Para Pesaing Tuhan!

“Biarlah tetap beda. Karena perbedaan, memang Tuhan yang menginginkan. Jangan pernah menjadi pesaing Tuhan!”

Dalam sebuah kisah sejarah setelah Rasul di lempari batu habis-habisan oleh penduduk kota Thaif, datanglah Jibril. Kepada Rasul, Jibril menawarkan untuk membalikkan gunung agar menimpa penduduk kota itu. Namun Rasul menolaknya.

“Jangan, Bril! Mereka melakukan itu hanya karena mereka belum mengetahui apa yang ingin aku sampaikan. Kelak suatu hari, aku berharap keturunan mereka akan mengikutiku,…” Demikian kira-kira jawab Rasul.

Apa pelajaran yang dapat kita peroleh?

Sebagian kita, memahaminya bahwa Rasul penuh belas kasih pada sesama manusia. Padahal, jika kita mau menilik ke garis hakikat, ada dua pelajaran lain yang perlu kita renungkan.

Pertama. Rasul ingin mengajarkan pada kita, bahwa jika ada orang lain yang belum tahu pada sebuah ilmu atau pada apa yang ingin kita sampaikan, ya jangan dihukum. Namanya orang belum tau, ya diberi tahu. Bukan diberi tempe, apalagi ditindihin gunung. Penyet yang ada.

Kedua, ini sangat penting. Bahwa mengukum manusia lain bukanlah hak nya, melainkan hak milik Tuhan. Sehingga Rasul yang pada dasarnya juga merasa sebagai makhluk, merasa tidak ingin mengambil alih apa yang menjadi hak Tuhan. Yaitu menghukum.

Kelak kemudian hari saat Rasul memberikan hukuman, itu adalah sanksi atas tindakan yang dipandang tidak adil. Bukan hukuman atas ketidaktahuan. Karena untuk menegakkan keadilannya, sanksi pun harus ditegakkan untuk menjadi sebuah pelajaran.

See,..?

Rasul yang sebegitu mulianya aja enggak mau menjadi pesaing Tuhan dengan menghukum manusia lainnya yang belum memiliki pengetahuan pada sebuah ilmu. Rasul tetap menghargai Tuhan dengan hak-hak nya. Kita?

Teriak bunah-bunuh pada manusia lain, seenak puser. Gontang-gantung gontang-gantung seenak jidat.Beda dikit bunuh, enggak sepaham dikit gantung. Situ kira nyawa manusia terbuat dari oncom? Situ kira tubuh manusia terbuat dari adonan tepung?

Mbo’ ya manusiawi sedikit gitu lho. Enggak usah dikit-dikit menghilangkan nyawa, menyakiti, atau apalah itu. Apalagi hanya karena perbedaan. Termasuk di dalamnya perbedaan keyakinan.

Biarlah tetap beda. Karena perbedaan, bukankah memang Tuhan yang menginginkan? Dan lagi, jangan pernah menjadi pesaing Tuhan. Think Smart!

Hayoo, siapa di antara kita yang masih hobi menyalah-nyalahkan keyakinan agama lain, mengkafir-kafirkan manusia lain, dan meneriakkan hal itu di ranah publik yang majemuk?

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.