Asal Kata “Hidung Belang”

“Coretan di kulit putih Pieter membuat hidungnya terlihat belang-belang. Semakin tampak jelas ketika kepalanya menggelinding ke tanah dan dilihat ratusan warga Batavia.”

Saat itu abad ke-17.  Tepatnya tahun 1629.  Jenderal Jan Pieterszoon Coen masih menjabat sebagai Gubernur Kota Batavia, Hindia Belanda.

Si Om Jan ini punya putri angkat. Dengar-dengar, katanya sih bahenol. Namanya Sara, yang naksir berat sama cowok serdadu kelas kopral bernama Pieter.

Sebenarnya, Pieter adalah salah satu anggota serdadu yang didatangkan dari Belanda. Peraturan mereka kala itu, serdadu yang dikirim bertempur, enggak boleh bawa istri. Sehingga mungkin, jadilah si Pieter LDR-an sama bininya yang ditinggal di Belanda.

Syahdan, kisah cinta dua kasta berbeda antara Sara dan Pieter semakin buta. Gelap. Sampai mereka berani melakukan sanggama di luar nikah. Mungkin karena gelap, ya. Pieter jadi salah meraba dan seolah lupa, bahwa bininya di Belanda sedang merindukannya. Sambil jualan apem di sana.

Celaka buat Pieter. Saat dirinya sedang mantap-mantap alias sanggama dengan Sara di bawah pohon jengkol, eh, kepergok sama serdadu lainnya. Kebetulan serdadu itu sedang lewat, mau cari undur-undur, katanya. Maka kagetlah Pieter. Sebab pas mau crot, eh, malah ketahuan. Kasihan.

Kabar persanggamaan itu sampai juga ke telinga si Om Jan Pieterszoon Coen. Murkalah sang gubernur. Doi marah besar. Gebrak meja, sampai kumisnya mau lepas.

Pieter pun disidang. Putusannya adalah menerima hukuman mati. Penggal kepala. Sebab telah berselingkuh dari istrinya yang ada di Belanda. Ditambah nekat icip-icip kegadisan putri gubernur pula.

Sebelum hukuman dilakukan, sang gubernur  yang merasa telah dipermalukan oleh serdadu kaleng-kaleng, lalu mencoreng hidung Pieter dengan arang. Agar Pieter terlihat hina karena perbuatan cabulnya.

Coretan di kulit putih Pieter membuat hidungnya terlihat belang-belang. Semakin tampak jelas ketika kepalanya menggelinding ke tanah dan dilihat ratusan warga Batavia.

Nah, sejak saat itu, istilah “hidung belang” menyebar. Serta dipakai untuk menyebut pria genit atau yang sering main perempuan.

Demikianlah tiang jemuran menuturkan.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.