Membongkar Kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade – “Perempuan Pencari Tuhan”

“Membiarkan orang lain terus memproduksi kebohongan untuk tindakan kejahatan, sama saja dengan kita telah  melakukan tindak kejahatan itu sendiri!”

–Kata Orang-

*****

“Dan…informasi yang saya peroleh setelahnya (baik melalui inbok facebook atau ketika obrolan kami beralih ke whatsapp), sungguh sangat mengagetkan. Di balik tulisan-tulisannya yang penuh tausiah,  Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang katanya adalah penulis “Perempuan Pencari Tuhan” dan “pendakwah” , ternyata aslinya benar-benar seorang bajingan keji tak beradab dan plagiator sejati!”

-Raditya Riefananda-

*****

Bagi para pembaca yang memerlukan bukti-bukti asli (tanpa sensor) yang ada di seluruh tulisan ini, silakan mengirimkan surel (email) ke:  

radityariefananda@gmail.com

Saya menyarankan 5 (lima) hal penting ketika membaca tulisan ini. Serta, 1 (satu) tips yang perlu diketahui, yaitu :

  1. Bacalah secara berurutan, menyeluruh, termasuk bukti-bukti yang melengkapi tulisan ini. Serta, dengarkan sampai tuntas, rekaman suara yang berjumlah 6 (enam) konten. Agar informasi dapat dipahami dengan sempurna, tanpa perlu tercipta fitnahan baru lainnya.
  2. Silakan disebar jika diperlukan. Karena tulisan ini memang dibuat untuk diviralkan. Agar tidak ada lagi korban-korban selanjutnya dari seorang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Baik di dunia kepenulisan, literasi atau dakwah. Pun, tulisan ini akan saya tautkan dengan akun-akun media sosial yang nama/perusahaan/lembaganya tersebut di dalam tulisan ini. Yang akan saya lakukan di akun twitter ( https://twitter.com/raditriefananda ) dan instagram ( https://www.instagram.com/radityariefananda/ ) milik saya. Atau, siapa pun yang membaca tulisan ini, silakan mentag/mention nama-nama pribadi/perusahaan/lembaga yang tersebut di dalam tulisan ini, sebagai bentuk konfirmasi.
  3. Di dalam tulisan ini, ada beberapa kata yang mungkin bagi sebagian pembaca akan dianggap kasar, vulgar. Sengaja saya menuliskan kata-kata tersebut untuk mewakili intonasi suara yang mengentak. Sebagai bentuk kemarahan, ketika mengetahui ada “satu ekor” manusia yang menganggap banyak manusia lainnya adalah bodoh, mudah dibodoh-bodohi, atau tidak dimanusiakan melalui banyak kebohongan. Serta, bentuk plagiarisme yang dilakukan secara terang-terangan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade melalui tulisan-tulisan di media sosialnya (sebagian bukti-bukti perilaku plagiat yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, ditampilkan di bagian akhir tulisan). Yang patut kita khawatirkan bersama, dalam rangka semangat membangun literasi dan dunia kepenulisan, serta bentuk menghargai karya orang lain di negeri ini. Secara pribadi, saya meminta maaf atas penulisan kata-kata tersebut, dan atas hilangnya keinginan untuk menghapusnya. Maaf.
  4. Seluruh isi tulisan beserta grafis tangkapan layar (screenshoot), dan rekaman audionya, telah lebih dahulu melalui diskusi panjang yang melibatkan ahli hukum. Dan atas jangkauan sebarannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
  5. Tulisan ini pun akan selamanya ada. Tentu selama website ini masih ada, dan Google di Amerika sana belum menghapus jejak digitalnya. So, silakan dimanfaatkan untuk kebaikan. Atau salin seluruh isi tulisan, khawatir akan ada yang membuat website ini down.
  6. Di dalam tulisan ini, terdapat juga tautan-tautan (link) tulisan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, yang melengkapi screenshot beberapa tulisan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di media sosialnya (terutama Instagram dan Twitter). Ketika screenshot tersebut diambil, gambar dan tautan disalin sepenuhnya secara utuh tanpa ada bagian yang  diedit (hanya diberi keterangan saja) dan langsung dilampirkan ke dalam tulisan ini. Karena bisa saja, mungkin suatu hari Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade atau melalui informasi teman-temannya yang membaca tulisan ini, akan mengedit atau bahkan menghapus postingannya. Meski demikian, andai hal itu dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, tetap tidak akan membuat jejak digital postingannya terhapus dari  webcache dalam laman Google. Kecuali Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade mengajukan banding ke pengadilan di negeri Paman Sam sana, lalu mengajukan permohonan kepada Google untuk menghapus jejak digital postingannya. Dalam hal ini saya ingin mengatakan, bahwa Rindu tidak sadar telah mengabadikan dirinya melalui tulisannya sendiri, bahwa dia adalah seorang pembohong dan plagiator yang bukti-buktinya akan dapat dilihat sepanjang masa.
  7. Mungkin, Rindu menganggap bahwa orang lain selain dirinya itu dapat dibodoh-bodohi. Sehingga saya perlu memberitahu kepada para pembaca, tentang bagaimana cara menelusuri jejak digital sebuah postingan milik Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade andai ada yang dihapusnya Dengan menampilkannya kembali menggunakan laman webchace. Caranya mudah :

  1. Ketik di kolom pencarian Google, judul postingan milik Rindu yang ingin dicari atau sebagian kalimat/paragraf dari postingan tersebut yang dapat dilihat dari screenshot-screenshot yang saya lampirkan.
  2. Lanjutkan dengan mengetik nama “Rindu Istiqomah”.
  3. Lanjutkan dengan mengetik akun media sosialnya. Lalu tekan ENTER/CARI/TELUSURI.
  4. Maka akan muncul jejak digital di laman webchace. 
  5. Buka link tersebut, lalu cari postingan yang ingin diketahui.
  6. Selesai. Sampai kiamat, Rindu enggak akan pernah terpikir, bahwa orang lain dapat melakukan hal ini.

Contoh jejak digital di laman webchace dapat dilihat seperti berikut ini :

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:wZZnilfF9IIJ:www.pictame.com/tag/perempuanpencarituhan+&cd=14&hl=en&ct=clnk&gl=id

Beri selamat!

Bahwa melalui tulisan-tulisan tangannya sendiri di media sosialnya yang sebagian besar adalah hasil plagiarisme, Rindu telah mengabadikan nama dirinya sebagai seorang plagiator dan pembohong. Yang bukti-buktinya akan terus tersimpan sampai kapan pun selama teknologi ini ada. Selamat!

  *****

Tulisan ini sebenarnya sudah ingin saya buat sejak September 2018. Tepatnya, setelah tanggal 14 September 2018, ketika saya membuat pengumuman melalui status WhatsApp, yang saya terbitkan juga di akun facebook. Di dalam pengumuman itu, saya memberikan informasi bahwa saya bukanlah suami dari seorang Rindu Istiqomah. Dan tidak pernah sekali pun menikah dengannya.

Silakan lihat grafis di atas, yang saya terbitkan juga di akun facebook pada tanggal 14 September 2018. Lalu baca seluruh komentar yang ada. Yang akhirnya membuat saya tahu, seperti apa tabiat Rindu di belakang saya, terhadap teman-teman di facebook saya. Link : https://www.facebook.com/photo

Namun, karena berbagai aktivitas, serta masih mempertimbangkan sisi kemanusiaan dan efektivitas waktu, tulisan ini sempat tertunda hampir lima bulan lamanya sejak September 2018.

Tapi kali ini, pertimbangan atas nama kemanusiaan itu telah hilang sama sekali. Serta efektivitas waktu, sudah tidak saya pedulikan lagi. Demi membongkar kebusukan manusia yang satu ini, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade Istiqomah.

Tulisan ini berfungsi sebagai konter, pelurusan, dan pernyataan pribadi saya atas segala informasi bohong dan fitnahan-fitnahan keji yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Serta sekaligus sebagai bentuk satu kali menjawab atas banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya terkait dengan sosok yang mengaku sebagai “pendakwah” itu .

Yang ternyata, fitnah dan kebohongan yang dilakukannya, hampir setiap hari masih saya dengar. Terutama laporan dari para pembaca yang terkoneksi dengan dirinya. Bahkan hingga menit-menit terakhir, sebelum tulisan ini mulai saya buat pada 01 Februari 2019 pukul 09.05 WIB (pagi).

Di dalam tulisan ini, saya sertakan berbagai screenshot yang berfungsi sebagai data bukti, tautan sumber informasi serta akun-akun media sosial yang dapat dijadikan sebagai narahubung konfirmasi. Tautan (link) tersebut, ada yang saya tampilkan dengan utuh dalam bentuk aslinya. Atau, saya sematkan di dalam kata/kalimat dengan tulisan tebal. Silakan untuk diklik saja.

Serta 6 (enam) rekaman suara hasil telekonferensi pada tanggal 31 Januari 2019. Antara saya dengan kedua admin di komunitas kepenulisan yang saya ampu. Saya merasa, keduanya harus tahu dengan jelas tentang hal ini. Agar tidak mengganggu tugas-tugas administrator di dalam komunitas.

Perihal keenam rekaman suara tersebut, tujuannya untuk melengkapi penjelasan sekaligus mempersingkat materi tulisan . Karena, jika ditulis seluruhnya, akan terlalu panjang nantinya. Serta semakin membuang-buang waktu saja.

Awalnya, rekaman suara akan saya posting di channel youtube pribadi, Raditya Riefananda. Namun, saya urungkan. Lalu, lebih memilih untuk membuat channel baru bernama Daftar Kebohongan Rindu Istiqomah

Tentang bukti-bukti tangkapan layar, ada beberapa yang perlu saya tutupi sebagiannya. Terkait dengan privasi seseorang, sapaan, wajah, serta nomor kontak yang memang perlu disembunyikan. Namun, sebagiannya ada yang tidak saya sensor sama sekali.

Keberadaan seluruh pelengkap dalam tulisan ini, dimaksudkan sebagai data dan konfirmasi jika diperlukan. Bukan dalam rangka untuk membawa orang lain ke dalam karut-marut perkara ini. Apalagi, untuk mencemarkan nama baik seseorang. Bukan. Tidak dimaksudkan untuk itu.

Perlu disampaikan juga, bahwa tulisan ini lahir di antaranya karena banyak desakan dari teman-teman. Yang meminta agar kebohongan-kebohongan Rindu, bisa dihentikan. Minimal dicegah. Atau, minimal dapat bersikap kritis ketika semua yang membaca tulisan ini, akan atau sedang berbicara dengan Rindu Istiqomah.

Untuk memudahkan dalam memahami tulisan ini serta agar langsung kepada intinya, maka saya tulis dalam bentuk pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan yang seringkali saya dengarkan. Serta jawaban yang kali pertama ini akan saya berikan. Dan untuk menyempurnakan jawaban tertulis yang ada, sila dengarkan pula konten rekaman suaranya.

Oke. Itu saja pengantarnya.  Mari kita berbicara tentang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade.

Namun sebelumnya, saya ingin menyampaikan satu kalimat :

“Mau jadi penulis, pembaca, sutil, wajan, penggorengan, sandal jepit, hingga pendakwah…silakan. But, please. Enggak perlu menjadi bedebah!”

*****

Siapakah Rindu bagi saya?

Tidak lebih dari sekadar seorang perempuan yang katanya adalah penulis. Serta satu-satunya perempuan yang katanya juga pendakwah, namun sempat beberapa kali mengirimi saya foto diri ala-ala salah kirim, hingga link bokep (film porno) di malam hari, pada masa-masa awal perkenalan.

Rindu, tidak lebih dari sekadar seseorang yang pernah bekerja sama dengan saya. Diawali dari rencana penulisan novel bersama dengan judul dan isi yang sepenuhnya adalah karya saya, “Ada Tuhan di Matamu”. Tentang cerita novel, akan didalami pada bagian selanjutnya.

Terkait hal di atas, siapa pun yang membaca tulisan ini, tolong ingatkan Rindu untuk tidak lagi menampilkan/mengenakan segala bentuk materi yang berkaitan dengan Ada Tuhan di Matamu. Baik kaos, atau penyematan kalimat judul tersebut di dalam akun media sosialnya dan lain-lain.

Semoga yang bersangkutan masih punya rasa malu, meski saya meragukan itu. Sebab, ke mana-mana, dari foto-foto hasil laporan yang saya peroleh, materi-materi bertuliskan “Ada Tuhan di Matamu” masih saja dikenakan oleh Rindu. Norak!

Satu hal yang saya syukuri saat ini. Sampai waktu terakhir saya berkomunikasi dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di bulan September 2018 (karena yang bersangkutan akhirnya memblokir semua jalur komunikasi dengan saya; simak di rekaman suara ), Rindu tidak berhasil memperoleh sinopsis novel asli yang telah saya revisi beberapa kali. Meski dia berulangkali memintanya, dengan berbagai alasan. Termasuk akan ada produser baru yang membiayai untuk pembuatan film.

Sampai perkara ini mencuat, isi naskah novel tersebut pun kembali saya revisi. Karena akhirnya, saya banyak tahu dari berbagai sumber. Bahwa semua cerita yang terkait dengan diri Rindu yang menjadi salah satu dasar cerita, ternyata penuh dengan kebohongan. Sehingga, revisi awal yang saya lakukan hanya dengan mengubah nama-nama tokoh, akhirnya saya lakukan kembali untuk mengubah sebagian besar ceritanya.

Selain Ada Tuhan di Matamu, begitu juga dengan nama “Radit Rindu Foundation” dan taglinenya #TiadaHariTanpaKebaikan (“Tiada Hari Tanpa Kebaikan”). Yang kedua-duanya adalah murni dari hasil ide saya. Namun sepertinya, sampai detik ini Rindu masih sering menyematkan dalam tulisan-tulisannya. Berkenan untuk diingatkan, agar tidak lagi menggunakannya.

Sekadar informasi. Segala hal tentang foundation, baik nama, tagline, program-program, media sosial, garfis-grafis, dan lain-lain, pun adalah sepenuhnya karya saya. Ide pemikiran saya. Jadi, tolong diingatkan dalam kolom komentar postingan di media sosialnya, jika Rindu masih nampak menuliskannya. Tapi, berkenan mengingat pesan saya, hati-hati nanti kalian kena blokir. Enggak bisa lagi membaca “tausiah-tausiah”nya pula.

Ada berapa angka di dunia ini?

Fine, 0 sampai 10.

Rindu berhak mendapatkan angka “0” besar terkait keduanya, “Ada Tuhan di Matamu” dan Foundation. Tidak ada sedikit pun sumbangsihnya baik dalam karya, ide atau pemikiran. Nol besar. Sangat besar. She is nothing, bahasa Jawanya!

Selain itu. Informasi penting lainnyanya adalah, bahwa foundation sudah saya bubarkan sejak September 2018!  Saya khawatir, foundation yang sempat menggunakan penggalan nama saya itu, suatu hari digunakan oleh Rindu untuk kegiatan-kegiatan sosial, yang sebenarnya sudah tidak boleh digunakan lagi. Termasuk taglinenya.

Melalui tulisan ini, apa pun yang terjadi diluaran terkait dengan penggunaan nama foundation, saya tegaskan bahwa saya tidak ikut bertanggung jawab. Karena foundation telah saya bubarkan.

Clear!

Sumber : https://www.instagram.com/rindu.istiqomah/

 

Untuk menggambarkan tentang sosok Rindu, saya sepakat dengan kalimat yang diucapkan oleh salah seorang temannya di komunitas STIFIn yang pernah berbicara dengan saya.  Menurut temannya itu :

“Rindu adalah seorang yang membawa dunia khayalnya ke dalam realitas kehidupannya.”

Sampai kemudian, mungkin Rindu tidak bisa menyadari bahwa dirinya waras atau gila, benar atau salah, sedang berkhayal atau dalam dunia nyata. Atau…gila dalam kesalahan dan khayalan, yang dia anggap semuanya adalah nyata. Entahlah. Lalu merugikan banyak orang, baik materiel atau nonmateriel.

Jadi, siapakah Rindu yang saya kenal sejak Agustus 2017?

