Wanita Tidak Baik untuk Pria Tidak Baik. Serius?!

“Wanita tidak baik untuk pria tidak baik. Sekejam itukah Tuhan pada wanita?!”

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga)”. (QS. An Nur:26)

Benarkah kutipan ayat dalam kitab suci umat muslim di atas adalah Firman Tuhan yang sedang membicarakan ketetapan-Nya tentang perjodohan? Yakin?!

Mari kita lihat azbabun nuzul -sebab-sebab turunya- ayat tersebut.

Secara singkat dapat disimpulkan, bahwa ayat itu turun disebabkan oleh peristiwa tuduhan kepada Aisyah yang diisukan berbuat serong dengan seorang sahabat yang bernama Shofwan bin Mu’ath-thol. Silakan buka catatan sejarahnya dalam beberapa kitab tafsir.

Oleh sebab azbabun nuzulnya itu, para mufassirin yang menukil penafsiran Ibnu Abbas menyatakan bahwa kalimat “Khabiitsaat” dalam ayat tersebut bukan dimaknai menjadi “wanita buruk”, melainkan “ucapan buruk”, “ucapan yang tidak baik”. Catat ya, “ucapan”, bukan “wanita”.

Sehingga penafsirannya menjadi seperti ini. Bahwa “(wanita) dengan ucapan yang tidak baik, untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk (wanita) dengan ucapan yang tidak baik pula”. Begitu seterusnya hingga akhir ayat.

Maksudnya adalah bahwa ucapan buruk hanya akan keluar dari mulut orang yang buruk pula. Ibaratnya, teko yang berisi air racun maka keluarnya pasti air racun pula. Bukan madu, apalagi air kelapa. Bukan pula keluar istana, atau karpet terbang. Emangnya tekonya Jin Aladin.

Berdasar hal itu, maka perlu diluruskan bahwa ayat tersebut bukanlah suatu ayat yang sedang membicarakan tentang ketetapan Tuhan tentang perjodohan.

Bukan ayat yang menyiratkan bahwa orang baik sudah ditetapkan pasti akan menikah dengan orang baik pula atau sebaliknya. Bukan, bukan seperti itu. Kasihan dengan yang enggak sholeh dan enggak sholeha dong.

Enggak ada kaitannya sama sekali dengan jodoh-jodohan seperti pemahaman yang selama ini berkembang di masyarakat.

Lagian, coba perhatikan ini.

Jika benar ayat tersebut berkaitan dengan ketetapan Tuhan tentang perjodohan, dan jika benar jodoh itu memang telah di atur oleh Tuhan, mana mungkin Fir’aun dipasangkan dengan seorang istri yang sholeha. Atau, bagaimana bisa Nabi Luth ‘alaihissalam yang luar biasa sholehnya, dipasangkan dengan seorang istri yang petakilan dan membangkangnya luar biasa.?

Apa Tuhan sedang iseng? Apa Dia sedang coba-coba? Pastinya, Tuhan enggak sedang kurang gawean seperti itu deh. Apalagi main dagelan.

Terlebih daripada itu, setelah dilakukan kajian terhadap persoalan ini, nyatanya tidak ada satupun nash baik dalam al-Qur’an mapun as-Sunnah, juga Ijma’ sahabat dan Qiyas yang menunjukkan bahwa Allah menetapkan calon pasangan seseorang.

Jikapun ada yang mendekati pembahasan hal tersebut, nash-nash yang ada itu menunjukkan bahwa persoalan jodoh ini adalah masalah mu’amalah biasa yang berada dalam area muamalah manusia. Artinya persoalan menentukan pasangan hidup adalah hal yang bersifat pilihan, Dan setiap pilihan, akan dipertanggungjawabkan.

Akhirnya, siapkan dirimu duhai wanita. Dan pilih serta jemputlah jodohmu sendiri yang ada miliaran dihamparkan Tuhan di bumi ini. Terus perbaiki diri, dan segera temukan seseorang yang ingin kau kasihi.

Tuhan tak pernah kejam. Pada siapapun termasuk pada wanita. Dia Baik. Dan selalu Maha Baik.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.