Membuka Aib??

“Jangan serampangan membawa-bawa agama, tetapi otak enggak disertakan juga. Supaya enggak baperan akhirnya.”

Ada banyak kerancuan dalam memahami sikap, antara membuka aib atau memberi tahu sebuah informasi pada orang lain.

Mari kita lihat kasus-kasus berikut ini.

Kasus-1 :

Ceritanya temanmu Wanti akan melakukan kerja sama dengan Mujenah. Dimana, Mujenah sendiri pernah bekerja sama denganmu, namun memberikan hasil yang sangat mengecewakan.

Sebagai teman, dirimu berbicara pada Wanti, “Eh, maaf sebelumnya, Wanti. Aku enggak bermaksud menghalangi kerja samamu dengan Mujenah. Ini sekadar memberitahu saja. Mujenah itu pernah kerja sama denganku, tapi hasil pekerjaannya kurang memuaskan. Kurang amanah juga. Tapi silakan dicoba saja. Mungkin sudah ada perubahan.”

Kasus-1 ini, merupakan sikap sedang membuka aib seseorang atau bukan?

Menurut hemat pikir saya sih, bukan. Sikap semacam ini namanya memberi informasi untuk mengingatkan. Agar teman kita berhati-hati dengan keputusannya.

Ini kan ibarat teman kita akan melalui sebuah jalan. Saat kita tahu bahwa di hadapannya ada sebuah jurang, ya kita harus mengingatkannya untuk berhati-hati, dong. Jangan cuma diam.

Apalagi membiarkannya nyemplung lebih dulu, baru memberi tahu yang sebenarnya.  Itu sama saja kita turut andil atas penderitaan yang bisa dideritanya kemudian.

Begitu juga seperti kasus-1 di atas.

Jangan sampai menunggu Wanti menjadi korban kerja sama dengan Mujenah terlebih dahulu, baru dirimu menyampaikan kebenarannya. Jangan sampai Wanti mengalami kerugian lebih dahulu, baru dirimu memberi tahu seperti apa tabiat Mujenah yang sebenarnya. Telat, namanya!

Berbeda hal jika Wanti enggak mengenal Mujenah. Dan enggak ada rencana kerja sama apa-apa. Lalu dirimu serta-merta menceritakan tentang keburukan Mujenah. Itu membuka aib, namanya.

Baca tulisan lainnya : “Salah Kaprah Memahami Introvert”

Kasus-2 :

Wulan akan bercerai dengan suaminya. Banyak alasan yang membuat Wulan mengambil keputusan itu. Mulai dari suaminya yang berperingai kasar, pemabuk, berulang kali selingkuh, dan lain sebagainya.

Suatu ketika Wulan ditanyai oleh putranya yang masih kecil, “Mama kenapa mau pisah sama papa?”

Lalu Wulan menjelaskan dengan baik. Menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami anaknya.

“Papamu melakukan kesalahan, Nak. Sudah berulang kali menyakiti mama. Papamu berselingkuh di belakang mama. Mabuk-mabukan dan selalu bersikap kasar pada mama. Ini alasan mama ingin berpisah dengan papamu. Kelak saat kau besar, hormatilah wanita. Sayangilah istrimu. Jangan pernah tiru apa yang dilakukan papamu.”

Kasus-2 ini, merupakan sikap sedang membuka aib seseorang atau bukan?

Menurut hemat pikir saya sih, juga bukan. Sikap semacam ini namanya sedang memberi informasi demi sebuah pemahaman. Agar si anak mengerti.

Tentu saja si kecil akan bingung, jika Wulan menjawab, “Enggak apa-apa.”

Si kecil pasti akan bertanya-tanya, enggak apa-apa tetapi kok bercerai. Dan pemikiran semacam ini tentu lebih membahayakan bagi dirinya saat mulai tumbuh dewasa. Dia akan belajar, bahwa meninggalkan pasangan meski tanpa alasan adalah hal yang boleh dilakukan.

Tentu saja, mengomunikasikan segala sesuatu dengan jujur dan baik, menggunakan gaya bahasa anak agar si kecil paham, bukanlah menjadi bagian dari membuka aib seseorang. Melainkan membuat anak mengerti, mana yang benar dan mana yang salah.

Baca tulisan lainnya : “Salah Kaprah Memahami Hari Ibu 22 Desember”

Berbeda cerita jika yang bertanya pada Wulan adalah orang lain. Yang enggak ada hubungan sama sekali dengan permasalahan Wulan. Atau bukan pihak yang dipercaya oleh Wulan untuk memberikan saran dan arahan. Saat Wulan ujug-ujug menceritakan segala tabiat suami pada sembarangan orang yang enggak berkepentingan semacam tersebut, itu baru membuka aib, namanya.

Alangkah baiknya, bisa membedakan antara memberi informasi dan membuka aib. Sehingga enggak serampangan membawa-bawa agama, tetapi otak enggak disertakan juga. Supaya enggak baperan!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.