Sekadar Pesan untuk Wanita

“Hati-hati dengan prinsip, ‘Jalani hidup itu harus mengalir seperti air!’

Coba saja kamu naik sampan. Lalu ikuti aliran air sungai yang deras. Membuat sampanmu terhantam bebatuan. Dan kamu, tetaplah diam di sampanmu.

Tiba-tiba, sampanmu melintasi berbagai tempat. Ada sawah yang indah, ada pula rimba sejuk dengan berbagai burung berkicauan.

Sebenarnya, kamu boleh berhenti di sana. Namun, sayangnya kesempatan itu kamu  lewatkan. Demi memegang prinsip, “Jalani hidup itu, harus mengalir seperti air.”

Apa yang akan terjadi??

Mari lihat realitas hidupmu.

Faktanya, detik ini, kamu sangat tahu. Bahwa dirimu sedang tidak bahagia. Pikiranmu  juga meyakini, bahwa hal itu akan dirasakan seterusnya.

Mengingat fakta itu, apakah dirimu masih mau berdiam diri saja??

Akan terus mengikuti aliran air dan menganggap sakit yang kamu rasa adalah bagian takdir semata? Atau, malah berpikir bahwa kesakitan itu merupakan bentuk pengabdian yang akan indah pada waktunya?

Come on. Jangan konyol!

Baca juga: “Jadi Wanita Harus Kuat!”

Hidup ini hanya sekali, maka jangan biarkan kebahagiaanmu rusak. Jangan tertipu dengan pepatah, “Semua akan indah pada waktunya.”

Sebab, tanganmu, lah, yang memutuskan semua. Untuk memilih, apakah akan meraih kebahagiaan atau membiarkannya lewat begitu saja.

Dirimu harus punya tujuan. Punya keberanian. Harus melakukan tindakan, demi membangun kebahagiaan. Bukan hanya diam!

Dirimu harus merasakan bahagia. Meski hanya satu kali dalam hidupmu. Tetapi, pastikan bahwa yang satu kali itu, bukanlah kebahagiaan semu.

Seperti perjalanan sampan tadi.

Jika mau, dirimu bisa, kok, menghentikan sampan di tempat-tempat yang indah itu. Lalu diam di sana untuk sementara atau selamanya. Bukan malah terus mengikuti aliran air, yang tidak kamu ketahui akan seperti apa muaranya.

Iya, kalo muaranya adalah samudra indah berisi lumba-lumba. Enak. Bisa diajak curhat dan berbicara.

Tetapi kalau muaranya bebatuan dengan puluhan buaya yang siap mengejarmu sampai cepirit, bagimana?

Makanya, jangan totalitas berprinsip. Bahwa menjalani hidup itu, harus melulu mengikuti ke mana pun air mengalir.

Apalagi, sampai menduga bahwa Tuhan akan memberi sambutan. Karena dirimu merasa telah lulus, menjalani hidup penuh ketidakbahagiaan.

Coba kurangi dugaan semacam itu. Sambil membayangkan. Andai ternyata, Tuhan justru marah, bagaimana?

Sambil nabokin pantatmu, seraya bertanya:

“Siapa yang menyuruhmu terus bertahan dalam ketidakbahagiaan? Mengapa kamu biarkan jasad dan jiwa ciptaan-KU, terus menerima luka dan penderitaan? Kenapa tubuh yang Kuamanahkan itu, hanya kamu suguhi kebahagiaan semu? Lantas untuk apa Kulekatkkan otak di kepalamu, jika nyatanya tidak kamu gunakan? Untuk apa terus mengikuti sakitnya aliran hidup, padahal kamu bisa berhenti di mana pun sesuka hati?”

Beranilah, Duhai wanita. Sebab, kalian selalu berhak untuk bahagia.

Dan pastikan. Jangan dahulu mati, sebelum mewujudkannya. 

Think about it!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.