Rindu yang saya kenal sejak Agustus 2017  :

  • Mengaku anak tunggal keturunan Aceh, yang tidak merasakan kasih sayang ibu. Menurut cerita Rindu, ibunya telah meninggal. 4 jam setelah melahirkannya. Dirinya hanya dibesarkan oleh bapaknya yang seorang jenderal. Sejak kecil, area bermain Rindu adalah di seputar makam ibunya. Bermain sepeda, bahkan dibuatkan ayunan khusus di sebuah pohon berdekatan dengan makam ibunya.
  • Menurut Rindu, nama “Rindu” adalah pemberian bapaknya. Yang dimaksudkan sebagai bentuk kerinduan pada almarhum ibunya.
  • Menurut Rindu, bapaknya adalah jenderal bernama Tengku Iskandar / Teuku Iskandar. Petinggi, sekaligus guru para inteligen di Badan Inteligen Negara (BIN). Dan menurut bapaknya, inilah yang membuat Rindu memiliki lencana/wings penerjun berlisensi dari fasilitas militer yang pernah dirasakan oleh Rindu.
Foto : Sosok Bapaknya Rindu
Sumber : Foto Profil WhatsApp Bapaknya Rindu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Menurut Rindu, bapaknya adalah komisari di beberapa perusahaan besar. Di antaranya adalah perusahaan G4S Cash Servise. Itu lho, perusahaan yang suka nganter duit untuk diisi ke mesin ATM. Yang mobilnya memakai besi-besi seperti mobil tahanan (website : http://www.g4s.co.id/id-id ).
Sumber : http://www.g4s.co.id/id-id
  • Menurut Rindu ketika awal kenal, “G” artinya “General”. Dan angka 4 dalam singkatan G4S artinya adalah “General Four”, “Empat Jenderal”. Dan bapaknya Rindu adalah salah satunya.
  • Menurut Rindu, bapaknya juga orang yang memiliki rumah di mana-mana, kaya raya. Bisa ke Amerika, Jerman dan mana pun semaunya. Apalagi dengan kartu identitas BIN-nya, bisa keluar masuk bandara suka-suka, atau naik pesawat Hercules ke Aceh dari Halim Perdana Kusuma semau dia. Bapaknya juga tangan kanan Prabowo Subianto Ketua Umum Partai Gerindra, Rindu sering bertemu dengan Prabowo Subianto. Juga pernah berdiskusi dengan Reynald Kasali di kantor Gerindra.
  • Kakeknya Rindu (yang disebut oleh Rindu dan bapaknya dengan panggilan “Buya”) memiliki darah keturunan raja Aceh. Menurut keduanya, almarhum Buyanya itu dimakamkan di dalam hutan yang enggak tahu di mana rimbanya. Hal ini supaya enggak diziarahi oleh keturunannya. Tentang raja, entah siapa nama raja yang dimaksud oleh Rindu dan bapaknya. Karena gue juga enggak pernah nanya. Bodo amat!
  • Sejak pertama kenal Rindu dalam acara ngobrol online sebuah komunitas menulis, Rindu menuliskan biodatanya dengan nama Cut Rindu Meutia, panggilannya Rindu, TTL : Jakarta, 7 Mei 1984. Sampai akhirnya, saya mendengar informasi lain yang mengatakan bahwa Rindu juga pernah mengaku ke sebagian orang, jika dirinya adalah kelahiran’1983. Pernah juga ’1985. Mungkin manusia satu ini termasuk golongan setrikaan. Yang bisa maju-mundur, keluar-masuk rahim ibunya. Entahlah.
  • Rindu juga menuliskan dalam biodatanya (termasuk yang disampaikan di hadapan audiens dalam setiap acara) bahwa saat SMA, dirinya satu sekolah dengan artis sekaligus politikus Wanda Hamidah. Lalu menurutnya, dia melanjutkan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia satu jurusan dengan penulis Indonesia Tere Liye. Sampai akhirnya, Rindu menyelesaikan S2 MBA Business School Geneva. Menurut bapaknya, Rindu menguasai 5 bahasa asing. Saya enggak pernah tanya, apakah bahasa jin dan kuntilanak juga termasuk di dalamnya. Mungkin, iya.
  • Masih dalam profilnya, Rindu juga menuliskan profesinya sebagai Penulis. CEO write-inc.asia, yang suatu hari tautan (link)nya pernah saya klik, tapi hanya halaman fanpage kosong enggak jelas. Ciri khas para pembicara muda agar terlihat memiliki banyak tautan aktivitas di profil media sosialnya. Rindu juga mengaku sebagai founder Komunitas Dakwah Youth and Smarth Mouslimah. Saya enggak pernah tanya, itu adalah komunitas memasak atau komunitas yang enggak jelas anggotanya. Karena setahu saya, Rindu enggak pernah mengampu komunitas apa pun. Rindu juga mengaku sebagai founder yang mendirikan Komunitas Pejuang Subuh, di mana dirinya mengaku dekat dengan Felix Xiau.
  • Rindu juga menyebut dirinya sebagai pendakwah penggerak Hijrah Papua-Aceh. Mentor ACT leader Indonesia Menulis, Penggerak ACT program penulisan bencana dalam 100 Titian Pulau, Mentor penulis yang telah membidani lahirnya ratusan penulis. Sampai puyeng gue menulisnya.
  • Rindu (juga bapaknya) sering menyebut bahwa Rindu adalah penderita Thalasemia Alfa Minor yang harus transfusi darah setiap bulannya. Jika sedikit saja makan dan pola hidupnya tidak terkontrol bisa mati mendadak. Menurut mereka, Rindu sedang berjuang melewati tahun kritis. Yang kalau tidak salah, tahun 2018/2019 adalah periode penentuannya. Jika bisa melewati tahun 2018/2019, maka tahun selanjutnya adalah masa yang aman. Akan dapat bertahan hidup, katanya. Sampai mendekati Desember 2017 (sebelum ke Raja Ampat), melalui komunikasi WhatsApp, tiba-tiba bapaknya mengatakan bahwa Rindu didiagnosis mengidap kanker pankreas stadium 3 atau 4 (gue lupa). Kata bapaknya, yang mengatakan adalah dokter pribadi mereka, hal tersebut semakin melipatgandakan resiko kematian Rindu, yang dapat terjadi kapan saja jika kondisi psikis dan fisiknya tidak baik. Sekecil apa pun kondisi tidak baik itu.
  • Menurut bapaknya yang menyampaikan kepada saya melalui saluran whatsapp (karena saya tidak pernah berkomunikasi dengan bapaknya melalui media komunikasi apa pun, selain teks di whatsapp. Apalagi telepon dan bertemu langsung dengan bapaknya, TIDAK PERNAH), sebelum mengenal saya dan adanya foundation, Rindu disebut seperti mayat hidup. Tidak memiliki semangat untuk hidup, aktivitas sehari-harinya adalah hanya makan tidur di rumah. Tidak produktif dan menunggu mati saja.
  • Rindu juga mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang harus berhati-hati menjaga pola hidup. Makan di warteg dan angkringan pinggir jalan, enggak pernah dia lakukan. Apalagi bapaknya, bakal mulas perut mereka, katanya. Rindu juga mengaku tidak bisa makan makanan yang telah diangetin. Makanannya harus fresh from the oven, masakah baru!
  • Rindu dilarang oleh bapaknya naik angkot, ojek dan kendaraan umum lain. Sebelum pergi mengisi acara ke luar kota, bapaknya selalu mengharuskan panitia agar lebih dahulu memastikan di mana letak dan nama hotelnya. Prosedur keamanan keluarga, katanya. Menjaga anak aset negara. Karena, akan ada orang-orang suruhan bapaknya yang menyamar menjaganya. Dalam radius tertentu. Rindu sampai jengah dengan hal ini, katanya. Menurut Rindu, dirinya ingin bebas tanpa pengawalan dan pemantauan.
  • Jangan pernah ngasih Rindu kloset jongkok. Dia enggak bakal bisa boker!
  • Saat awal kenal (dan di setiap event), Rindu selalu mengatakan bahwa saat terakhir bekerja di sebuah perusahaan, jabatan terakhirnya adalah Direktur Keuangan di JobsDB (website : https://id.jobsdb.com/id ) dengan gaji 60 juta. Lalu keluar pekerjaan, dan memutuskan untuk menjadi penulis. Menurutnya, bekerja di perusahaan membuat dirinya jauh sama Tuhan. Berkurang waktu ibadahnya blablabla…blablabla….
  • Menurut bapaknya, sebelumnya, Rindu juga pernah bekerja dan memiliki pengalaman luas di NGO internasional yang membawanya keliling dari satu negara ke negara lainnya di Eropa. Maklum, Rindu memiliki kemampuan lima bahasa.
  • Keputusan Rindu menjadi penulis adalah hal yang menurutnya menjadi penyesalan bapaknya. Sang jenderal kaya raya sering mempertanyakan, berapa sih pendapatan yang bisa diperoleh dari menulis. Sehingga Rindu harus mampu membuktikan pada bapaknya (yang sebelum menjadi jenderal) telah menjual tanah dan lain-lain untuk menyekolahkan Rindu sampai Jenewa. Akhirnya Rindu ingin membuktikan, bahwa menjadi penulis mampu memiliki penghasilan tinggi seperti ketika Rindu masih bekerja dengan gaji 60 juta per bulan.
  • Rindu juga mengatakan bahwa dalam dunia penulisan, dia pernah menulis buku untuk artis Syahrini, Pegy Melatisukma. Menulis untuk ACT (Aksi Cepat Tanggap). Rindu juga beberapa kali mengatakan, bahwa naskah tulisannya ada yang pernah dicuri/plagiat oleh penulis Asma Nadia.
  • Dalam dunia trainner, dia mengaku lulusan terbaik (tapi gue lupa tahun berapa) afiliasi Akademi Trainnernya Jamil Azzaini. Meski untuk urusan “terbaik” ini, terkadang saya meragukannya. Terutama setelah melihat cara bicaranya di depan audiens dan di depan kamera yang tidak pernah bisa fokus, sering terbata-bata dan tidak jarang tidak memahami kapan waktu bicara dan berhenti. Kepada Jamil, Rindu memanggilnya dengan sebutan “Eyang Jamil”.

Sumber : https://twitter.com/RinduIstiqomah/status/588228720202227713

  • Urusan percintaan. Menurut ceritanya di awal perkenalan, Rindu sempat akan menikah dengan pria bernama Zaki, anak dari salah seorang mantan orang terpandang di Jawa Barat (Gue lupa, kalau enggak salah Rindu menyebutnya anak dari mantan Gubernur Jawa Barat). Semua sudah dipersiapkan, sampai tiket bulan madu ke Turki (atau manalah gue juga lupa) sudah dipersiapkan. Tapi semua batal karena ibu dari Zaki akhirnya tahu bahwa Rindu mengidap penyakit (yang menurut Rindu mematikan) Thalasemia Alfa Minor. Akhirnya Zaki menikah dengan sahabatnya Rindu sendiri. Dan Rindu patah hati sejadi-jadinya di sini. Sampai ingin mati.
  • Setelah waktu berlalu, Rindu berhasil mengobati patah hatinya, lalu menjadi seorang trainer (pembicara sekaligus penulis). Menghabiskan uang 30 jutaan untuk mengikuti program sampai akhirnya berhasil menjadi afiliasi terbaik. Dari sini, akhirnya Rindu mengenal dan menikah dengan seorang motivator terkenal. Ketika pertama kali menceritakan hal itu kepada saya, Rindu tidak menyebutkan siapa nama motivator terkenal itu. Hanya mengatakan bahwa suaminya adalah “motivator terkenal”. Dan ketika bercerita, Rindu juga sempat mengucapkan kalimat, “Sampai saat ini, saya masih sangat mencintainya,” begitu kata Rindu kepada saya. Walau di sisi lain, Rindu masih mengenang sakit hati karena cerita tragis yang akhirnya ia terima dari suaminya yang motivator itu. Saya hanya membatin, mungkin itulah yang dinamakan dengan move on nanggung ala-ala.
  • Cerita tragis yang diterima dari motivator itu, maksud Rindu adalah karena sebenarnya pernikahan mereka tidak mendapat Restu dari bapaknya Rindu. Melalui kapasitasnya sebagai petinggi BIN, bapaknya bisa mengetahui bahwa calon suami Rindu yang motivator itu adalah pria tidak baik dan sudah beristri. Tidak pantas untuk Rindu. Namun, karena Rindu sudah sebegitu cintanya, dia tidak peduli pada apa yang disampaikan oleh bapaknya. Sampai ketika Rindu sedang mengisi acara (kalau gue enggak lupa, di Palembang), pria itu pun sedang mengisi acara di Palembang, bertemulah mereka. Rindu mengatakan pada saya, bahwa di Palembang itu dirinya tidak tahu, motivator itu telah mempersiapkan seseorang untuk menikahkan mereka meski Rindu tidak direstui orang tua. Sebuah aturan PKS melalui murabbi-murabbinya, yang mana menurut Rindu, murid harus lebih mendengarkan murabbi daripada orang tua sendiri jika terjadi perbedaan pendapat. Termasuk dalam hal perkawinan. Akhirnya mereka menikah, dan bapaknya Rindu datang hanya sebentar menggunakan pesawat ke Palembang. Selesai ijab (yang tidak disebutkan oleh Rindu dihadiri berapa orang), bapaknya menunjuk dengan marah ke muka pria yang sudah menjadi suami Rindu itu, lalu pulang ke Jakarta.
  • Waktu berjalan, akhirnya Rindu dan suaminya yang motivator itu mengontrak rumah. Karena Rindu telah diusir oleh bapaknya, sebab tidak menuruti nasihat agar tidak menikah dengan pria pilihannya itu. Sampai akhirnya, istri dari pria itu mengetahui dan mendatangi keduanya.
  • Sayang sekali saudara-saudara, setelah melihat Rindu dicaci-maki, dilacur-lacurkan, ternyata si motivator itu tidak membela Rindu sama sekali. Atau melerai pertikaian yang terjadi di hadapannya, antara dua wanita yang mencintainya. Arjuna satu ini, memilih diam.
  • Dan parahnya, para pemirsa. Setelah melihat Rindu dikejar sampai ruang kamar, disiram air, ditindih badannya di lantai blablabla oleh istri pertama,..pria yang juga telah menjadi suami Rindu itu, justru pergi bersama istri pertama dan meninggalkan Rindu begitu saja. Sendirian. Sejak hari itu dan selamanya.
  • Menurut cerita Rindu, kemudian dirinya melalui hari dalam kesendirian dan penuh tangisan. Pingsan dalam kesunyian, berteman air mata, di atas sajadah dan bolak-balik pingsan siuman. Mau menghubungi bapaknya, dia sudah diusir, mau menghubungi suaminya, pria itu sudah pergi bersama istri pertama. Begitu menurut Rindu. Dan begoknya, gue percaya aja. Jiancuk!
  • Dalam situasi yang bolak-balik pingsan-siuman itu, dengan Thalasemia Alfa Minornya, suatu malam Rindu pingsan di atas sajadah. Yang menurut ceritanya, jika tidak ada yang menyelamatkan, mungkin dia sudah mati.
  • Tapi tiba-tiba, super hero datang, Adik-Adik. Bapaknya Rindu datang, menyelamatkannya dengan mendobrak pintu, lalu membopong Rindu membawanya ke rumah sakit. Horay!

Sumpah gue merasa seperti orang bego ketika menulis bagian ini. But, ya itulah yang diceritakan Rindu di awal perkenalannya dengan saya sekitar Agustus 2017 sampai dengan September 2017. Setelah diselamatkan bapaknya itu, Rindu kembali akur dengan sang jenderal. Tinggal di rumah bapaknya yang jenderal, dan akan memperbaiki kesalahan dengan sepenuhnya patuh pada bapaknya yang jenderal. Begitulah ceritanya, saudara-saudara. Upil itu asin, Jenderal!

