Cinta Gue Ada di Kalimantan Timur

“Cinta gue, sangat besar untuk Kalimantan Timur. Ada. Selalu ada. Enggak akan lekang.”

*****

Gue pernah bekerja di Kalimantan Timur. Sekitar tahun 2010-2012. Lalu pindah tugas ke Kalimantan Barat, dan  berlanjut ke Denpasar, Bali.

So, gue mau berbagi sedikit cerita. Tentang calon ibukota baru negara kita, yaitu Kalimantan Timur. Juga, termasuk cerita cinta yang ada di sana.

Ibukota Provinsi Kalimantan Timur ada di Samarinda. Meski ibukota provinsi, tapi untuk menuju ke  sana, pesawat elu harus mendarat dahulu di bandara internasional Balikpapan. Dilanjut perjalanan darat melewati kawasan hutan sekitar 2-3 jam. Mengapa demikian?

Karena, meski berstatus sebagai ibukota provinsi, Samarinda enggak punya bandara besar. Cuma sekutil doang. Enggak ada pesawat besar ke sana. Sebab bandaranya ada di Balikpapan. Sebagai gerbang Kaltim.

But, wait. Itu dulu. Cerita jadul sebelum Jokowi jadi presiden.

Karena, seperti kita ketahui bersama, kini Samarinda telah memiliki bandara internasional yang megah juga. Dari Balikpapan menuju Samarinda pun kini ada tol. Hasil proyek mangkrak di era pemerintahan sebelumnya, yang digempur kembali pembangunannya oleh Jokowi.

Dulu, kantor gue ada di Balikpapan. Kota kecil, yang bahkan andai elu puterin sehari juga kelar. Seuprit. Tapi memiliki pantai dengan pasir yang indah. Kotanya bersih enggak ketulungan, meski banyak area tambang tambang.  

Iya, betul. Banyak perusahaan tambang di sana. Baik milik negara kita, juga asing. Jadi enggak usah aneh, jika berjumpa ekspatriat di sana. Sejak dulu, Kalimantan memang dikenal akan minyak dan batu baranya. Emas hitam. Mata dunia belahan mana yang enggak ingin mengeruknya.

Jadi elu bisa bayangin. Andai pusat pemerintahan negara kita di Kalimantan Timur, lalu ada perusahan asing yang macam-macam lagi dengan kekayaan Indonesia, tinggal datengin aja naik sepeda. Gebuk. Selesai. Sampai di sini, mulai paham dengan strategi diam-diamnya Jokowi dalam menjaga kekayaan negeri?

Meski di Balikpapan, gue juga rutin ke Kabupaten Penajam Pasir Utara (PPU). Karena termasuk wilayah kerja. Jadi harus didatangi hampir setiap bulannya.

Dulu, untuk menuju ke PPU, gue pakai kapal feri. Menyeberangi selat, demi memperoleh waktu yang lebih singkat. Jika dibanding harus melalui jalur darat. Gue yakin, ke depannya akses darat dari Balikpapan ke PPU akan lebih cepat. Atau mungkin sudah.

Feri yang gue naiki, akan melewati kawasan mangrove yang lebat. Memesona dengan latar matahari terbenam. Enggak pudar bias sinarnya, di langit yang sangat bersih dari polusi udara.

Bagi para fotografer, spot ini adalah surga. Untuk membidik objek langit menjelang senja. Elu akan dengan mudah menemukan guratan awan indah. Dengan warna merona. Yang enggak akan pernah elu temukan di Jakarta. Karena di Jakarta, kini adanya spot batu. Hasil kutukan bambu senggama.

PPU adalah wilayah yang tenang. Sangat asri di sana. Iya, lah. Hutan di mana-mana. Pastinya, akan menjadi pusat pemerintahan yang sangat menyejukkan mata.

Meski masih banyak hutan, bukan berarti di sana enggak ada pembangunan. Atau hanya jadi tempat tinggal singa, macan dan Tarzan. Bukan. Karena, saat terakhir gue meninggalkan Kaltim, PPU menggeliat berbenah, dengan bermacam fasilitasnya.  

Mari kita ke Kutai Kertanegara…

Dari Balikpapan, bisa ditempuh dengan perjalanan darat. Letakanya berdekatan dengan Samarinda. Terhubung darat dengan PPU juga.

Kabupaten ini dikenal dengan sejarahnya. Dulu ada kerajaan sangat besar di sana. Seantero nusantara tau kedigdayaannya. Apakah ini semacam tanda semesta, bahwa negara kita akan kembali tampil dengan kejayaannya? Semoga.

