Salah Kaprah Memahami Introvert

“Jangan hakimi permata hatimu sebagai anak yang anti sosial atau pemalu, walau dirinya introvert. Beri ruang, jika dirinya sedang ingin menyendiri!”

Sebenarnya, tulisan ini lahir karena jengah. Pada apa yang sering saya dengar dari sebagian teman, saat mereka menjelaskan pengertian introvert & extrovert.

Sebagian teman saya itu, mengaku ada yang berprofesi sebagai praktisi mesin kecerdasan manusia berdasar sidik jari, ada yang seorang healer, ada pula seorang hipnoterapis. Semoga, mereka semua membaca tulisan ini.

Anyway, keren-keren profesinya, ya.

Namun sayang. Meski keren, tapi patut saya tengarai, bahwa sebagian besar mereka adalah pribadi-pribadi yang kurang membaca. Atau malas baca, lebih tepatnya. Hal itu terlihat, saat mereka menjelaskan tentang introvert & extrovert. Asal njeplak!

Bicaranya hanya berdasar katanya-katanya. Cuma bersandar pada apa yang pernah mereka dengar dari seniornya saja. Sehingga apabila seniornya salah, maka akan salah pula apa yang disampaikan oleh mereka.

Selain itu, kentara sekali bahwa mereka bukan tipe pemikir kritis. Yang hobi membaca segala sumber ilmu. Agar mendapat pengetahuan jelas dan tepat. Sehingga enggak serampangan ketika memberikan penjelasan ke publik mengenai introvert & extrovert.

Baca tulisan lainnya : “Membongkar Kebohongan Rindu Istiqomah a.k.a Rindu Ade Istiqomah Penulis Buku ‘Perempuan Pencari Tuhan'”

Apa itu introvert & extrovert?

Istilah introvert,  extrovert dan ada satu lagi yaitu ambivert diperkenalkan tahun 1921 oleh psikolog asal Swiss. Namanya Carl Gustav Jung (C.G Jung). Ketiga istilah itu doi tulis di bukunya berjudul “Psychologische Typen.”

Menurut doi, pada dasarnya semua orang memiliki sisi introvert, extrovert dan ambivert dalam kepribadian masing-masing. Ingat, ya. Ketiganya ada dalam setiap kepribadian seseorang.

Jadi, jangan asal njeplak seperti sebagian teman saya yang mengatakan bahwa seorang introvert enggak akan punya sisi extrovert dan ambivert atau sebaliknya. Itu salah.

Sebab, baik introvert, extrovert maupun ambivert selalu ada di setiap kepribadian seseorang. Tetapi, hanya salah satu sisi saja yang akan muncul mendomansi karakter orang tersebut.

Anyway, saya hanya akan fokus membicarakan tentang introvert dan extrovert. Sedangkan ambivert enggak akan banyak saya singgung. Singkatnya, ambivert adalah gabungan antara introvert dan extrovert.

“Introvert adalah sikap atau karakter seseorang yang memiliki orientasi subjektif secara mental dalam menjalani kehidupannya.”

– C.G Jung –

Mereka yang termasuk dalam kelompok introversion cenderung fokus kepada pikiran, perasaan, dan mood yang berasal dari dalam diri sendiri alias internal (“in”), dibandingkan dengan mencari stimulasi dari luar (“ex”).

Memang, dalam kondisi tertentu, kepribadian introversion cenderung mengambil sikap untuk menyendiri. Namun demikian, bukan berarti dapat dikatakan bahwa introvert adalah anti sosial. Sebab hal itu dilakukannya hanya untuk mendapatkan energinya kembali.

Hal ini berbeda dengan extrovert yang senang dan bisa mendapatkan energi dari interaksi sosial, introvert justru merasa harus mengeluarkan banyak energi saat harus bersosialisasi dalam kelompok yang besar atau dalam waktu yang lama.

Jika menghadiri pesta di mana terdapat banyak orang, biasanya introvert cenderung perlu menyendiri dan memiliki “me time” untuk merecharge energi. Setelah energinya terisi, baru introvert dapat kembali bergabung dalam keramaian untuk bersosialisasi.

Koplaknya, oleh sebagian teman saya yang memiliki berbagai macam profesi seperti yang saya sampaikan di awal tulisan, introvert sering disalahartikan sebagai pendiam, pemalu, dan penyendiri. Padahal sebenarnya introversion bukanlah jenis orang yang selalu menutup diri dari dunia luar.