  • Di awal cerita, Rindu tidak menyebutkan siapa nama motivator yang menjadi suaminya serta telah beristri itu. Sampai kemudian, (entah bulan apa saya lupa, yang jelas, sudah mulai memposting tulisan-tulisan yang dilampiri foto bersama saya), Rindu bercerita bahwa motivator itu kembali mengganggunya melalui teror-teror. Kala itu, ceritanya Rindu sudah move on. Saat bercerita kepada saya, Rindu akhirnya menunjukkan sosok motivator tersebut, yaitu dua akun berikut :

facebook 1 : https://www.facebook.com/solver.agung.1

facebook 2 : https://www.facebook.com/solveragung22

  • Sampai semua ini dituliskan, saya tidak pernah berkenalan atau berkomunikasi dengan motivator itu. Atau menanyai lebih dalam tentangnya, kepada Rindu. Seperti biasa, hanya saya anggap angin lalu yang bukan menjadi urusan saya.
  • Awal berkenalan dengan saya, dan setelah menceritakan tentang Zaki sampai Agung serta dramanya masing-masing, Rindu tidak pernah sekali pun mengatakan bahwa dirinya telah memiliki anak. Sampai kemudian, di hari-hari terakhir kegiatan sunatan massal, pada bulan Desember 2017, saat perjalanan menggunakan kapal feri dari Distrik Misool untuk kembali ke Sorong Papua Barat, Rindu tiba-tiba menangis sendiri di dek kapal bagian depan. Teman-teman lain dalam tim juga menyaksikan hal itu. Saya bertanya sebabnya, lalu Rindu bercerita bahwa sebenarnya dirinya bertahun-tahun kesal pada bapaknya. Sejak kecil hidupnya dikekang dengan didikan yang keras ala militer. Sampai kemudian, Rindu mengatakan bahwa foundation adalah satu-satunya jalan untuk membuktikan kepada bapaknya bahwa dirinya mampu bangkit dari keterpurukan setelah meninggalkan posisi Direktur Keuangan bergaji 60 juta dan pernikahannya yang kandas. Rindu juga tiba-tiba berterus terang, menyampaikan sebuah informasi yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Bahwa dirinya memiliki seorang putri, tapi ikut mantan suaminya. Saya kira yang dimaksud suaminya itu adalah Agung, tapi ternyata bukan. Bingung, kan? Sama!
  • Mantan suami yang dimaksudkan dalam cerita baru Rindu itu adalah, pria pengusaha yang bekerja di Asutralia, teman sekolah Rindu sendiri. Jadi, dalam pemikiran saya, kemungkinan peristiwa itu terjadi jauh sebelum Agung atau Zaki. Auk, ah.
  • Menurut Rindu, anaknya bersama pengusaha Australia itu adalah hasil hubungan di luar pernikahan. Sang hero, bapaknya Rindu marah besar. Meski akhirnya pria pengusaha itu mau bertanggung jawab untuk menikahi Rindu.
  • Untuk menutup rasa malu karena hamil di masa sekolah, Rindu dibawa ke Jerman. Tinggal di tempat omnya (adik bapaknya yang bernama Surya) sampai melahirkan di sana. Bapaknya, mondar-mandir Jakarta-Jerman. Meski enggak menampakkan diri di hadapan Rindu, dengan gaya inteligen ala-ala, bapaknya tetap berada di dekat Rindu dalam bentuk penyamaran. Menurut Rindu ketika bercerita di atas kapal feri, akhirnya dia dan anaknya pulang ke Indonesia. Sampai di Jakarta, bapaknya sudah menyediakan surat cerai antara Rindu dengan si pengusaha Australia itu. Jadi, selama Rindu menjalani proses persalinan di Jerman, bapaknya di Jakarta melakukan negosisiasi dengan pihak keluarga si pengusaha Australia. Bapaknya tidak menyetujui pernikahan memalukan itu, dan meminta perceraian dilakukan. Keluarga si pengusaha Australia itu menyepakati asalkan Rindu atau bapaknya, tidak akan menemui putrinya Rindu lagi. Akhirnya, Rindu harus menerima surat cerai itu dan berpisah dari suami serta putrinya. Sedangkan putrinya (yang ketika di atas kapal feri oleh Rindu disebut masih SMP), akhirnya diasuh oleh keluarga si pengusaha Australia yang juga berdomisili Jakarta. Saya tidak pernah menanyakan siapa nama mantan suaminya itu. Juga tentang hal lain yang terkait dengan pengusaha itu. Tidak sedikit pun. Untuk apa juga.
  • Menurut Rindu ketika di atas kapal itu, Agung bersama dirinya pernah bertemu dengan putrinya, ditemani oleh mantan suaminya yang pengusaha Australia itu (Rindu, Agung, putrinya Rindu, mantan suaminya Rindu). Setelah pertemuan itu, Agung sempat marah pada Rindu, karena putrinya tidak mau menyalimi tangan Agung. Menurut penuturan Rindu, Agung menganggap bahwa Rindu tidak bisa memperkenalkan dengan baik, tentang status Agung yang telah menjadi suaminya. Atau dengan kata lain, sosok “ayah” juga bagi putrinya Rindu itu. Begitu ceritanya. Auk ah, elap!
  • Jadi intinya, ketika awal berkenalan dengan saya di bulan Agustus 2017, Rindu mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki anak. Lalu di Desember 2017 saat di atas kapal menuju Sorong, Rindu mengatakan, dirinya punya satu anak usia SMP. Dan…sampai kemudian sekitar bulan Maret/April 2018, bersamaan dengan desas-desus di komunitas kepenulisan yang menggunjingkan tentang usia Rindu, akhirnya Rindu kembali memberikan cerita baru lagi. Bahwa dirinya memiliki dua anak! Jadi, anaknya yang usia SMP itu, ternyata punya kakak. Cewek juga, usianya SMA. Di Jakarta juga. Di asuh oleh keluarga si pengusaha itu juga! Dan begoknya…gue diem aja. Sambil percaya!

Dan gue baru sadar ketika ngetik di bagian ini. Mentertawai diri sendiri, betapa begoknya gue!

Saat mendengar cerita itu, gue anggap semua ceritanya hanya sebagai informasi yang melintas lalu. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Cuma gue iya-iyain. Enggak berniat untuk berpikir, enggak pula bertanya. Bodo’ amat. Dan memang enggak pernah gue ceritain ke siapa-siapa lagi sampai gue tuliskan semua ini.

Dan…detik ini gue baru tersadar. Mana mungkin Rindu yang katanya setiba di Jakarta langsung bercerai, lalu menyerahkan satu anak hasil hubungan di luar nihaknya itu ke pihak keluarga si pengusaha Australia, lalu tidak pernah bertemu lagi, tapi ujug-ujug anak itu bisa punya kakak, yang ketika bercerita di bulan Maret/April 2018, anak berstatus “kakak” itu sudah seusia anak SMA??? Kapan lahirnya?? Ini kan, taek!

  • Rindu mengatakan, bapaknya adalah anak pertama. Memiliki adik di Aceh yang dipanggil oleh Rindu dengan sebutan tante Lili. Lalu satu adik lagi di Jerman yang oleh Rindu dipanggil om Surya. Lili dan Surya, masing-masing sudah berkeluarga dan memiliki keturunan.
  • Bapaknya Rindu sendiri memutuskan untuk tidak menikah lagi, meski banyak perempuan yang mengidamkannya. Bapaknya hanya ingin menjaga kesetiaan bagi mendiang istrinya. Dan meyakini bahwa dirinya akan bertemu dengan mendiang istrinya itu di surga. Sempat ada beberapa pilihan calon ibu bagi Rindu, tapi Rindu tidak menyetujui. Hal ini kadang membuat Rindu merasa bersalah, katanya. Oh, iya. Menurut Rindu, nama mendiang ibunya adalah Meutia.
  • Bapaknya Rindu adalah orang yang sangat ingin menimang cucu dari Rindu. Selalu mengatakan kepada saya bahwa Rindu itu anak baik, anak hebat, penurut, berpendidikan tinggi, banyak yang menginginkannya, satu-satunya pewaris tunggal kekayaannya, enggak akan menyesal jika seorang pria menjadikan Rindu sebagai istrinya blablab…blablabla….
  • Bahkan, pernah beberapa kali Rindu dan Bapaknya mengatakan sedang mengurus ke pengacara mereka, perihal pengalihan kepemilikan beberapa perusahaan dari bapaknya ke Rindu. Ini juga yang kemudian hari menjadi alasan, Rindu sempat menolak untuk dicantumkan namanya di akta foundation. Menurut Rindu dan Bapaknya, nama Rindu sudah terlalu banyak tercantum di akta perusahaan. Khawatir di dalam kepengurusan foundation terjadi apa-apa, nanti perusahaan akan terbawa-bawa. Walau sampai akhirnya, akta foundation yang mereka janjikan enggak pernah ada. Dengan alasan baru lainny (dengarkan penjelasan di rekaman).
  • Karena tidak menikah lagi, bapaknya sering kasihan pada Rindu. Tidak punya adik sebagai saudara. Dan bapaknya sering kepikiran, akan dengan siapa Rindu di Jakarta jika kelak dirinya mati. Bahkan sering mengatakan, Rindu akan enggak memiliki siapa-siapa lagi di dunia jika dirinya meninggal. Dalam artian, akan enggak punya ibu, bapak dan saudara kandung.
  • Bahkan, Rindu dan Bapaknya sempat beberapa kali mengatakan. Bahwa sebelum mengenal saya di bulan Agustus 2017, sebenarnya Rindu sudah bersiap pindah ke Jerman dan akan menetap di sana. Semua sudah dipersiapkan hanya tinggal menentukan waktu keberangkatan. Tapi, niatan itu dibatalkan semua dan Rindu memilih untuk tetap di Indonesia,  sejak mengenal saya dan apalagi setelah ada foundation. Di bagian selanjutnya dalam tulisan ini (tentang pertemuan pertama kali antara saya dengan Rindu di Jogjakarta pada bulan Oktober 2017 yang awalnya saya masih ingat dalam rangka pembicaraan novel, webseries dan film “Ada Tuhan di Matamu”), dikatakan oleh Rindu di kemudian hari, merupakan salah satu cara yang ia tempuh sebelum memutuskan apakah dirinya akan tetap di Indonesia, atau seperti rencana semula yaitu pindah ke Jerman. Ceritanya, bapaknya memberikan kesempatan lebih dahulu, seperti apa peluang kerja sama antara Rindu dengan saya dalam hal novel, webseries dan film “Ada Tuhan di Matamu”. Jika memiliki peluang bagus, maka Rindu boleh tetap di Indonesia. Jika tidak, maka Rindu harus segera pindah ke Jerman.
  • Terlalu banyak hal yang harus diingat dan dituliskan pada poin ini. Sehingga, jika nanti teringat cerita yang lain, saya akan memperbarui dengan menambahkannya dalam tulisan ini. Atau jika para pembaca, merasa menjadi korban kebohongan Rindu baik materiel atau nonmateriel dan ingin menambahkannya, silakan dapat di kirimkan melalui surat elektronik/email ke : info@radityariefananda.com . Satu syaratnya, dilengkapi dengan bukti (tautan/link, screenshot, foto, video pernyataan/testimoni/pengakuan, dan lain-lain). Jelaskan di dalam surel, jika ada bagian-bagian tertentu dari bukti-bukti itu, yang harus disensor. Ditunggu!

Apakah semua cerita yang saya sampaikan di atas adalah karangan saya semata??

Tentu saja bukan. Semua adalah cerita yang disampaikan oleh Rindu sendiri. Dan lagi, dalam penelusuran yang saya lakukan pada 06 Februari 2019 dalam rangka mencari tambahan bukti-bukti, saya justru menemukan sebuah berita yang memuat tentang profil Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di sebuah portal bernama pojoksatu.id dan diterbitkan pada tanggal 20 April 2015. Tanggal itu adalah waktu yang sangat jauh sebelum saya mengenal Rindu Istiqomah.

Di dalam tulisan hasil wawancara itu dapat diketahui. Bahwa Rindu menyampaikan cerita yang serupa dengan apa yang saya tuliskan di atas. Namun, pada bagian masa kritis, saya baru tahu dari tulisan tersebut ketika selesai membacanya. Bahwa ketika menyampaikan ke jurnalisnya, Rindu mengatakan sudah melewati masa kritis itu. Entah mana yang benar, yang disampaikan Rindu kepada saya atau kepada jurnalis itu. Atau keduanya kebohongan semata, entahlah. Berikut ini liputannya :

Sumber : https://pojoksatu.id/pojok-bibir/2015/04/20/rindu-ade-sosok-kartini-jaman-modern/

Melalui penelusuran lainnya, saya juga menemukan video di sebuah channel youtube, di mana Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sedang berbicara di depan publik. Dalam video yang sudah saya potong-potong untuk diambil bagian-bagian yang berhubungan dengan tulisan ini, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menyampaikan beberapa hal tentang dirinya. Yang sama dengan apa yang saya tulis di atas. 

Untuk melihat video asli berdurasi sekitar 40 menit (video yang belum saya potong), dapat langsung ke sumbernya yaitu channel youtube Masjid Al Barokah yang menerbitkan video tersebut pada tanggal 25 Maret 2015, sekitar 2 tahun sebelum saya mengenal Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Link sumber video asli : https://www.youtube.com/watch?v=otjfd9M1SeQ&feature=youtu.be

*****

Apakah saya pernah menikah dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade?

TIDAK PERNAH!

Tepatnya tahun 2015, saya bercerai dengan mantan-mantan istri (bukan Rindu). Perceraian itu, terjadi jauh sebelum saya mengenal Rindu. Sejak 2015 itu, sampai saat saya tulisakan semua ini, saya tidak pernah menikah lagi dengan siapa pun. Apalagi dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade Istiqomah. Seperti enggak ada betina lain saja di negeri ini.

Kembali ditegaskan, saya tidak pernah menikah dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Tidak pernah pula menjalin hubungan spesial apa pun dengannya. Selain hubungan kerja dan sebatas teman.

Sebenarnya, hal ini sudah berulangkali saya tekankan ke Rindu baik melalui Whatsapp atau telepon. Dari intonasi yang biasa, sampai yang memekakan microphone handphone saya. Tapi ya itu, manusia satu ini mungkin diciptakan dari jenis karet. Ndablegnya luar biasa. Termasuk bapaknya.

Sampai ternyata, aktingnya memang luar biasa. Luar biasa gilanya. Menangislah, minta maaflah, masuk rumah sakit lah, mau matilah, pingsan-pingsanlah. Lalu curi-curi kesempatan lagi untuk kambali membangun opini melalui tulisan dan foto-foto di media sosialnya. Yang terkadang, saya jarang memantaunya (terutama twitter dan instagram). Semoga Tuhan enggak menyesal sudah menciptakan Rindu, si “pendakwah”. Eh, “ustazah”. Embuh, lah!

Jika saat ini saya mendengarkan informasi bahwa Rindu masih saja menjual cerita dan air mata dengan mengatakan bahwa saya pernah menikah dengannya. Atau, cerita terbaru yang beredar setelah saya membuat pengumuman pada tanggal 14 September 2018, dimana narasinya berubah menjadi bahwa saya adalah mantan suaminya, melakukan KDRT dalam berumah tangga, lalu menceraikannya, merebut perusahaan yang dibangunnya, enggak mau punya anak darinya, enggak mau mengakui sebagai mantan istrinya, blablablablabla…mungkin air ludah akan menjadi unsur yang tepat untuk dihantamkan ke mukanya. Semua cerita itu tidak benar!

Mintakan buktinya, jika mendengar dia bercerita hal semacam itu. Jangan pernah berganti topik pembicaraan, jika bukti-bukti belum mampu dia tunjukkan. Kembalikan minta bukti-bukti apa yang dia ucapkan ketika Rindu terdengar mengalihkan pembicaraan. Atau, segera tinggalkan, jika yang bersangkutan terus-menerus mengalihkan pembicaraan dan berkelit dengan kebohongan.

Apakah saya tinggal atau pernah tinggal satu rumah dengan Rindu?

Tidak pernah sama sekali!

Boro-boro tinggal satu rumah dengan Rindu. Alamat rumahnya Rindu saja saya tidak tahu. Apalagi bertemu dengan bapaknya. Atau melihat rumah-rumah bapaknya yang katanya banyak itu, enggak pernah!

Dari sejak mengenal Rindu pada bulan Agustus 2017 sampai saya menuliskan semua ini pada 06 Februari 2019, saya bertemu dengan Rindu hanya sebanyak 5 (lima) kali.

1.Oktober 2017-Jogjakarta

Pertemuan pertama, saat akan membahas (yang katanya) webseries/film dan novel.

2.Desember 2017-Jakarta

Persiapan menuju Raja Ampat. Saya berangkat dari Solo malam hari, tiba di Jakarta pagi hari. Lalu melakukan cek persiapan dan packing barang-barang untuk sunatan masal yang akan dibawa ke Raja Ampat hingga malam hari. Subuh menuju Cengkareng, lalu terbang menuju Papua Barat. Selesainya kegiatan di Raja Ampat, dari bandara Sorong saya langsung kembali ke Solo transit di Makassar. Sedangkan Rindu dan lainnya, kembali menuju Jakarta.

3.11 Februari 2018 -Semarang & Pati

Saya menuju Semarang dari Solo. Bertemu dengan Rindu dan tim di Semarang. Pelaksanaan event di Semarang. Lalu menuju Pati. Pelaksanaan event di Pati. Lalu kembali ke Semarang. Dari Semarang, Rindu dan tim kembali ke Jakarta, saya kembali ke Solo. Di sini, Rindu sempat meminta untuk bertemu dengan Ibu saya. Namun saya menolak. Ngapain. Di masa ini, saya sudah mulai eneg melilhat tulisan-tulisan pada postingan Rindu. Jauh-jauh hari pun ibu saya sudah berpesan dengan prinsipnya, enggak mau menemui seorang yang bukan siapa-siapanya saya. Dan lagi saya sudah mulai menjaga, agar kebiasaan Rindu yang suka memfoto-foto lalu membuat cerita sesuka hatinya, tidak terjadi pada ibu saya. Sehingga sampai detik ini, Rindu tidak pernah sekali pun menginjakkan kaki di rumah kedua orang tua saya, berfoto dengan mereka dan lain-lain. Seperti karangan cerita yang disampaikan oleh Rindu di luaran sana.

22 Feruari 2018 – Malang

Saya dari Solo menuju Malang, Rindu dari Jakarta menuju Malang. Bertemu di lokasi even, pelaksanaan even, lalau kembali ke kota masing-masing. Saya ke solo, Rindu ke Jakarta.

21 April 2018 – Bali & Lombok

Saya dari Solo menuju Bali, Rindu dari Jakarta menuju Bali. Bertemu di lokasi even, pelaksanaan even Bali & Lombok. Lalu kembali ke Bali, selanjutnya menuju kota masing-masing. Saya ke solo, Rindu ke Jakarta.

13 Mei 2018 – Pekanbaru

Saya dari Solo menuju bandara Jogjakarta lalu ke Pekanbaru, Rindu dari Jakarta menuju Pekanbaru. Bertemu di lokasi even, pelaksanaan even, lalu kembali ke kota masing-masing dari Pekanbaru. Saya ke bandara solo, Rindu ke Jakarta.

Jadi, jika di luaran sana Rindu menebarkan cerita bahwa saya tinggal serumah dengannya, sedang dibuatkan kopi, lagi minta dibuatkan mi instan, blablablablablabla,…itu adalah bullshit adanya!

