Penulis

“Menjadi penulis itu mudah. Semudah tersenyum. Jika mau.”

Dalam acara “Writers Talk” di Bali, saya bertanya kepada para peserta apa tujuan mereka menjadi seorang penulis.

Ada yang menjawab ingin bermanfaat, banyak duit, terkenal, untuk personal branding dan lain sebagainya.

Enggak ada jawaban yang salah. Tapi, coba perhatikan ini.

Bermanfaat, banyak uang, terkenal, personal branding, dan lain sebagainya dapat ditempuh tidak hanya dengan menjadi seorang penulis saja. Sangat banyak cara lainnya.

Saya jadi teringat ketika suatu hari bertanya pada diri sendiri.

Kala itu, setelah memutuskan untuk keluar dari perusahaan BUMN farmasi dengan posisi cukup enak dan prestasi yang membanggakan, saya memantabkan diri untuk menjadi seorang penulis saja.

Apa tujuan saya?

Sederhana. Yaitu supaya dapat “mengajari” orang lain agar bisa menulis juga. Belajar bersama mereka, menulis bersama mereka. Kenapa seperti itu?

Karena saya ingin agar mereka yang saya ajari itu, dapat mengajari orang lain lagi agar bisa menulis juga. Orang lain yang mereka ajari itu, dapat mengajari yang lainnya lagi agar bisa menulis juga. Begitu seterusnya. Sampai kapan?

Entahlah.

Mungkin sampai di semesta ini tak ada yang tidak bisa menulis lagi. Atau minimal, orang-orang di sekeliling saya sudah mampu menulis semua. Atau bisa jadi, sampai para sendok ditinggal mati oleh pasangan setia mereka yaitu garpunya.

Menjadi penulis, bagi saya bukan lagi tentang bermafaat, bukan sekadar personal branding dan atau untuk dikenal.

Juga bukan mengenai kenikmatan fasilitas yang diterima saat diundang sebagai pembicara ke sini dan ke sana. Bukan tentang keliling nusantara tanpa mengeluarkan biaya.

Bukan pula tentang 15 juta, 25 juta, 35 juta atau ratusan juta yang bisa masuk ke rekening, hanya dari jasa menuliskan sebuah buku orang lain melalui profesi ghost writing-nya. Bukan, bukan itu. Bagi saya bukan lagi sekadar tentang itu.

Bagi saya, menjadi penulis itu adalah langkah awal untuk berada di titik totalitas. Agar saya dapat sempurna mengajari tentang dunia kepenulisan kepada manusia lainnya. Enggak mungkin kan, mengajari menulis tapi bukan seorang penulis?

Ini ibarat ingin mengajari berenang, maka harus harus totalitas nyemplung ke kolamnya.

Tentu kolam yang berisi air lalu basah-basahan di dalamnya. Bukan ingin mengajari berenang, tapi nanggung memberikan ajaran dari tepian kolam saja. Atau yang lebih parah, nyemplung ke dalam kolam, tapi kolam yang isinya bola beraneka warna. Enggak nyambung, namanya.

Menjadi penulis itu mudah. Semudah tersenyum. Jika mau.
Thats it!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.