Wanita Menulis

“Saya pernah mengecek data admin. Ada peserta @wanita.menulis yang bisa meraup keuntungan bersih hingga jutaan rupiah.”

Selain Pena Aksara, saya juga membangun dan mengampu wadah kepenulisan berbasis online bernama @wanita.menulis yang mulanya bernama Nulis Keroyokan.

@wanita.menulis merupakan wadah yang saya buat sebagai bentuk kepedulian terhadap wanita-wanita dengan segudang keresahannya. Agar mereka mulai berani menyuarakan kegundahan, meski dimulai dari tulisan sebagai medianya. Sebagai bentuk “terapinya”.

Ya, @wanita.menulis memang khusus bagi wanita. Namanya saja sudah jelas. Sehingga tidak ada satu pun pria yang dapat mendaftar sebagai peserta.

Untuk menjadi peserta tidak dipungut biaya. Semua diberikan gratis, dari ilmu kepenulisan serta motivasinya. 

Betul sekali. Sebelum kegiatan pendampingan menulis dimulai, @wanita.menulis selalu menghadirkan narasumber lain yang terkait dengan tema di setiap batch-nya. Untuk memberikan motivasi dan penguatan kepada peserta, atas keresahan yang dirasakan. Enak, kan?

Di setiap batch, @wanita.menulis memang mengangkat tema yang berbeda-beda. Namun, semuanya masih terkait seputar dunia wanita.

Ada tema tentang pengakuan diri, KDRT, perselingkuhan, pengkhianatan, keuangan, penyakit khusus wanita, lucunya suami dan lain sebagainya. Berbeda-beda di setiap batch-nya. Sehingga narasumber yang dihadirkan pun berbeda-beda, biasanya seorang praktisi atau tokoh publik yang sesuai dengan temanya.

Kelas @Wanita.Menulis Sesi-9 (Sumber : Dokumen Manajemen Raditya Riefananda)

Setelah diberikan motivasi, peserta akan dibimbing menulis. Mengeluarkan semua  pengalamannya yang meresahkan. Saya langsung yang membimbingnya, tentu dengan cara yang asyik dan begitu mudahnya.

Untuk menjadi peserta tidaklah harus sudah pandai menulis. Bahkan, sering didapati peserta yang belum pernah menulis sama sekali. Tidak apa-apa, tetap boleh ikut menjadi peserta.

Segalanya dimudahkan. Demi mau berkarya. Sehingga tidak aneh bila ada yang menulis melalui pesan WA hingga ada juga yang sekadar menyampaikan ceritanya melalui pesan suara. Ujung-ujungnya kaget sendiri, “Kok bisa, ya. Nulis di WA jadi buku.” Begitulah kira-kira kagetnya sebagian mereka.

Di sisi yang lain, @wanita.menulis dibangun tidak sekadar untuk melahirkan wanita-wanita yang mulai menyukai dunia menulis. Namun, juga untuk melahirkan wanita-wanita yang lebih kuat dan lega sebab telah berani mengeluarkan sesak hatinya.

“Mengubah keresahan hati, menjadi karya berarti yang menghasilkan rezeki.”

Menghasilkan rezeki??

Iya. Di @wanita.menulis, peserta boleh memiliki karya yang telah dibukukan, boleh juga tidak. Dalam hal ini, tidak ada paksaan. Pun boleh menjualnya maupun tidak.

Bagi yang ingin menjualnya, akan dibantu sarana promosinya. Disediakan secara cuma-cuma, agar peserta mudah mempromosikan karyanya.

Keuntungan yang diperoleh untuk siapa?

Sepenuhnya untuk peserta. Di titik ini, ada pemberdayaan di @wanita.menulis. Menjadi semacam side income baru bagi wanita.

Bayangkan. Peserta hanya perlu mengeluarkan keresahan untuk melegakan, lalu menuliskannya, penulisannya dibimbing pula, semua fasilitasi (desain, pracetak, penerbitan) diberikan cuma-cuma, setelah menjadi karya diperkenankan untuk menjual dengan harga sesuai dengan keinginan masing-masing peserta, difasilitasi sarana promosinya, dan keuntungan yang didapat semuanya untuk peserta.

Saya pernah mengecek data admin. Ada peserta @wanita.menulis yang bisa meraup keuntungan bersih jutaan rupiah. Hanya dari menulis keresahan dalam tiga sampai lima lembar halaman. Hati lega, rezeki tiba. Tah, eta. Terangkanlah!

Demikianlah tujuan pemberdayaannya.

Sila, boleh dicoba. Sebab wanita, memang berhak bersuara. Meski dimulai dari tulisan!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Hasil Karya Sesi-9 (Sumber : Dokumen Manajemen Raditya Riefananda)

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.