Termasuk foto di bawah ini yang pernah diposting oleh Rindu dengan tulisan khayalnya. Yang saya dengar dari teman saya, Lisa. Dikatakan adalah rumah kami berdua. Rindu telah berbohong besar dalam hal ini kepada banyak orang.

Rumah tersebut adalah rumah milik panitia yang mengundang untuk cara di Malang. Ketika hendak pulang, saya melihat ada gelas dan piring kotor bekas saya gunakan. Lalu, sambil menunggu jemputan, demi adab sebagai tamu, saya cuci piring dan gelas kotor tersebut beserta yang kotor lainnya agar dapur kembali bersih. Kebetulan Rindu melintas menuruni tangga. Dan seperti biasa, dia mengambil gambar tanpa sepengetahuan saya.

Foto di rumah panitia event Malang. Bukan di rumah milik saya dan Rindu.

Silakan mengonfirmasi perihal apakah Rindu pernah mengatakan bahwa rumah itu adalah rumah saya dan Rindu ke teman saya yang menjadi korban kebohongannya. Klik link berikut :

Lisa : https://www.facebook.com/icha.buchari

 

So, apa saya pernah menikah dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade?

Tidak pernah sama sekali. Tidak pernah sekali pun. Penjelasan selengkapnya, dengarkan di dalam rekaman suara.

Rekaman-1 

Tentang :

-Novel Ada Tuhan di Matamu

-Kebohongan webseries & film “Ada Tuhan di Matamu”

-Kebohongan endorse umroh “ADA Tuhan di Matamu”

-Tentang bapaknya Rindu

Silakan simak kejutannya melalui rekaman suara di bawah ini :

Rekaman-2

Saya tambahkan perihal webseries/film “Ada Tuhan di Matamu”.

Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade mengatakan bahwa dirinya diminta oleh Wardah Kosmetik (melalui rekanan Production House/PH) untuk menulis cerita yang akan difilmkan. Tapi lebih dahulu akan dibuat webseries (film pendek bersambung di youtube). Ucapannya ini seiringan dengan pembahasan Ada Tuhan di Matamu yang telah diperbincangkan sebagai karya duet.

Intinya, Rindu menyampaikan bahwa Wardah Kosmetik menyediakan sejumlah dana sponsor yang akan diserahkan kepada PH yang telah lama menjadi rekanan Wardah, untuk dibuatkan film pendek. Namun, Wardah meminta kepada PH tersebut, bahwa Penulis ceritanya haruslah Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Menurut Rindu, Wardah tidak mau jika penulis ceritanya bukan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade.

Hal itu kemudian disampaikan oleh Rindu kepada saya. Sekaligus dirinya memutuskan untuk memilih Ada Tuhan di Matamu saja yang akan dia ajukan kepada pihak Wardah melalui PH rekanan Wardah. Daripada dirinya harus menulis karya baru.

Sampai kemudian, sebelum ke Raja Ampat, rencana pembuatan webseries/film tersebut saya batalkan dan saya tidak pernah membahasnya kembali (silakan dengarkan kembali, alasan pembatalannya di dalam rekaman-2).

Dan akhirnya, pada 05 Februari 2019 sebelum tulisan ini diterbitkan, saya mengetahui kebenaran ceritanya setelah dihubungi oleh PH yang kala itu akan mengerjakan pembuatan webseriesnya.

Sebelum menerbitkan tulisan ini, saya memang telah terlebih dahulu memposting informasi-informasi pendukung tulisan seperti grafis dan lain-lain perihal kebohongan-kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, di status WhatsApp. Mungkin ada pihak-pihak yang melihat status WhatsApp saya itu, lalu menyampaikannya kepada pihak PH. Sehingga akhirnya pihak PH menghubungi saya.

                  

    

 

 

 

 

Screenshot : 06 Februari 2019

Konfirmasi obrolan :

Klik akun facebook ini.

 

 

 

 

 

 

Kesimpulan :

Berikut ini adalah dugaan yang dapat saya simpulkan setelah melakukan perbincangan dengan pihak PH di atas. Perihal alur kebohongan Rindu atas rencana pembuatan webseries/film Ada Tuhan di Matamu :

1.Setelah berbincang awal dengan saya tentang Novel Ada Tuhan di Matamu, diam-diam, Rindu menanyakan biaya pembuatan webseries/film kepada PHDengan mengatakan pada PH tersebut, bahwa dia ingin membuat webseries untuk novel Ada Tuhan di Matamu, yang awalnya mungkin dikatakan adalah karya miliknya.

2.Pihak PH menyampaikan kisaran anggaran (sebelum melihat skenario) ke Rindu, di angka Rp150 juta. Tapi agar RAB (Rencana Anggaran Biaya) lebih mendekati real, pihak PH membutuhkan skenario.

3.Agar Rindu bisa mendapatkan skenario dari saya, akhirnya Rindu mengelabui saya dengan mengatakan bahwa dirinya baru saja diminta oleh Wardah Kosmetik untuk menulis cerita yang akan difilmkan. Sekaligus mengatakan bahwa Wardah siap mensponsori melalui sebuah PH. Dalam hal ini saya patut menduga, bahwa karena Rindu tidak bisa menulis skenario, maka dia berbohong dengan mengatakan hal semacam itu. Agar saya mau segera membuatkannya.

4.Setelah skenario saya buatkan dan diterima oleh pihak PH, RAB dihitungkan. Kemudian, RAB sebesar Rp300 juta disampaikan ke Rindu, dan oleh Rindu disampaikan ke saya. Dan saya bengong sekaligus bertanya-tanya, betapa enggak masuk akalnya alasan Rindu yang mendadak menjadi seperti orang bego’ dengan mengatakan “Enggak tahu, tuh PH-nya. Katanya mau nyariin sponsor dan nembusin ke Wardah. Buat carikan dana bikin webseries ini.”   Ketika saya mempertanyakan ceritanya di awal, yang mengatakan bahwa dirinya diminta oleh Wardah dan akan disponsori. Kan, asu.

4.Fix. Dalam hal ini, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah melakukan kebohongan.

 

Kebohongan Rindu tentang usia. Berapakah usianya?

Saat pertama kali membaca profil Rindu di komunitas yang mengundangnya sebagai narasumber Ngobrol Online tentang kepenulisan, Rindu menyebutkan kelahiran 7 Mei 1983.

Hal ini juga selalu Rindu sampaikan kepada siapa pun yang ia kenal, termasuk juga di hadapan audien ketika mengisi acara di beberapa kesempatan. Namun, pada bulan April 2018 bersamaan dengan merebaknya isu yang menggunjingkan tentang usianya, akhirnya Rindu mengaku bahwa dirinya lahir pada tahun 1966 atau 1967 (saya agak lupa). Yang mana, pada 7 Mei 2018, usia Rindu adalah 50 atau 51 tahun!

Sekadar informasi saja. Rindu adalah pecinta kamera 360. Dan ketika menggunakan efek-efek pengolah foto, dia akan menggunakan segala efek yang na’udzubillah enggak kira-kira untuk menutupi kulit wajahnya yang menua. Atau, jika para pembaca tulisan ini pertama kali bertemu dengannya, dia akan mengatakan bahwa kulitnya yang tua itu adalah pengaruh obat-obatan yang Rindu konsumsi untuk menyembuhkan diri dari penyakit mematikannya.

Selengkapnya, silakan simak rekaman suara berikut ini :

Rekaman-3

 

Informasi yang saya ketahui dari pengakuan Rindu sendiri pada bulan April 2018 tersebut, sejalan dengan informasi yang saya peroleh dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh Lisa setelah kembali berkomunikasi dengan saya paska-September 2018. Lisa berhasil berbincang dengan teman sekelas Rindu di masa SMA/SMEA-nya.

Lisa adalah teman yang saya kenal dari sebuah komunitas lalu melanjutkan pertemanan dengan saya di facebook. Sebelum dan setelah saya mengenal Rindu, Lisa adalah orang yang sangat aktif mengomentari segala postingan saya. Kami bersahabat sangat baik.

Kemudian seperti biasanya, Rindu yang diam-diam saya perhatikan selalu meng-add pertemanan kepada siapa saja yang berkomentar serta memberikan penilaian pada postingan saya, hal ini dilakukan pula terhadap Lisa. Berteman dan berkomunikasilah mereka di belakang saya, tanpa saya ketahui. Dan memang bukan urusan saya juga.

Setelah saya membuat pengumuman tentang siapa Rindu sebenarnya pada 14 September 2018, saya perhatikan Lisa sudah tidak pernah berkomentar lagi pada postingan saya di facebook. Saya cek, ternyata benar, Lisa sudah menghapus pertemanan dengan saya. Mengetahui hal tersebut, saya hanya tertawa saja. Dan menduga, pasti sudah termakan oleh segala cerita Rindu tentang diri saya. Dan saya biarkan semua itu terjadi.

Namun, pada 23 September 2018 pukul 08.31 WIB saya mendapati permintaan pesan di inbok facebok dari Lisa, yang pagi itu masih belum berteman kembali dengan saya di media sosial tersebut.

Konfirmasi

Lisa : https://www.facebook.com/icha.buchari

Perbincangan di inbok tersebut berlanjut ke perpesanan whatsapp. Lalu perbincangan di telepon. Yang inti pembicaraannya adalah, Lisa meminta maaf kepada saya karena sempat terpengaruhi oleh cerita yang disampaikan oleh Rindu yang habis-habisan memfitnah saya. Lisa menyampaikan kepada saya, bahwa Rindu menceritakan ke sana-sini dan termasuk ke dirinya, betapa brengseknya seorang Raditya Riefananda.

Tanpa rasa malu, Rindu menebarkan fitnah dan kebohongan dengan mengatakan bahwa saya sudah menceraikan dirinya. Padahal antara saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tidak pernah terjadi pernikahan sama sekali. Jangankan nikah, kepikiran saja enggak.

Maaf. Ini, maaf banget.

Tanpa bermaksud menghina seorang perempuan berusia di atas 50 tahun yang disebut seperti nenek-nenek oleh sebagian pembaca saya, dan sebagiannya lagi ada yang menyebut kerupuk kulit sampai kerdus alias kerudung dusta seiring keriput kulitnya yang selaras dengan kebohongan demi kebohongan yang ia lakukan.

Apakah sebegitu bodohnya saya mau menikah dengan perempuan penuh dusta seperti Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Sedangkan di luaran sana masih banyak sekali wanita yang secara nyata terlihat lebih salihahnya, produktif dan sehat jasmani rohaninya, tidak penuh dusta serta kepalsuan hidupnya, cantik mulus dan semoknya,  yang jika berbicara tentang kelebihan, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade jauh tidak ada apa-apanya. Sedikit pun. Apalagi setelah saya tahu semua kebohongannya. Jijik jika mengingat segala kepalsuan, kebohongan, dan tausiah-tausiah religinya.  Pendakwah-pendakwah bedebah seperti Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade ini, nih. Yang merusak citra agama, risalah Tuhan. Jijik!

Selain itu, menurut yang saya dengar dari Lisa, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade juga mengatakan ke sana-sini bahwa saya merebut perusahaan/foundation dan mendepak dirinyalah. Saya main perempuan. Saya melorotin tante-tantelah. Saya memiliki kebiasaan video sex dan phonesex dengan tante-tantelah. Saya enggak mau mengakui Rindu sebagai istrinyalah. Saya enggak mau punya anak dari Rindulah. Saya meninggalkan utang ke penerbitlah. Saya membawa uang milik Rindu sampai 50   puluhan jutalah. Dan masih banyak fitnahan keji lainnya yang disampaikan oleh Rindu tentang saya, yang  kesemuanya saya tegaskan adalah kebohongan.

Menurut Lisa, Rindu juga bercerita ke mana-mana menghina keluarga saya. Ibu saya matre’ lah, keluarga saya brengseklah. Padahal, ketika sebelum karut-marut ini meledak, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade berulangkali memohon-mohon untuk bertemu ibu saya, menjanjikan ini dan itu dari mulai akan membelikan rumah sampai umrah yang oleh ibu saya tidak ditanggapi bahkan hanya disenyumi ketika membaca pesan dari Rindu (tambahan dari saya : mungkin ibu saya sambil membatin “sarap nih, orang!” Mungkin. Meski ibu saya tidak pernah seperti itu).

Bahkan ketika saya berdiskusi dengan ibu saya, menceritakan semua kelakuan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade serta niatan saya untuk membongkar semua ini. Ibu saya hanya tersenyum dan mengatakan “Sabar. Biar Allah yang membalas…”

Di detik itu, mendengar ucapan yang disampaikan oleh ibu, saya bersumpah. Akan mencari Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, dan memberinya “kejutan” yang saya pastikan akan membuatnya menyesal seumur hidup karena telah mengenal saya. Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sangat tahu. Seperti apa keseriusan saya, jika telah menyebut nama seseorang dan meminta seseorang itu untuk membaca nama lengkap saya, yang saya bubuhkan di akhir sebuah tulisan.

Keseriusan yang membuat aroma tanah dan kematian, adalah aroma yang sangat ingin saya rasakan. Melebihi aroma apa pun yang ada. Sehingga, tidak ada sedikit pun keraguan dan ketakutan. Atas segala risiko, pada apa yang akan saya lakukan.

“Elo, enggak akan pernah tahu, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Dari sisi mana gue mengintai. Dan di sebelah mana gue akan membuka kedok elo. Dalam setiap putaran 24 jam waktu yang elo punya. Atau bahkan, di hadapan orang-orang yang sedang menyimak dagangan narasi dan air mata elo. Ditunggu!”

Lanjut ke cerita Lisa…

Alasan Lisa kembali menghubungi saya adalah karena dirinya melihat banyak kejanggalan di diri Rindu. Dari mulai Rindu yang selalu mengalihkan pembicaraan saat diminta untuk menunjukkan foto-foto pernikahan dengan saya (yang memang tidak pernah ada, karena tidak ada pernikahan sama sekali). Selalu beralasan ini dan itu sebagai bentuk penolakan, jika Lisa ingin main ke rumah Rindu.

Sampai ucapan-ucapan Rindu yang oleh Lisa dinilai di luar nalar, seperti akan membelikan rumah bagi keluarga besar Lisa. Disuruh melaporkan saya ke petugas hukum tapi Rindu malah berkilah dan banyak alasan. Disarankan menghancurkan saya melalui bapaknya yang jenderal dan petinggi BIN tapi Rindu enggak berani. Hingga kesombongan-kesombongan ucapan Rindu saat ikut berkunjung ke rumah saudaranya Lisa di Jogjakarta dengan merendahkan si pemilik rumah melalui perkataan bahwa rumahnya kecil, kamarnya kecil, enggak sebanding dengan rumah dan kamar Rindu di Jakarta, dan kesombongan lainnya.

Sekadar informasi untuk semua yang membaca tulisan ini, Lisa mengajak Rindu ke Jogjakarta, karena kasihan melihat Rindu yang sehari-harinya (mungkin akting) menangis melulu. Karena ceritanya, baru ditinggalkan Raditya. Pe’A!

Screenshot obrolan bersama Lisa pada tanggal 23 November 2018 (setelah lisa kembali menyapa saya melalui facebook) . Lisa kembali menghubungi dan berkomunikasi dengan saya dengan alasan karena dirinya melihat kejangggalan-kejanggalan pada diri seorang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Setelah saling menyapa di perpesanan facebook, obrolan berlanjut di WhatsApp.

 

Dan masih ada sedikitnya 50 screenshot yang akan terlalu banyak jika harus saya lampirkan di sini. Tentang bagaimana Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang makan di mana pun (termasuk angkringan) selama di Jogja enggak pernah mau bergantian mengeluarkan uang, tentang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang diuji oleh temannya Lisa yang mencoba untuk meminjam uang hanya ratusan ribu tapi beralasan enggak bawa uang cash dan ATM tertinggal, tentang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang mengaku sebagai anggota komunitas penulis di Bandung tapi ternyata bohong, selama di Jogja Lisa enggak pernah melihat Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade mengonsumsi obat-obatan reguler untuk kankernya, Rindu Istiqomah yang ternyata masih stalker akun facebook saya namun mengatakan bahwa sahabatnyalah (Vita Ismail) yang melakukannya, dan masih banyak lagi cerita kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade lainnya yang disampaikan oleh Lisa kepada saya. Serta segala fitnahan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tentang diri saya, yang disampaikan ke Lisa melalui percakapan WhatsApp. 

Silakan, jika ada yang ingin bertanya tentang kebohongan-kebohongan lainnya dari seorang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, serta fitnahan-fitnahan tentang diri saya, yang pernah didengar oleh Lisa (baik langsung atau melalui pesan whatsapp, dapat  langsung mengonfirmasikan/menanyakan/meminta buktinya kepada Lisa, melalui akun di bawah ini : 

Lisa : https://www.facebook.com/icha.buchari

Setelah kembali berkomunikasi dengan saya dan sejauh tulisan ini dibuat, Lisa telah melakukan banyak penelusuran melalui relasi-relasinya yang tersebar. Mencari informasi apakah semua yang dikatakan oleh Rindu adalah benar. Sampai akhirnya Lisa ketahui, semua yang dikatakan Rindu adalah kebohongan. Tentang bapaknya yang jenderal dan komisaris sebuah perusahaan, ternyata bohong. Serta informasi lainnya yang pernah diucapkan Rindu tentang pernikahannya, keturunan Aceh, latar pendidikannya dan semua yang diucapkan adalah kebohongan.