Kutai juga dikenal sebagai kabupaten yang kaya. Tenggarong nama ibukota kabupatennya. Seperti Kabupaten PPU, Kabupaten Kutai juga sangat asri wilayahnya. Bersih dan tenang.

Pertanyaanya, mengapa Kalimantan??

Sedikitnya, ada tiga alasan.

Pertama.

Menganalisis geopolitiknya, letak Pulau Kalimantan itu tepat berada di tengah Indonesia.

Hal ini tentu bisa menghilangkan stigma Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Enggak akan ada lagi stigma itu. Yang ada cuma satu, Indonesia. Dengan ibukota pemerintahan tepat berada di tengah wilayahnya.

Apakah ada kisah sukses sebuah negara yang beribukota di tengah wilayahnya?

Ada!

New Zealand itu memindahkan ibukota dari Auckland yang berada di utara, ke Wellington yang persis berada di tengah wilayahnya.

Pada akhirnya, Auckland tetap menjadi satu kota yang besar di New Zealand. Dan Wellington menjadi pusat pemerintahan tanpa perlu banyak gangguan. Fokus menjalankan pemerintahan doang.  

Jika ibukota pindah ke Kalimantan, Jakarta pun tetap akan menjadi pusat ekonomi. Banyak kok contohnya, negara yang pusat ekonomi dan pusat pemerintahannya berbeda.

Yang harus dipahami adalah, memindahkan ibukota itu bukan berarti memindahkan Jakarta ke ibukota baru. Lalu Jakarta menjadi sepi dan mati. Bukan.

Yang pindah cuma pusat pemerintahannya doang. Persis seperti New York yang menjadi pusat ekonomi, dan Washington jadi pusat pemerintahan.

Kedua.

Kalimantan juga sangat mendukung dan memperkuat konsep negara maritim. Kita mengenal adanya ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia). Di mana ALKI-II letaknya berdekatan dengan  Kalimantan.

ALKI adalah Alur laut yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional. Intinya, semua kapal yang mau ke Samudra Hindia atau Pasifik dan sebaliknya atau pesawat udara asing yang mau melintas ke utara atau ke selatan harus melalui ALKI. Coba elu cari tahu, apa dan seberapa besar keuntungan hal itu buat NKRI.

Ketiga.

Menurut BMKG, Kalimantan juga nyaris enggak pernah kena gempa. Di mana, bencana semacam itu dapat menimbulkan terputusnya saluran-saluran energi.

Ibu kota pememerintahan itu enggak boleh lumpuh. Coba elu lihat kejadian kemarin, seluruh Jakarta geger gara-gara mati listrik.

Di Kalimantan, sumber pasokan energinya sangat besar. Dapat dipastikan, aktivitas pemerintahan dapat selalu berjalan baik tanpa terkendala urusan mati listrik seperti Jakarta kemarin. Iya, lah. Pulau pertambangan energi.

Kemudian, apakah pemindahan ibukota akan berdampak pada penambahan utang negara?

Dari data Bappenas, biaya yang akan digunakan untuk pemindahan ibukota sama sekali enggak ada pilihan dengan cara berutang.  Boro-boro mau utang, kepikiran aja enggak.

Jadi, enggak usah asal njeplak dengan menyebarkan informasi tolol, guna menciptakan opini dungu seperti yang dilakukan oleh bocah ingusan kemarin sore, Sherly Annavita di acara ILC. Yang mengatakan bahwa skema pembiayaan pemindahan ibukota “kemungkinan akan utang lagi.” Dongok! Sebagai penggerak literasi, kita semua harus berbicara berdasar data yang benar.

Akhirnya,secara pribadi, gue sangat mendukung dengan pemindahan ibukota negara. Ke Kalimantan Tmur pula.

Sebab, selain beberapa alasan di atas, gue memiliki alasan pribadi lainnya.

Cinta gue, sangat besar untuk Kalimantan Timur. Ada. Selalu ada. Enggak akan lekang. Menyelimuti jasad anak gue, yang dikubur di dalam tanahnya. Tanah Kalimantan.

Baik-baik di sana, Nak. Moga engkau bahagia mendengar kabar ini. Tanah kelahiranmu, akan menjadi ibukota negeri. Tentunya, jika dewan menyetujui. Baik-baik bersama Tuhan, Nak. Sampaikan salam metal untuk-Nya.

“Ayah enggak balikan aja sama bunda?”

“Enggak, Nak. Mamakmu udah kawin lagi.”

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.