karena mereka keburu pingsan akibat kejang dan pusing memikirkan maksud tulisan dalam pesanmu. Yang disingkat-singkat seenak pusermu itu. Serta terkadang tanpa tanda baca untuk menjeda. Panjang dan lama kalimatnya, seperti Coki-Coki.

Jika kamu ingin mereka mengerti maksud pesanmu, maka kamu juga harus membuat mereka mengerti lewat tulisanmu. Tanpa perlu menyingkat, dan gunakan selalu tanda baca agar terbaca nikmat.

Sukur-sukur, sebisa mungkin kamu mau menggunakan EBI. Dan sesuaikan etika diksinya dengan penerima pesanmu.

Jika pembaca pesanmu petani, ya gunakan diksi yang mudah mereka mengerti. Jika pembaca pesanmu Presiden, ya gunakan diksi formal yang disesuaikan dengan Panduan Umum EBI.

Tau, kan EBI?

Itu lho, Ejaan Bahasa Indonesia pengganti EYD. Bukan Ebi sebutan untuk anak udang. Apalagi temennya singkong. itu UBI!

Paham kan kamu, Yank?
Peyank!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.