Kekeliruan Memaknai “Kun Fa Yakun”

“‘Kun Fa Yakun’ adalah manifesto gambaran kesempurnaan Tuhan, saat menjawab sebuah pertanyaan tentang awal penciptaan.”

Frasa “Kun Fa Yakun” sangat akrab sekali di telinga kita. Saking akrabnya, sampai-sampai sebagian kita jadi malas untuk lebih menggali maknanya. Umumnya, frasa itu diartikan “Jadi! Maka, jadilah”, padahal bukan itu arti sebenarnya. Pe’A, kan?

Dalam bahasa Arab, tiap kata kerja dinyatakan dalam bentuk fi’l madhiy (perfect/past), fi’l mudhari’ (imperfect/present-future) atau fi’l amr (imperative).

Kata kerja “kun” dan “yakunu“ dalam frasa “kun fayakun”, berturut-turut mengambil bentuk fi’l amr dan fi’l mudhari’. Dengan begitu, pemaknaan yang lebih tepat bukan “Jadi! Maka, jadilah!” Melainkan “Jadi! Maka berlangsunglah!” Atau, “Jadi! Maka, terus terjadilah!”

Sedangkan “Jadi! Maka, jadilah!” jika alih bahasakan ke bahasa Arab akan menjadi “Kun Fa Kana,” bukan “Kun Fa Yakun.”

Apa yang harus kita pahami dari frasa “Kun Fa Yakun” ?

Pertama. Frase tersebut berkaitan dengan kuasa Tuhan yang sedang berbicara proses penciptaan semesta. Bukan tentang segala kejadian yang terjadi setelah semesta ada.

Bingung, kan?

Sama!

Begini sederhananya,…

Ketika rombongan jahiliyah mempertanyakan bagaimana cara Tuhan saat awal menciptakan semesta, kitab suci menjawab. Bahwa bagi-Nya hal itu sangatlah mudah. Semudah mengucap “Kun!”, maka berlangsunglah prosesnya.

Lalu semestanya menjadi ada, ceritanya menjadi ada, tumbuhannya menjadi ada, hukum fisikanya, kimianya, blablabla,..semuanya berlangsung menjadi ada.

Sampai kapan?

Pertanyaan ini, akan terjawab di akhir tulisan.

Kedua. Frasa tersebut bukan berarti bahwa dalam setiap peristiwa yang terjadi di dunia saat sekarang ini, Tuhan selalu mengucapkan “Kun! Fa Yakun!” sebelum terjadinya. Bukan!

Misal, sebelum gunung meletus, “Kun! Fa Yakun!”. Sebelum daun berguguran, “Kun! Fa Yakun!”. Sebelum tunas rumput tumbuh, “Kun! Fa Yakun!”. Sebelum seorang ibu melahirkan, “Kun! Fa Yakun!”. Bukan, bukan seperti itu!

Jika seperti itu, nanti Tuhan bakalan super sibuk enggak karuan. Hanya untuk ngucapin “Kun! Fa Yakun!” doang kerjaannya. Rempong banget, kan. Bisa-bisa, para malaikat jadi bengong, melihat bosnya super sibuk ngurusin “Kun!”

“Kun! Fa Yakun!” adalah frasa satu kali “ucap.” “Jadi! Maka berlangsunglah!”. Semestanya tumbuh dan ada, hukum-hukumnya bekerja. Biologi, fisika, geologi dan lain sebagainya.

Sperma bertemu ovum maka terjadi proses kehamilan, pergeseran lempeng bumi maka terjadi gempa bumi, magma tak tersalurkan uapnya maka terjadi gunung meletus, begitu seterusnya. Enggak perlu “Kun! Fa Yakun!” terus-terusan setiap sebelum terjadi peristiwanya.  Hukum-hukum-Nya lah yang bekerja. Tuhan tenang-tenang saja di sana, entah di mana.

Ketiga. Frasa “Kun! Fa Yakun!” ini enggak ada hubungannya dengan bapernya sebagian kita terkait masalah takdir. “Kalo Tuhan sudah berkehendak, maka semua yang enggak mungkin bisa menjadi mungkin,” begitu yang sering diucap oleh sebagian kita. Iya, kan?

Enggak punya uang tapi bisa sekolah sampe Amerika, katanya hasil “Kun! Fa Yakun!”. Bukan. Itu adalah hasil tindakanmu sendiri, yang pernah berlaku baik dalam sebuah usaha berdasar hukum-hukum-Nya.

Belum bisa cerai dari suamimu yang begundal itu, katanya hasil “Kun! Fa Yakun!”. Bukan. Itu adalah hasil ketakutan dan kebodohanmu yang belum mampu memperjuangkan kebahagiaanmu sendiri. 

Jangan pernah bawa-bawa Tuhan atas kesedihan, kedukaan, kegundahan, yang sebenarnya disebabkan oleh kebodohan dan ketidakmampuanmu sendiri dalam memaksimalkan fungsi akal dan hati yang diberikan-Nya. Ingat, Tuhan selalu Mahabaik.

“Kun! Fa Yakun!” berbicara tentang sangat mudahnya bagi Tuhan atas proses awal penciptaan dan keberlangsungannya yang masih berlangsung hingga kini.

“Kun! Fa Yakun!” bukan berbicara hal lainnya.  Seperti yang tertulis pada poin kedua dan ketiga di atas.  

“Kun! Fa Yakun!” bukanlah mantra ajaib yang memberi hak kepada kita agar bisa memaksa Tuhan  membengkokkan ketetapan melalui hukum-hukum-Nya yang bekerja. Demi keuntungan seenak udel kita.

“Kun! Fa Yakun!” bukan juga untuk mendukung pembenaran pola pikir yang kita lakukan demi niat busuk yang kita inginkan.

Ingat, “Jadi! Maka berlangsunglah!” (“Kun! Fa Yakun!”). Bukan “Jadi! Maka terjadilah!” (“Kun! Fa Kana!”. Catat itu!

Intinya, “Kun! Fa Yakun!” adalah manifesto gambaran kesempurnaan dan kehebatan Tuhan, saat menjawab sebuah pertanyaan tentang awal penciptaan.

Bahwa bagi-Nya, awal penciptaan semua yang ada di semesta ini adalah hal yang sangat mudah. Semudah menjentikkan jari, dan berucap “Kun!” maka berlangsunglah semua.

Berlangsung hingga detik ini. Sampai kemudian semua akan berkahir menuju-Nya. Sehingga “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” itu benarlah adanya. Menjadi logis ayat-Nya. Dari-Nya, kembali pada-Nya.

Sampai kapan?

Kitab suci menjawab, berlangsungnya adalah “enam hari”-Nya. Bukan enam hari hitungan dunia. Melainkan hitungan-Nya.

Jadi, sampai kapan??

Lha ya mana saya tahu.

Berharap saja saat ini adalah masih hari kedua atau ketiga. Karena jika saat ini adalah hari kelima atau keenam, maka sebentar lagi, kita enggak akan bisa saling sapa lagi. Semua akan berakhir. Mengurusi diri masing-masing.

Kriiik,…Kriiiik,…Kriiiik,….

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.