Selain menelusuri ke perusahaan-perusahaan yang pernah diucapkan oleh Rindu bahwa dirinya pernah bekerja di sana, perusahaan-perusahaan yang oleh Rindu dikatakan bahwa bapaknya adalah komisaris di dalamnya, yang kebetulan Lisa sendiri memiliki teman di perusahaan-perusahaan tersebut atau anak cabangnya, sehingga memudahkan untuk melakukan penelusuran informasi, hasilnya TIDAK ADA NAMA Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sebagai Direktur Keuangan di Jobs DB/Perusahaan mana pun, TIDAK ADA NAMA Tengku Iskandar/Teuku Iskandar (bapaknya Rindu) di Dewan Komisaris G4S, dan kebohongan informasi lainnya.

Bahkan Lisa sempat mengirimkan screenshot yang menampilkan foto Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade ke sebuah grup sekolah, lalu ditanggapi oleh seseorang yang pernah satu kelas dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade.

Postingan Lisa di grup Komunitas SMEA Negeri 3 / SMK 6 – Jakarta :

Link :

https://www.facebook.com/groups/125330097536791/permalink/1930465373689912/

 

 

Dari postingan di grup facebook tersebut, berlanjut ke perbincangan di inbok antara Lisa dengan salah seorang anggota grup yang pernah menjadi teman sekelas Rindu itu. Makin terkuaklah kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Silakan dibaca…jangan kaget, ya!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lalu, seperti apakah brengseknya Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade?

4 Maret 2018, saya mendapatkan permintaan pesan di inbok facebook yang dikirim dari admin sebuah akun bernama rumah makan “RM Betawi Khadijah”. Admin tersebut mengaku sebagai adiknya Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, yang kemudian menyebutkan namanya Ade Damayanti.

Akun Personal RM Betawi Khadijah : https://www.facebook.com/rmbetawi.khadijah

yang setelah saya telusuri, ternyata juga terdapat laman fanpagenya :

Fanpage RM Betawi Khadijah : https://www.facebook.com/nasiuduk.khadijah/?ref=br_rs

Ade Damayanti : https://www.facebook.com/ade.damayanti

Twitter Ade Damayanti : https://twitter.com/adedamayanti

Ade Damayanti ini tiba-tiba memberikan penjelasan panjang tentang Rindu, yang ketika itu tidak saya pedulikan, karena sedang beraktivitas. Pesan yang dikirim pukul 3 sore hari tersebut saya anggap angin lalu. Dan baru saya balas pada malamnya sekitar pukul tujuh.

 

Setelah itu, saya screenshot obrolan tersebut dan saya kirimkan melalui pesan WhatsApp ke Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade serta bapaknya. Dan saya tidak memedulikan lagi hal tersebut karena segera melanjutkan aktivitas pekerjaan kembali di depan laptop.

Sedangkan Rindu serta bapaknya, membalasi pesan saya di WhatsApp dengan penjelasan panjang lebar dan tempo serta frekuensi pengiriman pesan yang cepat. Saya merasakan, ada kepanikan dalam diri mereka berdua.

Dalam balasan-balasan WhatsApp mereka masing-masing, Bapaknya Rindu mengatakan. Bahwa RM Betawi Khadijah adalah keluarga besar dari Pengusaha Australia (mantan suaminya Rindu). Dahulu salah satu anggota keluarganya RM. Betawi Khadijah pernah dibunuh oleh bapaknya Rindu yang jenderal itu. Mereka terus mencari keberadaan Rindu untuk menuntut balas. Itulah sebabnya Rindu harus selalu dilindungi. Dan munculnya mereka melalui pengiriman pesan inbok kepada saya, adalah sebagai bentuk pancingan agar Rindu dan bapaknya menampakkan diri.

Begitu pula, penjelasan yang disampaikan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Tidak jauh berbeda dengan penjelasan bapaknya yang tertulis pada paragraf di atas.  Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade dan bapaknya juga berulang-ulang mengingatkan saya, untuk tidak membalasi pesan tersebut. Saya sangat merasakan kepanikan mereka. Sedangkan saya malam itu, sedang asyik-asyik di depan layar monitor. Sambil nyemil dan selesaikan desain pekerjaan. Bodo’amat!

Setelah malam di bulan Maret 2018 itu, saya tidak pernah melakukan komunikasi dengan akun RM Betawi Khadijah lagi. Ngapain juga ikut campur urusan mereka. Yang semakin hari, semakin bermunculan cerita enggak jelas.

Sampai akhirnya setelah saya membuat pengumuman pada tanggal 14 September 2018 tentang bahwa saya bukanlah suami dari seorang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, dan ketika saya mulai susah berkomunikasi dengan Rindu serta bapaknya (karena pesan saya ke mereka selalu dibaca, namun mereka tidak pernah membalasnya). Telepon saya pada Rindu pun tidak pernah diangkat, sedangkan ada beberapa kewajiban Rindu yang berhubungan dengan buku pesanan milik orang lain yang belum selesai dia kerjakan, serta desakan saya yang terus meminta Rindu untuk memberikan klarifikasi kebohongan-kebohongannya, dan permintaan saya untuk menghapus semua tulisan-tulisan bohongnya yang melampirkan foto-foto saya, semua itu tidak digubris. Akhirnya saya kembali menghubungi akun RM Betawi Khadijah pada tanggal 19 September 2018 pukul 00.30 dini hari, untuk mencari tahu di mana keberadaan Rindu. Pesan saya tersebut baru dibalas besok malamnya sekitar pukul 19.02 WIB.

Dan…informasi yang saya peroleh dari perbincangan dengan Ade Damayanti (baik di inbok facebook atau ketika obrolan beralih ke WhatsApp), sungguh sangat mengagetkan. Rindu benar-benar keji!

Silakan baca screenshot obrolan saya dengan Ade Damayanti yang menggunakan akun RM. Betawi Khadijah. Serta dengarkan juga rekaman suara untuk memperjelas ceritanya. Betapa bajingan dan gilanya Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade!

 

Foto : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade bersama ibu kandungnya. Yang oleh Rindu Ade a.k.a Rindu Istiqomah dikatakan kepada semua orang bahwa ibunya tersebut telah meninggal sejak 4 jam melahirkannya. Namun realitasnya masih hidup.

Foto : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade bersama adik-adik yang tidak pernah diakuinya di ranah publik. Sebab Rindu Ade a.k.a Rindu Istiqomah selalu mengatakan bahwa dirinya adalah anak tunggal yang dibesarkan oleh seorang bapak jenderal tanpa pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.

   

Dari obrolan dengan Ade Damayanti di atas, saya mendapatkan dua foto yang saya perjelas di bawah ini :

Dan gue mendadak mual di bagian ini. Melihat kelakuan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, yang mengklaim dirinya seorang pendakwah, healer, tapi ke semua orang mengatakan kebohongan bahwa ibu kandungnya sudah mati, sedangkan realitasnya masih hidup. Namun cengengas-cengenges berfoto dengannya seperti tanpa rasa berdosa sama sekali!

Sosok ibu (apalagi kandung) yang bagi semua pendakwah dan semua manusia memuliakannya ke mana pun kaki melangkah, tapi bagi Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, seolah hanya sebatas sampah dengan mengatakan kepada banyak orang bahwa ibunya sudah mati. Elo sarap, Istiqomah! 

Parahnya, dalam ketidakwarasannya semacam itu, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade seringkali memberikan tausiah-tausiah dan kerapkali mengklaim dirinya sebagai healer yang mampu mengobati psikologis orang lain melalui praktik healing. Kekonyolan apalagi ini, ketika ada orang sarap yang belum mampu menyembuhkan dirinya sendiri, tapi berani praktik menyembuhkan orang lain??

Mungkin, cuma manusia-manusia tolol saja yang setelah membaca tulisan ini namun masih memercayainya dan bekerja sama dengannya. Apalagi menjadi “pasiennya”. Gilak!

Dalam kesempatan menelusuri akun RM Betawi Khadijah di bagian foto-toto, saya mendapati sebuah tagging foto yang menampilkan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade bersama dengan Ade Damayanti. Foto yang diterbitkan oleh sebuah akun bernama Marzukoh Rais (facebook : https://www.facebook.com/marzukoh.rais tersebut, menampilkan beberapa nama lain, yang memiliki kesamaan nama belakang yaitu “Rais”. Juga saat akun tersebut saya telusuri, membuat saya menemukan foto-foto lainnya yang menampilkan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di dalamnya.

Foto-foto yang saya temukan, diterbitkan dengan pengaturan publik. Sehingga tidak ada larangan bagi siapa pun untuk melihatnya. Termasuk mengambil dan memindahkannya, dalam kapasitas tidak dipergunakan untuk sebuah tindak kejahatan.

Di bagian ini, foto-foto yang akan saya tampilkan tidak akan diberikan sensor. Bukan dimaksudkan untuk mencemarkan nama baik pihak tertentu, melainkan untuk kelengkapan data serta demi sebuah informasi yang benar dan jelas.

Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1779124315433896&set=ecnf.100006615104272&type=3&theater

 

Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1779183382094656&set=pb.100000090358518.-2207520000.1549562545.&type=3&theater

 

Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1779452842067710&set=pb.100000090358518.-2207520000.1549562545.&type=3&theater

Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1779453128734348&set=pb.100000090358518.-2207520000.1549562545.&type=3&theater

Dan…berdasar apa yang disampaikan oleh Ade Damayanti, bahwa kakaknya (Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade) menghadiri acara ulang tahun ibunya yang ke-68, maka dapat dipastikan bahwa inilah ibu kandung dari Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang ternyata masih hidup. Namun dikatakan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kepada banyak orang (terutama pembaca dan audiensnya) bahwa ibunya sudah mati sejak 4 jam setelah melahirkan dirinya!

  Perhatikan angka lilinnya!

 

Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1779453605400967&set=pb.100000090358518.-2207520000.1549562545.&type=3&theater

Fix. Sebagai pedakwah, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade ( “Perempuan Pencari Tuhan” ) telah melakukan kebohongan publik dengan mengatakan ke banyak orang (audiensi dan pembacanya) bahwa ibu kandungnya telah mati sejak 4 jam setelah melahirkannya. Demi menciptakan narasi-narasi dan air mata untuk dikasihani sebagai anak tunggal. Yang bersedih karena tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu!!

Jika berdasar keterangan dari Ade Damayanti yang menyebutkan bahwa salah satu anak kandung Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade adalah bernama Jeihan, yang mana menurut Ade Damayanti kedua anak Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade itu ada yang sudah lulus kuliah dan baru masuk kuliahlalu saya  masukkan nama belakang “Rais” (yang saya temukan di tagging salah satu foto) ke dalam kolom pencarian teman di akun RM. Betawi Khadijah, maka kemungkinan besar inilah salah satu anak kandung dari Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Entah yang diceritakan sebagai anak hasil hubungan di luar nikah atau bukan. Saya tidak tahu dengan pasti.

Sumber : https://www.facebook.com/rmbetawi.khadijah/friends

 

Sumber : https://www.facebook.com/profile.php?id=100009630663407

 

Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=115155268815495&set=a.115155285482160&type=3&theater

Yang identik dengan foto saat ulang tahun berikut ini :

 

Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1779452685401059&set=pb.100000090358518.-2207520000.1549562545.&type=3&theater

 

Jehan Raissa : https://www.facebook.com/profile.php?id=100009630663407

Kemungkinan, inilah akun instagram dan twitternya :

Instagram : https://www.instagram.com/jehanraissa/

Twitter : https://twitter.com/jehanraissa

Silakan dihitung sendiri usia Jehan Raissa dengan mengamati fotonya tersebut, lalu dihitung mundur untuk menebak usia kelahiran Jehan Raissa. Kemudian pertanyakan, benarkah seorang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kelahiran tahun 1983, 1984 atau 1985, jika anaknya sudah sebesar ini ???

Jika tidak tepat bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade adalah kelahiran tahun 1983, 1984 atau 1985, maka lagi-lagi,

Fix. Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah melakukan

KEBOHONGAN PUBLIK PERIHAL

TAHUN KELAHIRANNYA!

Setelah perbincangan melalui media perpesanan facebook di antara saya dengan Ade Damayanti pada tanggal 19 September 2018 di atas, obrolan berlanjut di perpesanan WhatsApp yang diawali oleh pesan dari Ade Damayanti pada tanggal 20 September 2018. Lalu terjeda, dan sempat terjadi perbincangan lagi di tanggal lainnya, hingga perbincangan di tanggal 1 Februari 2019 beberapa hari yang lalu sebelum tulisan ini diterbitkan.

Silakan memperhatikan tanggal percakapan. Ada kesalahan penulisan kata “Feruari” dalam tulisan berwarna merah, yang harusnya ditulis “Februari”. Berkenan memaklumi, karena harus membuang waktu secepat mungkin, demi mengumpulkan dan menata bukti-bukti. Kesalahan dalam menuliskan keterangan, tidak mengurangi kebenaran isinya.

Obrolan 20 & 21 September 2018 :

Obrolan 4 Oktober 2018 :

Obrolan 22 Oktober 2018 :

Obrolan 1 Februari 2019 (Setelah saya memajang grafis-grafis di status WhatsApp tentang akan membongkar semua kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade) :

 

Rekaman-4

 

Tulisan-tulisan plagiat yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di akun media sosialnya

Mendekati pengumuman pernyataan yang saya lakukan pada 14 September 2018, dan setelah saya tahu bahwa Rindu adalah seorang plagiator untuk buku pesanan klien yang mana saya bertindak sebagai editornya (dengarkan di dalam rekaman), saya iseng membuka media sosialnya di IG dan twitternya. Ternyata benar, sebagian besar postingan Rindu adalah tulisan milik orang lain, lalu terbitkan ulang dan diberi nama dirinya di akhir tulisan.

Bahkan saya mendengar, bahwa di antologi terakhir yang berjudul “Perjalanan”, di mana setelah 14 September 2018 saya meminta kepada koordinatornya untuk menarik naskah saya, serta tidak lagi menggunakan atribut foundation karena foundation sudah saya bubarkan, Rindu Iqtiqomah masih melakukan tindakan plagiarisme.

Foto : Cover antologi bersama komunitas di Bali, yang terbit setelah kebohongan-kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade terkuak dan saya berencana membongkarnya. Foundation pun telah saya bubarkan dan meminta ke para pihak yang masih terkait dengan penggunaan logo tersebut (termasuk kepada Rindu sebelum akhirnya saya diblokir dari seluruh media komunikasinya) untuk tidak menerakan di bagian buku. Tapi Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tetap bersikukuh untuk menampilkan logo tersebut agar bisa mem-posting di media sosialnya. Untuk kembali membangun opini, bahwa seolah-olah foundation masih ada padahal sudah saya bubarkan!

Tulisan-tulisan yang ditampilan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di media sosialnya (yang sebagian besar adalah hasil plagiat), adalah tulisan-tulisan untuk dirinya sendiri. Yang sepertinya sedang berbincang dengan dirinya sendiri juga. Namun, para pengikutnya tidak banyak yang mengetahui hal ini.

Sehingga mereka terus-terusan memberikan tanggapan dan komentar. Meski jika melihat algoritmanya, statistiknya cukup kecil dibandingkan dengan jumlah pengikut yang tertulis ribuan.

Hal ini sempat diakui oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, ketika saya meminta dirinya untuk bertanggung jawab serta klarifikasi atas semua kelakuannya menebarkan kebohongan ke mana-mana. Serta saat saya meminta naskah pesanan seorang klien (ghost writing) yang harus dia selesaikan, karena pemesan ingin segera meluncurkan bukunya. Sebelum akhirnya saya diblokir oleh Rindu dan “bapaknya”.

Menurut Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, semua yang ditampilkan di media sosialnya, adalah dialog dengan dirinya sendiri dalam rangkan ingin menyembuhkan atau kadang menenagkan dirinya ketika “sakit”. Entah sakit apa. Gila?? Mungkin, iya.

 

Screenshot di atas, adalah obrolan saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada tanggal 9 September 2018. Dan screenshot (tangkapan layar) saya lakukan sehari lalu pada tanggal 8 Februari 2019. Sehingga foto profilnya tidak tampak karena kontak saya telah diblokir oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. 

Sedikit kembali ke akun media sosial milik Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade…

Sudah tidak aneh jika ada akun seperti itu seperti yang digunakan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Terlihat memiliki ribuan pengikut, tapi yang berkomentar atau memberikan tanggapan tidak melebihi dari 1%. Itu lagi-itu lagi, orangnya. 5 sampai 10 orang. Sebanyak-banyaknya 10 atau 20 orang. Itu pun jarang.

Biasanya, akun semacam itu adalah akun hasil beli dengan pengikut enggak jelas. Agar si pengguna akun tersebut terlihat memiliki banyak pengikut. Tapi bukan pengikut loyal yang terbangun dari algoritma organik. Sehingga, wajar saja jika interaksi antara si pemilik akun dengan pengikutnya, terlihat kecil/sedikit. Ya, iyalah. Pengikutnya adalah akun-akun bodong yang belum karuan masih aktif atau enggak!

