Tentang Masjid Al Safar : Apakah Ust. Rahmat Baequni, Tolol?

“So, dalam topik arsitektur Masjid Al Safar ini, apakah Ust. Rahmat Baequni adalah seorang ustaz yang tolol? Biarkan sempak segi tiga yang menjawabnya.”

Konyol!

Kata itu yang pertama melintas di kepala gue. Saat melihat ada seorang ustaz bernama Rahmat Baequni di dalam sebuah video. Yang mempermasalahkan arsitektur bangunan Masjid Al Safar. Masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil.

Grafis : Lambang Freemasonry

Dikatakan oleh ustaz ini, bangunan masjid tersebut sarat dengan bentuk segi tiga.

Dan menurutnya, bentuk segi tiga itu mewakili simbol segi tiga mata satu Zionis, Iblis, Dajjal dalam teori konspirasi Illuminati Freemason.  Sehingga akan membuat salat menjadi tidak sah. Serta menganggu nilai tauhid seseorang.

“Maka ketika kita salat, sebetulnya kita menghadap siapa? Kita menghadap Allah, atau menghadap segi tiga satu mata? Antara orang yang salat dengan Allah, ada (penghalang) segitiga satu mata (Zionis/Illuminati).” kata Rahmat Baequni.

Dalam video yang bertebaran di lini masa itu, Rahmat Baequni juga menegaskan. Bahwa saat ini, konspirasi zionis Illuminati melalui simbol segi tiganya sudah berhasil menyusup ke mana-mana. Termasuk ke lingkup masjid. Lalu dikupaslah olehnya, arsitektur Masjid Al Safar.

Ada beberapa bagian dari bentuk bangunan Masjid Al Safar yang dipermasalahkan oleh Rahmat Baequni. Hanya karena menurut dirinya, bagian tersebut berbentuk segi tiga. Bagian tersebut di antaranya mihrab, pintu dan menara.

Apakah benar pemikirannya?

Mari kita bedah.

Gue enggak tahu. Apakah Rahmat Baequni ini lulus Sekolah Dasar atau enggak. Juga, jika dirinya sempat Sekolah Dasar, apakah sering membolos saat pelajaran atau enggak.

Sebab, seharusnya sebelum membicarakan tentang arsitektur bangunan Masjid Al Safar, Rahmat Baequni perlu lebih dahulu memahami. Apa itu segi tiga, apa itu trapesium, apa itu bangun datar, dan apa itu bangun ruang. Supaya enggak asal njeplak saat ceramah di depan umat. Koplak!

Foto : Mihrab Masjid Al Safar

Coba perhatikan.

Ustaz koplak ini mengatakan bahwa mihrab Masjid Al Safar itu berbentuk segi tiga. Padahal, saat kita belajar di tingkat Sekolah Dasar, bentuk semacam itu dinamakan trapesium.

Rahmat gagal memahami perbedaan antara kedua bentuk itu. Dirinya enggak paham, bahwa bentuk segi tiga sangat jauh berbeda dengan bentuk trapesium. Segi tiga itu bersegi tiga, dan trapesium itu bersegi empat.

Grafis : Bentuk Segi Tiga

Segi tiga itu memiliki tiga ruas. Yaitu A, B, C. Sudah, tiga ruas doang. Sedangkan trapesium memiliki empat ruas. Yaitu A, B, C, D. Dan masing-masing memiliki jenis yang berbeda-beda.

Grafis : Bentuk Trapesium

Karena jumlah ruas atau seginya berbeda, maka rumus matematikanya pun berbeda. Baik rumus untuk menghitung luas maupun keliling masing-masing. Ya, iyalah berbeda. Bentuknya saja berbeda!

Jadi, bagaimana mungkin mihrab ini adalah perlambang Illuminati hanya karena menurut ustaz bentuknya segi tiga, padahal bentuk yang sebenarnya adalah trapesium. Bukan segi tiga.  Bahlul.

Foto : Menara Masjid Al Safar

Menara pun sama. Oleh si ustaz dikatakan sebagai bentuk segi tiga juga.

Padahal bentuk Menara semacam itu, dalam ilmu matematika disebut dengan nama Limas.

Di sini, lagi-lagi Rahmat Baequni gagal memahami. Bahwa segi tiga itu adalah bangun datar. Enggak memiliki ruang. Sedangkan limas adalah bangun ruang yang tentu saja memiliki ruang.

Yang satu memiliki ruang, yang satu enggak memiliki ruang. Maka bentuknya berbeda, bab bahasannya berbeda, rumus matematikanya pun sangat jauh berbeda.

Grafis : Bentuk Limas

Di titik inilah terkadang  gue benci dengan isi ceramah ustaz-ustaz model begini. Yang akhirnya bukan membuat umat semakin pintar, tapi justru semakin bodoh.

Dicekoki teori-teori konspirasi semacam Illuminati, yang belum dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Teori-teori yang disimpulkan hanya berdasar tafsir dan opini.

Disampaikan hanya berdasar logical fallacy, kesesatan logika berpikir. Dihubung-hubungkan dengan ini dan itu, sehingga seolah-olah nampak ilmiah.

Umat yang mendengarnya percaya pula. Enggak mau berpikir, enggak mau banyak membaca. Pe’A!

Begitu juga saat ustaz koplak ini berkata, “Maka ketika kita salat, sebetulnya kita menghadap siapa? Kita menghadap Allah, atau menghadap segi tiga?”

Pemikiran ini tentu saja membuat gue geli sendiri.

Sepertinya ustaz koplak ini lupa. Bahwa, seluruh umat muslim kiblatnya menghadap ke arah Ka’bah. Namun, apakah hal itu dapat diartikan bahwa umat muslim sedang menyembah Ka’bah? Kan, enggak.

Pun saat membahas kembali tentang bentuk segi tiga di dalam sebuah masjid. Sepertinya ustaz ini enggak tahu. Bahwa di atas mihrab Masjid Nabawi, juga ada bentuk segi tiga.

Foto : Mihrab Masjid Nabawi

Apakah bentuk segi tiga di mihrab Masjid Nabawi ini adalah perlambang segi tiga Zionis, Iblis, Dajjal seperti yang ada di dalam teori konspirasi Illuminati Freemasonry?

Lalu apakah juga menandakan bahwa Masjid Nabawi adalah bagian dari teori konspirasi iblis itu sendiri? Sila pakai akal sehat dan waras untuk memahami.

So, dalam topik arsitektur Masjid Al Safar ini, apakah Ust. Rahmat Baequni adalah seorang ustaz yang tolol? Biarlah semesta yang menjawabnya.

Atau, biarkan sempak segi tiga yang membantunya.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Video klarifikasi :

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.