Iya, sih, introvert cenderung memiliki satu atau dua orang teman dekat. Dan ini merupakan cirinya, lebih nyaman dengan lingkaran pertemanan yang kecil, bukan berada di grup yang penuh dengan banyak orang.

Namun demikian, jumlah teman yang sedikit bukan menjadi indikasi bahwa introvert adalah pemalu atau mengalami masalah dalam bersosialisasi. Apalagi disebut anti sosial, bukan!

Salah kaprah jika mengira bahwa introvert adalah pemalu, hanya karena melihat mereka lebih senang untuk melakukan kegiatan sosial dalam kelompok yang kecil atau dengan diri mereka sendiri. Pemikiran seperti ini ngawur, namanya.

Sebab faktanya, introvert juga enggak segan untuk melakukan interaksi sosial dalam kelompok yang lebih besar. Dan terlebih dari itu, memang enggak ada hubungannya antara introvert dengan pemalu.

Baca tulisan lainnya : “Tentang Pria dan Kondomnya”

Introvert adalah  berbicara tentang bagaimana cara seseorang untuk mengembalikan energinya, mood-nya, kreativitasnya, yang hanya bisa keluar dari dalam dirinya sendiri. Sehingga terkadang mereka perlu menyendiri.

Sedangkan pemalu adalah seseorang yang merasa berat atau segan untuk melakukan interaksi sosial sama sekali. Terutama terhadap orang yang enggak mereka kenal. Meski enggak dapat dipungkiri, ada sebagian introvert yang kebetulan juga adalah seorang yang pemalu. Namun enggak seluruhnya.

Nah, karena sebagian teman saya sering menyalahartikan bahwa introvert  adalah pribadi yang pemalu dan penyendiri, ujung-ujungnya sebagian teman saya itu menghakimi bahwa introvert juga dianggap sebagai pribadi yang bermasalah. Ini yang saya sebut dengan serampangan! Sok tahu!

Introvert memang cenderung memilih sikap untuk menyendiri di kamar atau lebih asyik sendiri dengan hal yang dilakukannya. Namun, bukan berarti mereka memiliki masalah dalam kepribadiannya.

Ingat, mereka hanya sedang mengisi energinya kembali. Biarkan mereka melakukan hal tersebut. Karena saat itulah mereka merasa nyaman dengan dirinya. Sehingga energinya, kreativitasnya, mood-nya bisa segera kembali.

Pahami juga bahwa introvert memang cenderung butuh waktu untuk mencerna kejadian-kejadian baru yang dialaminya.

Jadi, hindari memaksa introversion untuk bersosialisasi dengan cepat, terutama jika berada di lingkungan baru. Biarkan introvert mengamati dulu lingkungannya, sebelum ikut bergabung ke dalamnya.

Sehingga setelah mengetahui hal ini, saya harap enggak ada lagi yang menghakimi anaknya sebagai anak yang pemalu atau anti sosial, walau dirinya introvert!

Introvert bukan ahli bicara?

Masih menurut sebagian teman saya. Menurut mereka, karena karakternya yang cenderung pendiam, seringkali introvert dianggap memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbicara apalagi public speaking.

Ini adalah anggapan yang salah. Salah banget, malahan. Asal njeplak dan enggak berdasar fakta empiris. Terlihat sekali, sebagian teman saya itu sangat malas membaca.

Diamnya introvert adalah karakternya. Dan bukan karena memiliki keterbatasan dalam hal berbicara. Terbukti, banyak tokoh terkenal dengan kepribadian introvert justru memiliki kemampuan public speaking yang sangat baik.

Misalnya saja Bill Gates, miliarder pemilik Microsoft yang ahli berbicara di hadapan jutaan orang. Keanu Reeves dan Emma Watson, artis ternama yang terbisa berbicara di depan ribuan penggemarnya. Mahatma Gandhi, yang jago orasi di muka jutaan pengikutnya. Albert Einstein, ilmuwan yang selalu memaparkan penemuannya di depan ratusan pakar lainnya. Dan banyak lagi contoh lainnya yang dapat dijadikan bukti bahwa introvert bukanlah seseorang yang memiliki kemampuan terbatas dalam berbicara.

Baca tulisan lainnya : “Kekeliruan Memaknai ‘Kun fa Yakun'”

Jadi kesimpulannya, membahas mengenai introvert, extrovert dan juga ambivert adalah berbicara tentang sikap jiwa seseorang atau cara bagaimana seseorang mengisi kembali energi (libido) di dalam dirinya. Untuk memperoleh gairahnya kembali.

