Dengan Menulis Wanita Menjadi Lebih Kuat!

Saya pernah mengajukan sebuah pertanyaan kepada seorang wanita. Dia adalah salah satu peserta jebolan kelas @wanita.menulis batch-8. Pertanyaan ini saya ajukan terkait dengan rencana peluncuran karya buku perdananya.

Iya, untuk kali pertama, dirinya akan meluncurkan karya tunggal. Buku atas namanya sendiri sebagai penulisnya.

“Bagaimana perasaannya akan punya karya buku perdana?” tanya saya.

Tidak diduga. Tidak disangka. Tidak pakai saus, tidak pakai sambal juga tidak pakai kol, ternyata jawabannya panjang. Sepanjang jalan kenangan.

“Terharu, senang, bangga,” katanya. Serta berderet jawaban lain, yang mengalir seperti sungai Bengawan Solo. Deras.

Baca tulisan lainnya : @wanita.menulis

Saya ikut bahagia mengetahuinya. Namun, ada beberapa jawabannya yang menarik perhatian saya. Tidak berlama-lama, saya langsung meminta izin agar diperkenankan untuk menceritakannya. Menjadi sebuah tulisan di sini, di website ini. Tulisan yang sedang Anda baca.

Saya tahu, juga tempe. Bahwa rata-rata wanita yang mengikuti kelas @wanita.menulis adalah mereka yang memendam rasa. Galau. Ada yang berkecamuk di dalam hati mereka. Entah karena pengalaman yang sedang berlangsung, atau cerita usang yang belum sepenuhnya dibuang. Menyesakkan.

Begitu pula dengan wanita ini. Ada keresahan dalam dirinya.

Namun saya patut merasa bangga. Bila ada seseorang yang menyadari bahwa menulis dapat dijadikan cara penguatan. Untuk melegakan jiwa, serta mengobati perih hati yang terluka. Juga sebagai media pembuktian diri, yaitu dengan lahirnya karya.

Seperti yang diucapkannya,  “Saya punya cara untuk membalas dengan lebih cantik dan elegan. Yaitu menulis!”

Sumber : Data Pribadi

Di ujung percakapan, dirinya berterima kasih. Mungkin berterima kasih atas pendampingan menulis yang saya lakukan untuk karya bukunya. Entahlah.

Namun secepatnya saya jawab, “Sayalah yang seharusnya berterima kasih. Sebab Mbaknya telah mau belajar untuk menulis. Tetaplah kuat dan teruslah menulis!”

Perbincangan pun berakhir. Tepat setelah cicak bedebah menjatuhkan e’eknya di jidat saya yang sedang rebahan.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.