Mengapa Harus Menulis?!

Pertanyaan ini kerap kali saya lontarkan saat mengisi kegiatan kepenulisan, “Mengapa harus menulis?”

Garis bawahi dahulu, bahwa pertanyaan “Mengapa harus menulis” berbeda dengan pertanyaan “Mengapa harus menulis buku?”.

Pertanyaan kedua, memiliki jawaban dengan kedudukan lebih tinggi dibanding dengan jawaban atas pertanyaan pertama. Pada tulisan yang lain, kita akan membahasnya.

Kembali pada “Mengapa harus menulis?”

Silakan beralasan untuk berbagi kebaikan, berbagi manfaat, beralasan tentang keabadian, dan lain-lain. Tetapi, ada hal yang kurang disadari oleh sebagian besar penulis. Bahwa berbicara aktivitas menulis, itu artinya sedang berbicara tentang kesempurnaan.

Kesempurnaan apa?
Kesempurnaan dalam kecakapan berbahasa sebagai manusia.

Mari kita lihat tingkatan kecakapan berbahasa yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Dari tahap yang paling dasar hingga level tertingginya.

Yaitu dimulai dengan listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca) dan yang paling tinggi serta menyempurnakan semuanya adalah writing (menulis).

Berikut ini penjelasannya.

Dulu, saat kita masih bayi ceprot dan lucu-lucunya, kecakapan berbahasa yang kita bisa hanya listening (mendengarkan). Lawan bicara entah sedang mengucapkan apa, kita hanya bisa memperhatikan lalu tersenyum, takut, atau tiba-tiba menangis.

Kecakapan berbahasa yang baru bisa kita lakukan sebagai respon kepada lingkungan, hanya baru sekadar mendengar. Listening.

Sudah sempurna?
Belum. Sangat belum!

Lambat laun, kita mulai mengucapkan segala hal yang didengar. Merespon melalui level selanjutnya. Yaitu kecakapan berbahasa lewat komunikasi suara yang keluar dari lisan kita. “Pa-pa-pa, ma-ma-ma, bu-bu-bu, yah-yah-yah” begitu seterusnya sampai sempurna terangkai kata. Inilah level kedua, speaking. Berbicara.

Sudahkah sempurna?
Masih belum juga.

Setelah speaking (berbicara), berkenalanlah kita pada bacaan.

Mulut kita mulai diajarkan mengeja kata dengan benar. Sesuai dengan objek yang dilihat. Semesta mulai kita kenali dan satu per satu kita sebut namanya. Kita mulai melihat warna dunia, mulai tahu isinya, pengetahuan mulai tersusun dengan jelas. Tahap kecakapan berbahasa kita mulai naik levelnya. Yaitu dengan membaca alias reading.

Sekarang sudah sempurna??
Belum. Masih ada satu lagi, yaitu menulis. Writing!

Mendengar dan atau membaca adalah kecakapan berbahasa untuk mendapatkan informasi. Gerbang input. Sedangkan berbicara dan atau menulis, adalah kecakapan berbahasa untuk memberikan informasi yang telah dimiliki. Gerbang output.

Input-nya ada dua pintu, output-nya ada dua pintu juga. Demikianlah Tuhan dengan kesempurnaan ciptaan-Nya.

“Lho, memberikan informasi, kan, cukup dengan bicara saja. Mengapa harus lewat tulisan juga?”

Ya, memang bisa. Tetapi enggak cukup.

Karena seperti yang saya sampaikan, jika hanya sampai pada level berbicara saja, maka kecakapan berbahasamu dalam berkomunikas sebagai manusia, enggak akan sempurna.

Mungkin kamu masih bisa berbicara pada lawan bicaramu yang normal, bisu ataupu buta. Tapi ketika lawan bicaramu adalah seseorang yang memiliki kekurangan pada indra pendengaran, maka hanya tulisan yang mampu menyelamatkan komunikasi kalian.

Mungkin kamu bisa bicara pada pasanganmu yang senang mendengar dan perhatian. Tapi pada pasanganmu yang cuek, ngambekan apalagi cerewetnya na’udzubillah enggak karuan, komunikasimu lewat tulisan, akan lebih efektif digunakan untuk menyampaikan pesan. 

Mungkin kamu bisa berbicara pada anak-anakmu yang penurut dan mengerti keluh kesahmu sebagai orang tua. Tapi pada mereka yang menerima nasihat aja matanya lari ke mana-mana, petuahmu akan lebih meresap ke relung harunya, andai disampaikan melalui tulisan.

Menulis adalah kesempurnaan dalam kecakapan berbahasa. Melalui tulisan, kita akan dapat berkomunikasi dengan berbagai macam tipe manusia. Dengan aneka ragam kekurangan mereka.

Listening, speaking, reading dan sempurnakan dengan writing.

So, menulislah. Meskipun dimulai hanya dengan sebuah kalimat galau di status WA. Lalu teruslah menulis. Lanjutkan dengan tulisan yang lebih sempurna dan berguna!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.