Ibaratnya, ini tentang perbedaan cara untuk mengisi ulang energi. Ada yang introvert (“in” dari dalam diri sendiri, sehingga lebih membutuhkan kesendirian dahulu), ada yang extrovert (“ex” dari luar diri/lingkungan, sehingga lebih membutuhkan sosialisasi) dan ada pula yang ambivert (“in” dan “ex”. Dari dalam dan dari luar).

Energi, kreativitas, ide, mood seorang introvert memang akan lebih cepat habis atau menguap jika berada di antara banyak orang. Sebaliknya energi, kreativitas, ide, mood seorang extrovert akan lebih cepat habis atau menguap jika sendirian.

Dalam hal ini saya ingin mengatakan bahwa baik introvert atau extrovert bisa jadi sama-sama terlihat banyak omong atau pun irit omong. Bergantung apakah energi dalam dirinya masih ada atau enggak.

Yang membedakannya adalah sikap apa yang akan dilakukan saat butuh merecharge energi ketika sedang capek, putus asa, hilang semangat, enggak mood dan lain sebagainya. Supaya bisa kembali penuh gairah lagi.

Perbedaan sikap ini nantinya akan memberikan pandangan yang berbeda dalam pengambilan keputusan, interaksi sosial, respon terhadap sebuah masalah, dan lain-lain.

Untuk mengisi energinya kembali, introvert terpusat pada faktor subjektif. Dirinya sendiri. Sehingga biasanya akan memilih pergi menyendiri.

Misalnya ke pantai sendirian, nonton film di laptop atau baca buku sambil mendekam di dalam kamar . Kalau perlu, menonaktifkan sosial media sambil bilang pada gebetan, “Sayang, aku lagi pengin sendiri.” Sangking butuh enggak mau diganggu oleh apa pun dan siapa pun.

Bagi introvert, saat suasana hati enggak enak, menikmati kesendirian adalah kebahagian. Sebab, sumber energinya berada di dalam dirinya sendiri. Sehingga akan merasa tersisi kembali setelah menyendiri.

Sebaliknya, extrovert terpusat pada faktor objektif. Lingkungan di luar dirinya. Sehingga akan memilih mengobati dirinya sendiri dengan bertemu orang lain.

Misal dengan nongkrong cantik, berdiskusi, dan datang ke sebuah acara yang memungkinkan dirinya bisa berinteraksi dengan orang lain. Sebab keramaian adalah sumber energinya.

Jadi jangan salah menilai lagi. Bisa jadi, orang yang kelihatannya supel dan gaul parah, suka berbicara di depan khalayak ramai, dan kegiatan sosialnya berjibun, ternyata dirinya adalah introvert. Persis seperti nama-nama tokoh yang saya tuliskan di paragraf sebelumnya.

Sebab walau terlihat aktif di depan banyak orang, sebenarnya di lingkungan tersebut energinya justru cepat habis. Dan butuh mengisi ulang energinya dengan hal yang membuatnya nyaman seperti mendadak ingin sendirian, menyepi, merenung sambil nulis dan lain sebagainya. Begitu pula sebaliknya.

Introvert-extrovert juga enggak saklek dan akan berlaku selamanya. Ingat, ya. Mereka dapat berubah seiring waktu sesuai dengan proses kehidupan. Ya, namanya juga kepribadian, akan menyesuaikan dengan waktu dan lingkungan.

Baca tulisan lainnya : “Bahayanya Malas Membaca”

Finally, pengetahuan tentang introvert, extrovert dan juga ambivert ini sebenarnya berguna untuk pemahaman terhadap diri sendiri serta orang lain.

Supaya tahu, harus berbuat apa saat butuh energi kembali. Agar tahu, harus bersikap apa saat ada orang lain sedang butuh waktu untuk menyendiri. Agar bisa saling memahami dan enggak mudah menghakimi.

Fine, jika masih ada healer atau hipnoterapis yang mengatakan bahwa introvert itu pasti pemalu, pemalu itu sulit berbicara, karena sulit berbicara maka susah bersosialisasi, susah bersosialisasi itu artinya ada masalah dalam kepribadiannya. Atau misal ada praktisi mesin kecerdasan manusia berdasar sidik jari yang mengatakan bahwa jika ada introvert yang ahli dalam berbicara serta bergaul artinya bahwa introvert tersebut adalah salah asuh atau salah didik, maka jawab saja, “Ndasmu!”

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.