Melihat Poligami dari Kacamata yang Cerdas (Bagian-2)

Mari, kita jalan-jalan terlebih dahulu menapaki risalah masa lalu. Sebelum nanti di bagian selanjutnya, kita akan melihat ayat-ayat yang ditengarai berkaitan dengan poligami. Kamu baca juga ya, Dul! 

Untuk diketahui, kondisi masyarakat Arab Jahiliyah waktu itu – sebelum kedatangan Islam – sangat memberikan peluang untuk mengumbar nafsu. Ketika itu, hubungan seks di luar nikah sudah menjadi sebuah tradisi yang wajar.

Bahkan, seorang pria yang menikahi puluhan wanita, justru jadi simbol ketinggian status sosial. Sungguh, wanita Arab masa itu tak punya nilai sama sekali. Seakan wanita diciptakan hanya untuk pemuas syahwat kaum pria semata. Intinya, praktik poligami sudah ada jauh sebelum Islam datang.

Rasul yang masih muda belia -sekitar 20 tahun- merasa khawatir dan prihatin melihat perilaku kaum pria di tengah masyarakatnya.

Beliau menjauhkan diri dari perilaku yang tidak manusiawi itu dengan mengasingkan diri ke Gua Hira di Jabal Nur. Beliau merenungi kebejatan moral masyarakatnya dengan mencoba mencari kebenaran dan petunjuk dalam kesepian. Tafakur.

Padahal jika mau, dan jika Rasul adalah seorang budak nafsu, tentu Beliau akan menghabiskan masa mudanya dengan menggauli puluhan, bahkan mungkin ratusan wanita. Toh hal itu enggak sulit buat beliau. Karena meski usianya baru 20 tahunan, nama Beliau sudah sangat populer di tengah masyarakat Arab, apalagi sampe punya gelar Al-Amin (Terpercaya). Gelar yang wow banget kala itu!

Kebaikan akhlaknya sudah jadi buah bibir. Kegantengan Rasul enggak kalah dengan pemuda-pemuda sebayanya. Juga perlu diingat, Rasul adalah keturunan “Darah Biru”. Kakek-buyutnya adalah pemimpin Bani Hasyim, orang terpandang dan disegani di kalangan masyakarat Arab suku Quraisy waktu itu. Belum lagi, kakek beliau adalah orang yang dipercaya menjaga Ka’bah. Intinya, wanita mana yang enggak klepek-klepek sama Rasul, jika beliau mau mengumbar nafsu?

Tapi coba lihat.

Di tengah gejolak darah mudanya, Rasul justru jadi penggugat tradisi poligami, pelacuran dan seks diluar nikah. Beliau menentang praktik semacam itu dengan memilih untuk menyendiri di Gua Hira.

Hal ini sekaligus menunjukan bahwa Rasul adalah orang yang bersih dari perbudakan nafsu. Tak pernah ada catatan secuil pun yang mengatakan Nabi Muhammad SAW pernah melampiaskan nafsu biologisnya di luar nikah.

Rasul baru menyentuh kulit lembut wanita saat beliau menikahi Siti Khadijah. Pernikahan ini pun bukan atas dorongan nafsu seksual. Beberapa literasi sejarah menunjukan, bahwa Nabi Muhammad SAW menikah pada usia 25 tahun, sementara Siti Khadijah yang berstatus janda ketika itu berusia 40 tahun (ada beberapa riwayat yang menyatakan usianya lebih muda dari itu).

Ada banyak alasan mengapa pernikahan itu terjadi. Diantaranya banyak berkaitan dengan syiar Islam nantinya. Namun yang jelas, kalau saja Rasul adalah budak nafsu, pasti ditengah usianya yang masih muda itu, mungkin beliau akan lebih memilih untuk menikahi wanita kinyis-kinyis perawan tingting saja. Berapapun yang dia mau. Rasul itu kaya lho. Situ jangan mikir rasul itu melarat. Silakan baca banyak risalahnya.

Dengan apa yang Rasul punya, juga gelar yang melekat pada dirinya, enggak sulit buat Rasul mendapatkan wanita model apapun yang dia mau. Tapi apa, dia lebih memilih untuk menikahi Ummul Mukminin, Siti Khadijah. Dan sekali lagi, itu semua memiliki alasan yang sangat besar berkaitan syiar Islam.

See,..
Rasul adalah manusia yang sangat menentang praktek poligami. Beliau menjauhinya. Dalam kesendirian, dalam tafakur yang baik.

Ente, Dul??
Liat paha cewek aja langsung ngompol!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.