*****

Tentang Rindu yang enggak mengerti dan memahami teknis kepenulisan, tentang nama aslinya yang hanya “Istiqomah”, tentang kegilaan lain seorang Rindu, tentang kasus “Aku Delete Engkau dengan Bismillah” (ADEB), tentang  aktivitas yang patut diduga bahwa Rindu sendirilah yang mengoperasikan HP/akun whatsapp dan bertindak sebagai bapaknya, tentang fitnahan keji lainnya yang dilakukan Rindu terhadap saya, tentang Rindu mau membeli apartemen, tentang bagaimana cara Rindu menyembunyikan alamat rumahnya, tentang bagaimana cara berkomunikasi agar tidak menjadi korban kebohongan Rindu, tentang akun facebooknya yang dihapus oleh dirinya sendiri, tentang tanggungan utang Rindu pada sebuah percetakan, silakan dengarkan penjelasan saya di dalam rekaman suara di bawah ini.

Rekaman-5

 

Patut diduga, bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sendirilah yang berperan sebagai “bapaknya” dengan menggunakan handphone dengan nomor yang berbeda. Atau dalam dunia psikologi sering dikenal dengan multiple personality (berkepribadian ganda).

 

Konfirmasi ucapan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang mengatakan kepada orang lain perihal alasan penghapusan akun facebook miliknya sendiri, di mana Rindu mengatakan bahwa di facebooknya terlalu banyak yang memujinya. Sehingga takut ada titik kesombongan yang bisa menghalanginya masuk surga. Dapat ditanyakan kepada akun Farida Lucky Utami (facebook : https://www.facebook.com/faridalucky.utami ) . 

Takut sombong di facebook, kok masih online di twitter dan instagram. Kan, Pe’A!

Berikut ini adalah bukti tanggungan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kepada sebuah penerbit & percetakan di Kota Malang. Yang kemudian oleh dirinya, dikatakan kepada banyak orang bahwa utang tersebut adalah tanggungan saya. Bagi yang memerlukan bukti asli (tanpa sensor) yang menampilkan kontak penerbit & percetakan tersebut, silakan mengirimkan surel ke info@radityariefananda.com

 

Berikut ini adalah bukti yang saya terima dari seorang rekan. Di mana Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, anak jenderal kaya raya, pewaris tunggal beberapa perusahaan bapaknya, but…cari-cari pinjaman uang kepada pembacanya. 

 

Berikut ini adalah beberapa bukti aktivitas plagiat yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di hampir sebagian besar postingan instagramnya. Yang sempat saya screenshot pada tanggal  1 Februari 2019 dini hari.

Saya sertakan pula link postingan tersebut. Serta, tautan sumber aslinya atau tulisan lain yang sama, tapi lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain, jauh sebelum Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menerbitkan di media sosialnya.

Lalu, membubuhi nama dirinya sendiri (-Rindu-) di setiap akhir tulisan. Agar seolah-olah, postingan tersebut adalah murni tulisan milik dirinya. 

Ceritanya, tanggal 31 Januari 2019 saya mendapat laporan bahwa akun Instagram Rindu kembali dibuka dengan pengaturan publik. Sebelumnya, setelah pengumuman yang saya lakukan pada 14 September 2018 Rindu menutup instagramnya dengan pengaturan privat.

Saya coba melihat, khawatir Rindu mencoba memanfaatkan kesempatan untuk kembali membangun opini yang masih berhubungan dengan saya atau “Ada Tuhan di Matamu” serta foundation. Dan sekadar iseng mengecek sebagian tulisannya di instagramnya itu, apakah Rindu masih melakukan aktivitas plagiat.

Ternyata benar.  Rindu, masih melakukan aktivitas plagiat. Serta masih coba membangun opini yang mendukung kebohongan-kebohongan seolah saya adalah suaminya. Dan masih saja membawa-bawa atribut “Ada Tuhan di Matamu” serta foundation yang telah saya bubarkan.

Sebagian tautan postingannya, mungkin telah dihapus. Karena, pada tanggal 1 Februari 2019 pagi itu, setelah mendapatkan semua data yang diperlukan, saya mencoba untuk berkomentar di beberapa postingannya.

Namun sepertinya Rindu mengetahui aktivitas yang saya lakukan di detik itu. Sehingga, saya baru memberikan beberapa komentar, akun instagramnya tersebut kembali diprivat lagi. Bahkan mungkin hingga diterbitkannya tulisan ini.

Di kesempatan lain, jika Rindu berdalih kepada seluruh pembaca tulisan ini bahwa aktivitas plagiat yang dilakukannya adalah sebagai bentuk terinspirasi oleh tulisan penulis lain, hal tersebut hanyalah pembenaran semata.

Sebagai informasi. Dalam dunia kepenulisan, mengutip atau menampilkan tulisan, lirik, atau karya tulis dalam bentuk lain milik orang lain di ranah publik, bahkan andai itu hanyalah satu kalimat, sebaiknya tuliskan sumbernya atau sebutkan nama si penulis asli atau sumbernya.

Karena jika tidak, atau bahkan dengan sengaja membubuhkan nama diri sendiri di bagian akhir tulisan, hal tersebut berpotensi dan dapat dikatakan sebagai aktivitas plagiat.

Kategori plagiat itu sendiri ada berbagai macam. Antara lain, mengambil 100% tulisan orang lain dan sengaja diakhiri dengan membubuhkan nama diri sendiri, mengambil 25% tulisan orang lain dan sengaja diakhiri dengan membubuhkan nama diri sendiri, atau menampilkan tulisan orang lain dengan kalimat/paragraf yang  telah diubah susunannya (misal tulisan milik orang lain susunan paragrafnya 1-2-3. Lalu diubah susunannya menjadi 2-3-1, atau 3-1-2, atau 3-2-1 dan seterusnya) serta sengaja diakhiri dengan membubuhkan nama diri sendiri, semua hal di atas dapat dikategorikan plagiat. Persis seperti yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade dalam sebagian besar tulisan di media sosialnya.

Jadi, jika Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade beralasan bahwa dirinya terinspirasi, tapi tidak menyebutkan nama penulis aslinya dan justru membubuhkan namanya sendiri (-Rindu-) di akhir tulisan, hal ini sudah sangat jelas bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sedang membual dan mencemari dunia literasi di Indonesia. Di mana dengan sengaja dan terang-terangan serta berulang, melakukan juga mencontohkan aktivitas plagiarisme. Jika didiamkan, INI BERBAHAYA!!

Berikut ini postingan-postingan Rindu di akun instagramnya yang dapat dikatakan sebagai aktivitas plagiat yang disengaja.

—————————————————————————————————————————

Aku Perempuan Biasa – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 20 Januari 2019 https://www.instagram.com/p/Bs3MHO2Fcmi/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain, setahun yang lalu :
https://deskgram.net/p/1709949322617328376_6962410923

—————————————————————————————————————————

Cinta Tak Pernah Salah – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 20 Januari 2019 https://www.instagram.com/p/Bs17YujFXjf/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 1 Desember 2018 https://insta-stalker.com/post/Bq2KzJ_ld_B/

—————————————————————————————————————————

Dari Pintu ke Pintu – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 18 Januari 2019
https://www.instagram.com/p/Bsw0xDUlNrR/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada tahun 2015 halaman 163 https://books.google.co.id/books?  dan 6 Juli 2016 :
https://azizazizahh.wordpress.com/2016/07/06/jodoh-fahd-pahdepie/

Bahkan foto acara kepenulisan sekelas di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) saja, Rindu Istiqomah a.ka.a Rindu Ade mempostingnya dengan tulisan plagiat.

 

Dari postingan di atas, seolah-olah Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade baru saja mengadakan kegiatan kepenulisan di Badan Keuangan Negara, ya?

Hmmm…seperti itulah Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Foto yang diterbitkan di media sosialnya, belum tentu adalah foto terbaru. Bisa saja, foto itu adalah foto beberapa tahun sebelumnya. Lalu diterbitkan ulang agar terlihat bahwa dirinya padat dengan aktivitas kepenulisan. 

Dari penelusuran yang saya lakukan, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sepertinya lupa (mungkin karena terlalu banyak berbohong). Bahwa foto bersama auditor Badan Keuangan Negara di atas, pernah dia terbitkan pula di akun twitternya. 4 tahun sebelumnya, tepatnya 7 Juli 2015!

Sumber : https://twitter.com/RinduIstiqomah/status/618421654444638208

 


 

Menjadi Orang Lain – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 14 Januari 2019 https://www.instagram.com/p/Bsmlo4zFUfK/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 11 Januari 2019 :

https://deskgram.net/p/1953772654519848653_1790860248

—————————————————————————————————————————

Beda Sudut Pandang – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 12 Januari 2019 https://www.instagram.com/p/BsiN7fzl5ko/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 22 Mei 2017 :
https://www.instagram.com/fahdpahdepie/p/BUYRB4NBrk_/

—————————————————————————————————————————

Ada Saatnya – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 12 Januari 2019 https://www.instagram.com/p/BshR7SYlBx3/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 21 Juni 2018 :
https://www.facebook.com/fahdpahdepie/posts/pembuktianada-saatnya-kita-harus-lari-dari-segala-rutinitas-penuh-kemunafikan-ya/10155426872801437/

—————————————————————————————————————————

Dan Aku Belum Pernah Kecewa – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 10 Januari 2019 https://www.instagram.com/p/BsdC6U2lSKF/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 22 Agustus 2018 :
https://timeline.line.me/post/

—————————————————————————————————————————

Tanam Satu Kebaikan di Hati Orang yang Kau Temui – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 18 November 2018 https://www.instagram.com/p/BqTxrO1lvEe/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 17 Agustus 2018 :
https://d.facebook.com/fahdpahdepie/photos/a.389431986436/10155543043256437/?type=3&__tn__=EH-R

—————————————————————————————————————————

Kutipan Hasan Al Banna – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 7 Oktober 2018 https://www.instagram.com/p/BooZYPQlodu/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 25 November 2017 :
https://es-la.facebook.com/youngislamicleaders.org/photos/repost-berterima-kasihlah-terhadap-musuh-atau-lawan-lawanmumereka-tentu-akan-sel/1609208415809782/

—————————————————————————————————————————

Cerita Hidup – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 2 Oktober 2018 https://www.instagram.com/p/BobdfSVl1kQ/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 23 September 2014 :
http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/98226939437/tulisan-harus-mengalami

—————————————————————————————————————————

Hati yang Baik – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 1 Oktober 2018 https://www.instagram.com/p/BoYJRUllH3N/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 23 Juni 2016 :
https://kurniawangunadi.com/ramadhan-19-hati-yang-baik/

—————————————————————————————————————————

Bila Kamu Adalah Buku – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 2 Februari 2019 :  https://www.instagram.com/p/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 30 Oktober 2017 :
https://karenapuisiituindah.wordpress.com/2017/10/30/bila-kau-adalah-buku/

—————————————————————————————————————————

Mengapa Kita Harus Menulis? – Diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 4 Februari 2019 : https://www.instagram.com/p/

Ditemukan tulisan yang sama dengan postingan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada tahun 2017 paragraf kelima https://www.qureta.com/post/menulislah-tentang-apa-saja

Bahkan, untuk acara kepenulisan pun, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menerbitkannya dengan tulisan plagiat!!

 

Untuk twitter pun sama. Media sosial yang dikatakan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade untuk menampung ribuan quotes miliknya. Mari kita ambil salah satu twitnya secara acak untuk mengetahui apakah dirinya plagiat atau tidak :

Twit yang diterbitkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade pada 5 Februari 2019 : https://twitter.com/RinduIstiqomah/status/1092843217161150470

Pun ditemukan tulisan yang sama dengan twit Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di akun twitternya. Namun, lebih dahulu diterbitkan oleh orang lain pada 6 Maret 2016 :
http://panjiramdana.tumblr.com/post/112873902789/sebab-hatiku-bukan-kayu-melainkan-langit-yang

Rindu juga masih mencoba membangun opini dengan menerbitkan sebuah postingan dan memberikan lokasinya seolah-olah sedang di Raja Ampat bersama saya. Seolah saya adalah pasangannya yang mengambil foto tersebut saat postingan itu diterbitkan.

Padahal, foto itu adalah foto lama yang diambil di Raja Ampat pada Desember 2017. Namun bukan saya yang memotretnya. Pantang bagi saya mengambil sudut dengan ada objek yang mengganggu atau terlihat tidak utuh (bangunan rumah kayu) di belakang objek utama.

Saya menduga, dengan menerbitkan foto tersebut, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sedang ingin mengkonter rencana saya yang akan membongkar semua kebohongannya. Melihat tanggal postingan tersebut 24 September 2018 adalah waktu di mana saya telah membuat pengumuman tentang kebohongannya yang mengatakan bahwa saya adalah suaminya. Serta, kembali membangun opini bahwa saya adalah suaminya, padahal bukan. Dan tidak pernah menikah atau menjalin hubungan khusus dengannya. Tidak pernah!

Sumber : https://www.instagram.com/p/BoGSuOXl0pV/

Melalui postingan berikut, lagi-lagi Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kembali mencoba untuk membangun opini bahwa saya sedang bersamanya. Pada saat akun instagramnya belum diprivat kembali, saya sempat memberikan komentar.

Namun, beberapa menit kemudian akunnya kembali diatur privat. Dan menurut laporan yang saya peroleh saat itu juga dari rekan-rekan yang ada di daftar pengikutnya, komentar saya tersebut telah dihapus.

Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade lupa, bahwa sampai kapan pun, meski seluruh akunnya di privat, saya tetap akan mendapatkan laporan-laporan tentang apa yang diterbitkannya. Dari sebagian pengikutnya yang adalah kepanjangan mata saya di sana. Yang kini akan mulai membidik, flyer-flyer kegiatan Rindu Istiqomah. Untuk terus kami peringatkan panitia acara yang mengudangnya sebagai pembicara.

Masa, masih mau menjadikan seorang plagiator yang tidak memahami teknik kepenulisan sebagai mentor menulis? Masa, mau mendengarkan tausiah-tausiah dari “pendakwah” yang ibu kandungnya saja dikatakan sudah mati. Yang tidak hafal urutan kitab sucinya yang harus diimani, yang tidak mengerti berapa jumlah surat dan ayat di dalam kitab sucinya ketika semua itu saya tanya. Apalagi sampai bedah tafsir dan ayat, hingga berbicara ma’rifat. Seperti inikah “pendakwah” yang mengklaim dirinya sebagai founder Komunitas Youth and Smart Mouslimah dan Komunitas Pejuang Subuh?? Memalukan! 

Sumber : https://www.instagram.com/p/BtPj8CVFeYl/

 

Komentar saya yang dengan segera dihapus oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade dan akunnya kembali diatur privat :

Selain tindakan-tindakan plagiarisme yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di media sosialnya, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade juga terbukti melakukan tindakan plagiarisme pada naskah pesanan buku milik orang lain. Yang mana sesuai pembagian tugas, saya bertindak sebagai editor hingga finishing naskah tersebut menjadi sebuah buku.

Bukti-bukti tindakan plagiatnya ini, saya screenshot secara langsung dari badan email yang dikirimkannya kepada saya. Tanpa saya unduh terlebih dahulu file naskahnya, sehingga saya tidak dapat melakukan pengeditan, untuk menjaga kejujuran dan kebenaran informasi yang saya berikan di dalam tulisan ini.

Screenshot ini sekaligus membuktikan, bahwa saya tidak pernah tinggal bersama dalam satu rumah, satu atap, satu sendok, satu tempayan, atau satu apa pun dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Memangnya ada gitu, suami-istri yang tinggal satu rumah dalam 24 jamnya, tapi memeriksa naskah atau pekerjaan saja, selalu email-emailan?

Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade lupa. Bahwa bukti dan data, lebih keras bersuara untuk menjawab kebohongan-kebohongan yang dilakukannya. Dan lagi, email foundation tersebut pun saya yang buat. Dengan password yang telah diubah setelah semua kejadian ini mencuat. Sehingga, semua bukti tindakan plagiatnya, sepenuhnya ada pada saya.

Berikut bukti-buktinya. yang saya ambil dari satu file salah satu bab naskah pesanan klien (ghostwriting). Untuk file lainnya tidak saya tampilkan di sini. Karena akan terlalu panjang untuk menscreenshotnya satu per satu.

Tidak tanggung-tanggung, dalam satu bab (bab-2) yang terdiri dari 6 halaman ini saja, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah terang-terangan melakukan tindakan plagiat dengan cara menyalin secara utuh paragraf-paragraf yang diambil dari beberapa karya milik orang lain. Tanpa mencantumkan sumber/penulis aslinya, lalu diubah susunan dan kombinasi paragrafnya, agar seolah-oleh tulisan tersebut adalah hasil karyanya. 

