Katakan Cinta

“Sekiranya, Khadijah adalah contoh nyata. Bagaimana seorang wanita memposisikan haknya sama tinggi di hadapan pria. Dengan cara yang sempurna.”

Siapa yang berhak mengatakan cinta?

Lha ya semuanya, lah. Enggak cowok, enggak cewek, semua berhak. Kan sama-sama punya mulut untuk menyampaikannya, punya hati untuk merasakannya, dan punya nalar untuk memikirkan bagaimana caranya.

Saya kan cewek. Masa harus ngomong duluan?

So what?

Cewek juga punya mulut. Fungsinya untuk berbicara. Untuk menyampaikan apa yang dirasa juga. Jika enggak disampaikan, mana mungkin pria idamanmu akan tahu apa yang kamu mau.

Hanya saja, mungkin cara penyampaiannya perlu sedikit berbeda.

Jika cowok cenderung blakblakan terus terang pada poinnya, jika cewek, bolehlah belok-belok sedikit. Misalnya dengan menggunakan perantara teman. Atau sembari menari-nari di taman. sambil kode-kodean. Goyang kepala, ala India caya-caya.

Menurut sebagian keterangan, Khadijah lah yang lebih dulu mengungkapkan perasaannya pada Muhammad. 

Meskipun diawali dengan menggunakan perantara orang lain serta strategi cantik, demi menyelidik apakah pria mulia yang diidamkannya itu punya perasaan yang sama dengan dirinya. Apakah Muhammad akan menerima perasaannya.

Pada keterangan yang lain, ada yang mengatakan bahwa Khadijah sendirilah yang menikahkan dirinya dengan Muhammad. Karena tubuh paman yang menjadi walinya, bergetar hebat di hadapan Muhammad. Tak sanggup berkata apa-apa. Sehingga peran wali diambil oleh Khadijah sendiri.

Sekiranya, Khadijah adalah contoh nyata. Bagaimana seorang wanita memposisikan haknya sama tinggi di hadapan pria. Dengan cara yang sempurna.

Menyeimbangkan hati dan akal, demi memperjuangkan perasaannya. Yaitu kebahagiaan yang diyakininya. Kebahagiaan di atas kakinya sendiri, bukan di atas kaki tetangga.

Apalagi kaki gajah.

Kegedean.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.