Mengapa Wanita Harus Menulis?

“Saat perasaan yang diempet sampe mampet enggak bisa keluar lewat lisan, pena menjadi senjata yang tepat untuk melegakan.”

Coba jawab, mengapa wanita juga harus menulis?!

Supaya mahir menulis daftar belanjaan??
Bukan.

Biar pandai menulis utang atau tagihan???
Juga bukan.

Agar enggak baperan????
Bukan juga.

Pakde Pramoedya Ananta Toer pernah berkata. “Manusia boleh berprestasi setinggi langit. Tapi selama dia tidak menulis, namanya akan hilang dari sejarah. Menulis, adalah bekerja untuk keabadian.” Gitu katanya.

Tanpa bermaksud membandingkan. Tapi coba lihat RA. Kartini dan pahlawan wanita yang lainnya. Siapa yang lebih dikenang? Hari lahir siapa yang diperingati setiap tahunnya?

RA. Kartini??
Iyess!

Saat pahlawan wanita lainnya mengangkat senjata, RA. Kartini mengangkat pena. Sehingga terabadikan namanya lewat tulisan-tulisannya. “Habis Gelap Terbitlah Terang” adalah salah satu karya fenomenalnya.

Selain itu, bagi kaum wanita menulis juga dapat digunakan sebagai media merilis perasaannya. Healing, katanya.

Saat perasaan yang diempet sampe mampet enggak bisa keluar lewat lisan, pena menjadi senjata yang tepat untuk melegakan.

So,..

Berdasar apa yang disampaikan oleh Pakde Pramoedya, mengingat RA. Kartini yang gigih mengangkat pena, dan juga manfaat aktivitas menulis bagi kaum hawa. Maka jangan heran, jika setiap saya berada di hadapan komunitas wanita seperti saat di Bali beberapa waktu lalu, tak jemu-jemunya saya selalu mengingatkan dan menyemangati para wanita agar terus berlatih memasak!

Karena memasak itu enak. Bukan begitu, Jum?

Silakan jika ingin belajar memasak, boleh bergabung ke Komunitas Pena Aksara​. Belajar bersama di sana.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.