Beberapa karya milik orang lain yang diplagiat oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade secara ututh lalu dijadikan sebagai materi bab-2 naskah buku pesanan tersebut antara lain :

https://www.hipwee.com/narasi/karena-hidup-adalah-sebuah-perjalanan/

https://www.kompasiana.com/tiknantasmaun/54fd792da333117915510154/perjalanan-ruhani-mencari-hakekat-bagaikan-perjalanan-menuju-tidur

https://de-de.facebook.com/notes/ayat-ayat-cinta/rahasia-perjalanan-menuju-allah-11-/10150109760799809?comment_tracking=%7B%22tn%22%3A%22O%22%7D

https://www.wattpad.com/667676964-ada-pelangi-di-atas-awan-mendung-apa-itu-arti

https://www.facebook.com/424268174334036/photos/tentang-sebuah-kehormatan-karena-hidup-adalah-sebuah-perjalanan-hanya-berjalan-d/1727195957374578/

Selamat menikmati!

 

 

Tentang kebohongan Rindu mengenai alasan akun facebooknya yang dihapus oleh dirinya sendiri, tentang kejinya fitnahan Rindu tentang diri dan keluarga saya, tentang Agung (ada yang bilang cerai, ada yang bilang belum, mana gue tau) serta tentang bagaimana cara Rindu menyembunyikan semua kebohongan ini dari panitia acara yang mengundangnya sebagai narasumber, silakan dengarkan penjelasan saya melalui rekaman suara di bawah ini.

 

Rekaman-6

 

Berikut ini adalah beberapa bukti dari sekian banyak bukti yang saya punya. Tentang apa yang dilakukan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade terhadap pembaca tulisan saya di facebook. Pertama dia akan mengajukan pertemanan, lalu mengajak pembaca saya itu berbicara baik melalui facebok atau sebagiannya berlanjut ke instagram dan atau whatsapp. 

Mulanya, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade akan pura-pura menanyai kabar, sok kenal sok dekat, menanyai profil lawan bicaranya, sampai akhirnya akan menayai hubungan lawan bicaranya tersebut dengan saya. Lalu mulai memabangun opini, baik dengan kalimat langsung atau tidak langsung. Agar lawan bicaranya berpikir bahwa ssaya adalah suaminya Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade atau Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade adalah sitri saya. PADAHAL BUKAN!

Dibawah ini adalah obrolan saya dengan seorang pembaca yang menggunakan akun bernama Fatimah Azzahro / Aza Damayanti (link facebook : https://www.facebook.com/aza.damayanti.7 ) . Silakan jika pembaca tulisan ini ingin mengonfirmasi kebenaran obrolan saya pada tanggal 9 September 2018 dengan akun tersebut, yang saya tampilkan di bawah ini:

 

 

Untuk meperjelas screenshot yang dikirimkan oleh Fatimah Azzahro dalam obrolan kami di atas, saya tampilkan di bawah ini :

 

 

Besoknya, pada tanggal 10 September 2018, saya kirimkan kepada Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, semua screenshot yang saya terima dari Fatimah Azzahro.

Dan seperti biasa, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade akan buru-buru mengakhiri obrolan jika kebohongannya terbongkar atau mulai diketahui dengan beralasan akan melanjutkan aktivitas menulis, sakit, sedang di RS, opname atau hal-hal lainnya yang dia pikir bisa menguapkan masalah. Atau membuat lawan bicaranya lupa akan topik yang sedang dibicarakan. 

 

Dan konyolnya, screenshot yang saya kirimkan pada dirinya tersebut, dikirimkan lagi oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kepada Fatimah Azzahro, pada waktu yang bersamaan. Entah apa maksudnya. Dan tentu saja, Fatimah Azzahro pun langsung memberitahukan perihal tersebut kepada saya. Koplak kan, “ustazah” Perempuan Pencari Selangkangan yang satu ini?

*****

Tidak hanya kepada para pembaca tulisan saya. Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade juga melakukan hal yang sama dengan modus yang serupa kepada teman-teman kuliah saya, dan bahkan kepada mantan istri saya. Mencoba membangun opini, seolah-olah saya adalah suaminya. Padahal bukan!

Berikut ini adalah bukti obrolan antara Rindu Istiqomah dengan salah satu mantan istri saya. Yang dikirimkan oleh mantan istri saya tersebut kepada saya, sekitar bulan Ramadhan (Mei tahun 2018). 

Saya masih ingat, peristiwa tersebut terjadi ketika saya sedang berbuka puasa di Semarang. Dan itu adalah peristiwa yang ke sekian kali, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade membuat masalah yang benar-benar memancing kemarahan saya. 

Pun ternyata Rindu Istiqomah menghubungi mantan istri saya dan mengatakan banyak kebohongan melalui opini-opini kalimat ambigu yang dituliskan dalam pesannya. Kontan mantan istri saya marah dan langsung menghubungi saya lewat saluran telepon.

Dan ketika menerima bukti-bukti screenshot yang diberikan oleh mantan istri saya karena saya memang memintanya, saya langsung menghubungi Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade dan mencaci-makinya habis-habisan melalui saluran telepon. Serta mempertanyakan kapan saya menikahi dirinya dan lain-lain yang tidak bisa dijawab sama sekali oleh Rindu si Perempuan Pencari Selangkangan satu itu. Manusia satu ini memang menjijikan. Ke mana-mana mengatakan bahwa dirinya adalah istri saya, padahal bukan. Tanpa rasa malu! Menjijikkan!

 

Kotak merah di atas, adalah menit saat saya mencaci habis-habisan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade melalui sambungan telepon. Atas kebohongan yang dia lakukan melalui opini dan ucapan-ucapannya yang sok tahu kepada mantan istri saya. Sehingga chat dari mantan istri saya kepada Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade lama dibalas.

Setelah itu, seperti biasa. Rindu Istiqomah meminta maaf kepada saya. Janji tidak mengulangi. Memohon-mohon agar foundation jangan dibubarkan. Novel jangan dibatalkan.

Dan, seperti biasanya juga. Tidak lama setelah itu, bapaknya akan mengirimkan pesan melalui whatsapp. (Mungkin pura-pura) dengan mulai bertanya apa yang terjadi pada Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, bilang bahwa anaknya itu nangis, pingsan, ke RS blablabla….lalu juga mengingatkan betapa pentingnya RRF dan novel Ada Tuhan di Matamu buat Rindu, meminta saya untuk memikirkan ulang andai mau membubarkan RRF atau menghentikan rencana peluncuran novel. Dan lain-lain. Sambil mengatakan, semisal anaknya itu mengulangi lagi kesalahan yang sama, dia sendiri yang akan menghajarnya. Mulas gue kalo ingat itu!

Sampai akhirnya, pada bulan September 2018, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kembali melanggar janjinya dan lagi-lagi saya ketahui (dari pembaca yang menghubungi saya) bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menebarkan kebohongan di belakang saya. Dengan kembali membangun opini atau mengatakan dengan kalimat langsung kepada banyak orang bahwa saya adalah suaminya. Eneg enggak sih kalian sama perempuan murahan yang satu ini??

Maaf jika harus saya katakan dua kata bertulisakan tebal di atas. Karena yang bersangkutan mengklaim bahwa dirinya “pendakwah”, namun kebohongannya enggak ada habis-habisnya. Bukan dimaksudkan untuk merendahkan kaum perempuan.

Sampai kemudian, 14 September 2018, satu per satu mulai saya bongkar kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kepada publik. Mengumpulkan kembali banyak data. Penelusuran. Mendengarkan berbagai informasi. Sampai akhirnya, lahirnyalah tulisan ini. 

*****

Sebelum saya menuliskan bagian-bagian akhir dalam tulisan ini, mungkin ada yang kurang memahami beberapa bagian dalam obrolan antara mantan istri kedua saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade di atas. Akan saya jelaskan di sini.

Apa yang akan saya jelaskan, mungkin tidak banyak yang berani melakukannya. Apalagi bagi mereka-mereka yang menganggap bahwa citra diri, nama baik dan lain-lain adalah hal penting yang harus dijaga lebih dari segalanya. Bagi saya, hal semacam itu enggak ada pentingnya. Enggak akan dibawa mati juga. So, mengalir saja dan akan sangat dengan mudah saya sampaikan di sini.

Namun, cerita selengkapnya, saya tuangkan dalam buku yang rencananya saya beri judul “Kitab Istri!”. Semacam buku yang berisi tips-tips sederhana (berdasar berbagai pengalaman dan mendengarkan curhatan serta diskusi) agar perempuan terutama istri, enggak dibego-begoin oleh pria atau suaminya. Agar perempuan juga berani bersuara. Agar perempuan juga berani mandiri di atas kaki sendiri. Berani menegakkan kebahagiaannya sendiri. Bukan pura-pura bahagia di depan banyak orang, tapi tiap malam menangis dalam kesendirian di pojokan. Suer, ini bukan promosi. Tapi iklan!

Kembali ke obrolan antara mantan istri saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Yang menjadi lawan bicara Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut adalah mantan istri saya yang kedua. Yang bahkan, mengikuti perkembangan tulisan ini.

Tulisan ini, memang saya terbitkan pada 09 Februari 2019. Namun ketika diterbitkan, belum selesai secara sempurna serta belum saya viralkan secara serempak. Sebab masih ada banyak lampiran yang belum disertakan.

Ke depannya juga. Jika mungkin ada tambahan-tambahan terbaru, maka akan saya letakkan di bagian paling akhir. Baik dari laporan-laporan baru yang masuk dari para pembaca tulisan ini, atau dari siapa pun yang merasa dirugikan materiel maupun nonmaterial oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Sehingga Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade akan benar-benar terkuliti akbibat ulahnya sendiri. Agar kebohongan-kebohongannya terhenti serta tidak membodoh-bodohi orang lain lagi.  

Dalam proses melengkapi tulisan, mantan istri saya pun turut membacanya.

Kami memang masih bersilaturahmi dan berdiskusi dengan baik. Sangat baik. Bahkan antara mantan-mantan istri saya dengan keluarga saya. Masih sangat baik. Sebab proses perceraian kami, pun dilakukan dengan sangat baik. Saat itu, ada tujuan yang lebih baik yang tidak bisa saya tuliskan di sini terkait perceraian tersebut. Tapi ada di dalam buku “Kitab Istri!”.

Seperti yang saya katakan. Saya bercerai dengan mantan-mantan istri dalam proses yang baik. Mungkin tidak banyak pasangan yang akan bercerai, pergi ke pengadilan bersama-sama. Setelah sidang dilanjut dengan makan bersama sambil berdiskusi tentang anak dan rencana hidup masing-masing. Lalu berswafoto di tempat-tempat yang pernah didatangi, demi menutup sebuah cerita kebersamaan dengan cara yang baik.  

Saya bercerai dengan mantan-mantan istri di waktu yang bersamaan. Atas kesalahan besar dalam hidup yang saya lakukan. Demi tidak ingin terus melukai keduanya.

Bagi saya yang kala itu yang menjalani pernikahan poligami, akhirnya memutuskan. Bahwa keadilan adalah, juga ketika tidak dengan yang satu, maka tidak pula dengan yang lainnya.

Pun akhirnya, ketika cerita hidup tersebut memberikan pengajaran berharga. Tentang bagaimana saya memandang poligami, yang menurut saya sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan era kini. Apalagi jika dikaitkan dengan urusan wanita dengan kebahagiaanya. Yang sejatinya, hanya menginginkan suaminya hanya miliknya saja. Seutuhnya. Tanpa berbagi!

Menurut saya, bullshit jika ada ucapan pria yang mengatakan bahwa keadilan itu juga bisa terwujud di dalam poligami. Sepenuhnya bullshit. Bahkan Tuhan sendiri sudah mengatakan bahwa manusia tidak akan pernah bisa berlaku adil dalam segala hal. Namun meski demikian, saya menghormati mereka-mereka yang menjalankannya. Hak mereka.

Mau berdebat? Ayo, saya punya pengalaman menjalaninya. Mau menawari saya poligami? Maaf, saya enggak berminat lagi, karena sudah pernah merasakannya. Dan kita, bisa berdiskusi panjang tentang poligami ini. Silakan, tapi 4 syaratnya.

Satu, lawan bicara saya harus sudah pernah/menjalankan poligami. Dua, diskusi bertatap muka dan berbicara bergantian. Tiga, bawa data, jangan asal njeplak dan pahami lebih dahulu sejarah poligami (sekali saya bertanya, pertanyaan tidak terjawab, diskusi diakhiri. Karena percuma berdiskusi dengan orang yang belum paham apa yang didiskusikan). Keempat, selesai diskusi, kita tetap bersaudara sebagai sesama manusia. Tentang poligami dan tentang kisah saya yang pernah menjalaninya, saya tampilkan sepenuhnya di epilog buku Kitab Istri!.

Saya kembali pada obrolan antara mantan istri kedua saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang sok tahu dan hobi mengaku-aku orang lain sebagai suaminya. Dengan opini-opini yang ia bangun untuk menudukung kebohongannya.

Awal Ramadan (Mei 2018), ketika sedang berada di rumah ibu saya di Semarang, mantan istri kedua saya itu telepon ke nomor ibu saya. Seperti biasa, untuk mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan lain-lain ala seorang anak dengan orang tua yang pernah menjadi ibu mertuanya.

Kebetulan saya sedang ada di samping ibu, dan ibu memberitahukan siapa yang menelepon, maka saya meminta kepada ibu untuk menyampaikan bahwa saya ingin berbicara juga. Setelah itu, telepon genggam beliau langsung diberikan kepada saya.

Ketika saya sedang berbincang dengan mantan istri saya itu, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menelepon ke handphone saya, namun tidak saya angkat. Setelah perbincangan saya dengan mantan istri selesai, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade alias “pendakwah bilhal” gadungan satu itu, kembali menelepon.

Saya mengatakan kepada Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, bahwa saya baru terima telepon dan berbincang dengan mantan istri sehingga tidak mengangkat beberapa panggilan telepon darinya.

Kemudian Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menyampaikan beberapa laporan pekerjaan, serta minta beberapa masukan dari saya untuk review naskah-naskah milik peserta bimbingan menulis yang dia ampu. Review yang akan ia jadikan bahan bicara saat menghubungi para peserta itu.

Karena, untuk bahan bicara serta apa saja yang perlu disampaikan kepada peserta, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade selalu konsultasi pada saya. Sebab dirinya memang tidak mengerti apa-apa tentang teknik-teknik menulis. Paling-paling cuma tagline kebanggaannya, “menulis dengan hati” dan selebihnya adalah tulisan-tulisan milik orang lain yang ia plagiat dan diaku sebagai tulisan miliknya.

Entah setan berbentuk apa yang merasuki diri Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Sehingga dia berani menghubungi mantan istri kedua saya. Meski berpura-pura mengadd pertemanan lalu dibatalkan. Lalu mau diadd kembali setelah perbincangan. Berpura-pura membahas blog milik mantan istri kedua saya. Lalu menjatuhkan dengan ucapan-ucapannya yang sok tahu, sampai melarang-larang mantan istri kedua saya untuk menjalin silaturahmi dengan saya.

Dongoknya Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade adalah, dia tidak tahu bahwa saya dan mantan istri sedang membicarakan tentang rencana mantan istri saya itu, yang ingin membuatkan Alquran berkover foto almarhum anak kami, dan dibagikan kepada tetangga di sekitar rumah mantan istri saya saat acara pengajian. Saat saya mengetahui Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade melarang mantan istri saya untuk menghubungi saya lagi, meledaklah saya. Apa haknya dia mencampuri kehidupan saya. “Pendakwah” satu itu, benar-benar Pe’A!

*****

Kekejian fitnahan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade terhadap diri saya, terus dilakukannya. Meskipun saya telah membuat pengumuman pada tanggal 14 September 2018 tentang siapa  Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang sebenarnya. Dan parahnya, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade juga menyampaikan fitnahan-fitnahan keji itu kepada kakak saya!

Berikut ini adalah bukti yang saya terima dari kakak, melalui telegram. Tentang fitnahan-fitnahan keji Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang dilakukan terhadap saya.

 

Keterangan :

Nomor-1 : “Anak-anak” adalah sebutan kata ganti untuk sahabat-sahabat saya di Jakarta. Yang menurut kakak saya, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade juga mulai menghubungi mereka dan mengajak ketemuan. Untuk menyampaikan fitnahan-fitnahan dan kebohongan tentang diri saya.

Nomor-2 : “Foto-foto” yang dimaksud oleh kakak saya adalah beberapa screenshot  hasil obrolan saya dengan Ade Damayanti (Adiknya Rindu/ Akun Facebook RM. Betawi Khadijah) yang saya kirimkan kepada Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade dan bapaknya. Yang membuat seluruh akses informasi saya diblokir saat itu juga.

  

Beberapa screenshot yang dikirimkan oleh kakak saya di mana berisi obrolan antara kakak saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang hampir seluruhnya adalah fitnah dan kebohongan, jika diperbesar akan terlihat di bawah ini :

 

Keterangan :

Nomor-1 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah berbohong dengan mengatakan bahwa perempuan di dalam foto tersebut adalah pacar saya. Padahal bukan.

Nomor-2 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah berbohong dengan mengatakan bahwa perempuan di dalam foto tersebut adalah pengganti dirinya. Padahal saya tidak pernah memiliki hubungan apa pun dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, selain hubungan kerja dan kini sudah saya putuskan sama sekali.

Nomor-3 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah berbohong dengan mengatakan bahwa saya memiliki pacar di Banten bernama Fika. Padahal, saya tidak memiliki pembaca, saudara, teman atau siapa pun di Banten yang bernama Fika. Jika ada nama saudara sepupu saya yang serupa itu, adalah Vika. Berdomisili di Tegal. Saya menduga, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade mengambil nama Fika tersebut dari novel yang belum selesai saya tulis dengan rencana judul “Ada Fika di Tiga Senja”. Novel yang sempat saya ceritakan ke Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade saat sedang persiapan kegiatan di Raja Ampat itu, latar tempat dalam ceritanya memang mengambil tiga tempat wisata. Raja Ampat, Maldives dan Lombok.

Nomor-4 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah berbohong dengan mengatakan bahwa perempuan di dalam foto tersebut bisa/biasa saya pelorotin. Padahal saya tidak pernah melakukan hal tersebut. Berkomunikasi dengan perempuan tersebut saja tidak pernah.

Nomor-5 : Setelah saya tanyakan kepada kakak saya, “Mr.P” adalah kata ganti yang digunakan oleh kakak saya untuk menyebut diri saya. “Mr. Pena”.

Nomor-6 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah berbohong dengan mengatakan bahwa saya menerima transferan dari perempuan di dalam foto tersebut, tanpa menunjukkan buktinya. Padahal saya tidak pernah menerima sama sekali.  

Nomor-7 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah berbohong dengan mengatakan bahwa saya meremove dirinya dari pertemanan di facebook. Padahal Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sendirilah yang menghapus akun facebooknya. Karena terlalu banyak kebohongan yang dia tulis dan saya terus mendesak untuk menghapus foto-foto saya yang sempat dia posting.

Nomor-8 : Jika kata ganti “dia” yang dimaksud oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade adalah saya, maka Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah berbohong. Karena sampai hari ini ketika menuliskan semua ini, saya tidak pernah aktif di Instagram. Namun jika “dia” yang dimaksud adalah perempuan di dalam foto itu, seharusnya Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade mampu menunjukkan bukti obrolan dirinya dengan perempuan tersebut.

Nomor-9 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah memfitnah saya dengan mengatakan bahwa saya menerima transferan 3 juta dari perempuan dalam foto tersebut, namun tidak bisa menunjukkan buktinya ketika diminta oleh kakak saya (kalimat pesan kakak saya, tidak dibalas oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade). Saya tidak pernah menerima sepeser pun dalam bentuk apa pun dari perempuan dalam foto tersebut. Kenal atau pernah berkomunikasi dengan perempuan itu saja, tidak. Dan, jika Rindu Istiqomah a.k.a merasa pernah mentransferi saya ketika saya berada di solo, saya pastikan itu adalah hak saya dari hasil program kepenulisan yang saya buat tapi dirinya ikut mengerjakan, yang kadang dia tahan-tahan saat saya minta untuk segera mentransferkan. Kala itu, seluruh biaya pendaftaran peserta, saya percayakan untuk ditransfer lebih dahulu ke rekening milik Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Angkatan pertama program pendampingan menulis yang kemudian dikerjasamakan dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tersebut, sebagian besarnya adalah berdomisili di Bali.

Nomor-10 : Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade telah memfitnah saya dengan mengatakan bahwa saya mencari uang dengan cara melayani sex video dan phone sex. Hal itu sama sekali tidak benar.

Keseluruh data di atas, akan menjadi barang bukti yang melengkapi alat bukti pelaporan tindak pidana yang dilakukan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade terhadap saya. Jika dirinya tidak segera membuat video pengakuan tentang segala kebohongan dan fitnahan-fitnahannya yang dilakukan terhadap diri saya.

*****

Setelah mendapat kiriman screenshot dari kakak saya melalui telegram, yang berisi bukti obrolan antara kakak saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade dan seluruhnya adalah fitnah dan dan kebohongan, serta menampilkan foto seorang perempuan. Saya langsung mengenali foto tersebut.

Perempuan di dalam foto yang dikirimkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kepada kakak saya tersebut adalah teman saya di facebook, yang kerapkali memberikan tanggapan atas tulisan yang saya posting.

Nama akun : Asih Widiawati Utomo

Facebook : https://www.facebook.com/asih.widiawati

Seperti biasa, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade meminta pertemanan pada akun tersebut, lalu berlanjut ke instagram (hal ini dijelaskan oleh Widi Asih kepada saya melalui saluran telepon). Persis seperti yang selalu dilakukannya tanpa sepengetahuan saya, terhadap akun-akun facebook yang memberikan komentar atau tanggapan pada postingan tulisan saya.

Ketika mengenali foto perempuan tersebut, malam itu juga, setelah selesai berbincang melalui telegram dan telepon dengan kakak saya, langsung saya mengirimkan pesan kepada akun Asih Widiawati Utomo.

 

Perbincangan di inbok facebook tersebut berlanjut ke WhatsApp siang harinya, kemudian berlanjut melalui saluran telepon.

 

 

Dalam perbicangan inbok facebook, whatsapp serta telepon yang pertama kali saya lakukan itu, Asih Widiawati Utomo menjelaskan bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade meminta pertemanan di facebook (sebelum facebooknya dihapus), lalu berlanjut ke instagram.

Asih Widiawati Utomo menjelaskan, bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade memberikan alasan jika dirinya lebih banyak aktif di instagram. Padahal (dugaan saya) karena dirinya akan segera menghapus akun facebooknya. Menurut Asih Widiawati Utomo yang jika melihat aktivitas di media sosialnya sering memposting hal-hal terkait dunia properti, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade juga sempat mengatakan ingin membeli/menyewa apartemen di kawasan Karawaci. Namun Asih Widiawati Utomo sendiri terlupa untuk menindaklanjuti niatan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang ingin membeli/menyewa apartemen di daerah Karawaci, lalu justru memutuskan untuk tidak memfollowup dan memutuskan komunikasi dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade.

Dan foto milik Asih Widiawati Utomo yang diambil oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade lalu dikirimkan kepada kakak saya, berdasar penelusuran yang saya lakukan bersumber dari link di bawah ini :

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10216177391444012&set=pb.1128310736.-2207520000.1549976093.&type=3&theater

Silakan jika pembaca ingin mengonfirmasi kebenaran tentang apa yang saya sampaikan. Dapat menghubungi link akun Asih Widiawati Utomo di atas.

Sebegitu kejinya “pendakwah” satu ini memfitnah saya!

*****

Bagaimana cara Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade bisa mengetahui hampir sebagian besar tentang pribadi saya, yang pada akhirnya diputarbalikkan sebagai pendukung fitnahan dan kebohongannya untuk mencemarkan nama saya?

 

Sejak awal berkenalan, terutama saat akan mulai menulis novel Ada Tuhan di Matamu, saya memang meminta kesepakatan untuk membuka kisah hidup masing-masing sebagai dasar tokoh dan penokohan karakter dalam ceritanya. Lalu ditulis bersilang, saya menulis tentang kisah hidup dan penokohan tokoh Rindu, dan sebaliknya. yang akhirnya kini, saya ketahui bahwa apa yang saya dengar tentang kisah hidupnya adalah kebohongan semata.

Sebagai orang yang sangat terbuka, tidak sulit bagi saya untuk menceritakan kehidupan pribadi di masa lalu. Apalagi, untuk kebutuhan penokohan karakter dalam tulisan. Dan apalagi, saya selalu memiliki prinsip, siapa pun yang akan bekerja sama dengan saya untuk tempo yang panjang, saya akan membuka pribadi selebar-lebarnya untuk diketahui. Agar rekan kerja saya tersebut, mengenali baik buruknya diri saya.

Keterbukaan diri kepada rekan kerja sebelum menjalin kerja sama, adalah hal prinsip yang selalu saya terapkan. Saling mengenali siapa rekan kerja kita. Namun akhirnya, semua itu ternyata diputarbalikkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sebagai bahan yang mendukung kebohongannya. Agar seolah-olah terlihat bahwa dirinya adalah istri saya yang begitu mengetahui semua tentang hidup saya. Padahal bukan dan tidak pernah menjadi istri saya!

Selain hal di atas, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade juga mendapatkan informasi dari berbagai pihak yang dia dekati lewat akun-akun media sosialnya. Teman kuliah saya, keluarga, saudara, pembaca, dan lain-lain. Segala informasi yang dia terima, dihimpun untuk kemudian dijadikan materi bicara yang mendukung kebohongannya.

Mengapa saya terlihat membiarkan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang terus menerus menulis dan melampirkan foto saya guna membangun opini untuk mendukung kebohongannya?

Sebenarnya, saya tidak pernah membiarkan. Di luar pengetahuan publik, bahkan hampir setiap hari saya selalu melarang. Sampai kadang saya jengah jika harus mengawasi media sosialnya. Lalu menyita waktu kerja saya.

Keributan besar seringkali terjadi, jika saya mendapatkan laporan-laporan dari pembaca atas tulisan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang penuh kebohongan. Dan jika kebetulan ada waktu, akan saya hajar habis-habisan kebohongan tulisannya itu, melalui saluran telepon.

Lalu seperti biasa. Melalui saluran telepon, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade akan menyesal, menangis, masuk RS, opname, sekarat, sampai memohon-mohon agar foundation tidak dibubarkan dan novel tidak dihentikan. Lalu berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Begitu juga bapaknya, akan melakukan hal yang sama melalui pesan whatsapp.

Keluarlah sisi kemanusiaan saya mendengar ada orang mau mati sekarat dan tapi ingin berbuat baik ke banyak orang sebelum kematiannya. Hingga, sisi kemanusiaan itu habis di bulan September 2018, dan mulai membongkar serta membubarkan semuanya. Mengentikan semua bentuk kerja sama dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade!

Sebenarnya, keributan-keributan saya dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade tidak hanya disebabkan oleh tulisan-tulisannya yang penuh kebohongan dan menampilkan foto diri saya. Saat di daerah-daerah ketika mengisi acara pun sama.

(maaf) Kebodohan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade saat di hadapan audiensi, ketidak profesionalannya mengisi acara, kegiatan yang berubah-ubah semau dia, dan banyak lagi hal lain yang saya temukan serta membuat saya muak. Tapi, kan saya perlu menjaga nama foundation yang kala itu masih ada. Sehingga hal semacam itu saya tahan, dan tutupi dari pandangan panitia acara.

Mendekati September 2018, Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade mengatakan akan ada undangan dari Jogjakarta, Bali dan Lombok. Tapi saya katakan, bahwa saya enggak akan ikut lagi ke daerah-daerah. Saya persilakan dirinya sendiri saja yang berangkat, dan saya mengawasi program-program di belakang layar saja.

Namun enggak berapa lama, kegiatan itu tidak jadi dilaksanakan. Dari situ saya mulai menyimpulkan, semuanya adalah kebohongan. Lalu saya bongkar semua ini pada 14 September 2018. Setelah mengetahui bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade melakukan kebohongan besar yang mengusik kemarahan saya lagi.

Belajar dari pengalaman, saya ingin menyampaikan kepada para pembaca. Bagaimana cara membungkam kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade agar tidak termakan oleh ucapannya yang terkadang adalah khayalan, kebohongan, dan karangan semata.

“Jangan bertanya ‘benar enggak sih?’ pada Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Tapi, minta bukti atas apa yang dia ucapkan. Dalam hal apa pun!”

 

Jika dirinya tidak mampu menunjukkan bukti tersebut, jangan buru-buru beralih topik pembicaraan. Atau, ketika dirinya mencoba mengalihkan pembicaraan, tetap kejar kembali bukti yang belum mampu dia tunjukkan.

Di bagian ini, saya ingin menyampaikan beberapa kesimpulan :

PERTAMA

Jika ada yang melihat flyer acara-acara yang mengundang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade sebagai pembicaranya, saya menyarankan seluruh pembaca tulisan ini untuk mengirimkan tautan (link) tulisan ini kepada kontak panitianya. Atau kirimkan flyer tersebut ke surel (email) : info@radityariefananda.com

Bukan untuk melarang mereka mengundang Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade atau memutuskan rezeki orang lain. Namun, sebatas memberikan pertimbangan kepada panitianya.

KEDUA

Tulisan ini akan saya biarkan selamanya ada. Sebagai pengingat kita, antara satu dan lainnya. Serta mengambil pelajaran dari yang saya alami, untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Dari kebohongan, khayalan dan fitnahan-fitnahan yang dilakukan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade dan telah banyak pihak yang dirugikan baik materiel maupun nonmaterial.

Semua penjelasan ini, satu paket dengan redaksi pesan siaran whatsapp (broadcast ) yang saya sebarkan bersamaan dengan selesainya tulisan ini. Jika para pembaca menerima pesan siaran tersebut yang diakhiri dengan nama saya Raditya Riefananda, serta tautan (link) aktif untuk menuju website ini, berkenan untuk menyimpan sampai kapan pun redaksi pesan siaran tersebut. Lalu, sila gunakan untuk dikirimkan kepada kontak-kontak yang terlihat akan menjalin kerja sama dengan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade. Pada kapasitas niatan, untuk mengingatkan. Saya bertanggung jawab penuh atas pesan siaran tertsebut.

KETIGA

Saya sempat berpikir lalu menarik kesimpulan tentang narasi yang disampaikan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade kepada saya ketika awal perkenalan.

Yaitu cerita dramatis mengenai dirinya yang ditinggalkan oleh Agung. Hampir mati di kontrakan sendiri, lalu “bapaknya” datang, dan menyelamatkannya. Hampir serupa dengan narasi kebohongan yang saat ini kembali disebarkan oleh Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade terkait diri saya.

Satu malam sebelum menuliskan semua ini, saya masih mendapat cerita. Bahwa Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menebarkan karangan yang saya tegaskan adalah sebuah kebohongan.

Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menyampaikan ke orang-orang, setelah saya menceraikannya, dirinya sempat melakukan usaha bunuh diri. Menyayat-nyayat bagian tubuhnya sampai berdarah-darah, sampai hampir mati di bak kamar mandinya.

Lalu datanglah “bapaknya” (again). Membopongnya dan membawa ke rumah sakit. Bapaknya sampai menangis-nangis melihat kondisi Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade yang terbaring dengan kondisi hampir mati di ruang rawat RS tersebut.

Kebenaran atau kebohongan dramatisnya narasi tentang Agung, saya tidak pernah mengetahui atau mencari tahu tentang hal itu. Namun, kebenaran tentang apakah Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade menebarkan narasi bak kamar mandinya itu, silakan para pembaca dapat mengonfirmasi kepada Lisa.

Berdasarkan kedua narasi yang hampir mirip di atas, akhirnya, di ujung tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan satu kalimat :

“Tepatnya, Rindu bukanlah Perempuan Pencari Tuhan. Melainkan pencari penis dengan segala cara, fitnahan dan khayalan. Yang dibungkus dengan narasi serta air mata bualan!”

 

Nun! Wal qolami wa ma yasthurun!

Nun! Demi pena, dan apa yang mereka tuliskan!

Salam.

 

Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade, baca baik-baik nama saya.

Raditya Riefananda!

#RinduIstiqomah #RinduAde #PerempuanPencariTuhan #SurauTerakhir #KebohonganRinduIstiqomah #RinduIstiqomahPlagiator @RinduIstiqomah @Rindu.Istiqomah

 

UPDATE:

1.Saat ini Rindu menggunakan akun facebok palsu.

Menurut laporan dari salah seorang teman kuliah yang juga mengikuti cerita mencuatnya perkara ini. Kini Rindu menggunakan akun facebook palsu yang menggunakan foto perempuan lain dengan nama akun di bawah ini :

Nama akun : Sarwendah Ali

Link : https://www.facebook.com/sarwendah.ali

 

Teman saya itu di-add oleh akun yang patut diduga dioperasionalkan oleh Rindu tersebut. Setelah menerima pertemanan, dan mungkin karena kepincut oleh foto-fotonya, teman saya mencatat nomor handphone yang terdapat di bagian informasi kontaknya (kini telah dihapus).

Saat teman saya menyimpan nomor tersebut dengan nama Sarwendah Ali, lalu membuka jendela WhatsAppnya, yang tampil ternyata fotonya Rindu. Misuh-misuhlah teman saya itu. Asu, katanya. Enggak jadi dapet cewek kece, dia. Setelah itu, nama kontaknya diubah menjadi Rindu.

Saya mencoba melakukan penelsuran. Dan benar, patut diduga bahwa akun tersebut adalah Rindu. Ke-51 temannya, adalah teman saya semua. Dan…sebagai “pendakwah”, postingannya Nampak menjijikkan!

 

 

Setelah saya minta nomor yang sempat disimpan oleh teman saya itu, apakah sama dengan nomornya Rindu, ternyata sama! Fix!

 

 

2.Rindu itu anak orang kaya. Anak jenderal!

Laporan terbaru yang saya terima adalah sebuah screenshot yang menampilkan akun Rindu Istiqomah sedang menanyakan perkara hukum.

Dari sini, dapat digunakan logika sederhana. Jika benar Rindu adalah anak jenderal kaya raya, petinggi Badan Inteligen Negara, serta Rindu dan bapaknya mempunyai pengacara pribadi, mana mungkin menanyai masalah hukum melalui cuitan di twitter! Pe’A!  

 

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.