Mengumbar Aib dalam Karya Buku?

“Hidup cuma sebentar, terlalu sia-sia jika akan dihabiskan untuk menjadi seorang penakut termasuk takut dalam menulis!”

Saya kerap mendapat pertanyaan ini dari para peserta menulis, baik di Kelas Wanita Menulis, Kelas Perempuan Menulis, dan Kelas Bu Guru Menulis.

“Mas Radit, kalau kita menulis dengan jujur permasalahan yang kita hadapi baik masalah rumah tangga atau masalah lainnya yang berhubungan dengan orang lain, itu mengumbar aib atau enggak, sih?”

Saya jawab langsung di sini, “Ya tergantung sudut pandang masing-masing.”

Kalau berdasar sudut pandang saya, tentu saja hal itu tidak sedang mengumbar aib. Melainkan sedang berkarya dengan jujur demi menyampaikan fakta dan realitas yang ingin diungkap ke dalam sebuah karya buku. Jadi, hal itu bukanlah mengumbar aib, melainkan sedang berkarya.

Kejujuran dan keberanian sangat penting dalam menulis. Hal ini, demi melegakan diri serta menumbuhkan jiwa yang merdeka dalam menulis, tidak ada ketakutan yang menghalangi. Kalau masih ada ketakutan, maka akan selalu terbelenggu tidak merdeka dalam menulis selanjutnya.

Lagian, hidup terlalu singkat untuk dihabiskan oleh ketakutan. Sudah sepanjang hidup tersiksa, terkekang, giliran mau memerdekakan diri melalui karya, masih takut juga. Ya, lebih baik tidak perlu mengungkapkan rasa melalui tulisan. Terus saja dipendam.

Pembaca tidak akan benar-benar peduli dengan masalahmu yang kamu ungkap dalam tulisanmu, kok. Mereka punya masalah sendiri.

Hanya saja, dirimu lebih hebat, karena berani melegakan diri melahirkan karya yang berarti, yakni buku. Dan mengisahkan pada dunia, apa yang terjadi pada dirimu. Sedangkan mereka, masih belum seberani kamu.

Melalui karya buku yang kamu tulis, dirimu sedang speakup. Masa, speakup harus ditahan-tahan, sebagiannya diungkap, tetapi sebagiannya lagi ditutupi? Tanggung sekali. Lebih baik tidak perlu speakup sama sekali. Iya, kan?

Dan lagi, seterkenalnya siapa pun penulis di planet ini, tidak ada satu pun yang benar-benar bisa menyenangkan hati pembaca. Akan selalu ada yang tidak menyukai tulisannya. Namun, akan banyak juga yang menyukainya. Jadi, fokuslah pada yang menyukai tulisanmu saja. Bukan takut akan ada yang tidak suka, sebab hal itu pasti ada. 

Bisa jadi ada yang mengatakan dirimu membuka aib, tetatpi bisa jadi ada juga yang mengatakan bahwa dirimu adalah penulis yang berani dan hebat. Nah, yang mana yang akan kamu dengarkan? Tentu yang positif, kan? 

Lagian, tulisan akan menemukan takdirnya sendiri, akan menemukan pembacanya sendiri, yakni mereka yang menyukai tulisanmu.

Memikirkan orang lain dalam hal ini pembaca yang akan membaca tulisanmu, itu tidak akan ada habisnya. Yang harus kamu pikirkan adalah dirimu sendiri. Sudah lega atau belum? Sudah jadi pemberani atau belum? Sudah bangga pada kemampuan diri atau belum? Sudah tersampaikan semuanya melalui tulisan atau belum? Fokuslah pada dirimu. Sebab, ada miliaran manusia di planet ini, masa harus kamu dengarkan satu per satu, meledak nanti kepalamu.

Yang perlu kamu pikirkan adalah bahwa dirimu ternyata mampu menulis buku. Sering saya sampaikan di kelas-kelas, bahwa untuk kesempurnaan, nanti bisa dilakukan dalam karya-karya selanjutnya. Karena tidak ada satu pun penulis ternama, yang karya pertamanya langsung sempurna.

Percayalah, ketakutanmu hanya ada di dalam kepalamu saja. Nanti kalau sudah memegang fisik bukunya, semua ketakutan itu akan hilang sirna, yang ada hanyalah kebanggaan bahwa kamu mampu menulis buku.

Coba, jawab beberapa pertanyaan ini.

Saat dirimu sedang konseling curhat ke konselor menceritakan lengkap dan jujur realitas rumah tanggamu, itu sedang mengumbar aib atau sedang konsultasi? Jawabannya, sedang konsultasi, bukan mengumbar aib.

Saat ada seorang wanita korban KDRT berbicara di depan deretan hakim sidang perceraian menceritakan lengkap dan jujur realitas rumah tangganya, itu sedang mengumbar aib atau sedang menuntut keadilan? Iya, jawabannya sedang menuntut keadilan, bukan mengumbar aib.

Saat ada wanita membuat laporan BAP di kantor polisi dan menceritakan semua peristiwa dengan lengkap atas tindak KDRT yang dia alami karena dipukul suami, itu sedang mengumbar aib atau membuat laporan BAP? Iya, jawabannya sedang membuat laporan BAP. Bukan mengumbar aib. Laporan BAP itu karya tulis juga, loh.  

Saat dirimu berniat menulis buku melalui kelas menulis dengan tema melegakan diri lantas kamu memaparkan semua yang terpendam agar merdeka dan tidak menjadi beban perasaan lagi, itu dirimu sedang berkarya atau mengumbar aib? Tentu saja, dirimu sedang berkarya menulis buku berdasar kenyataan kisahmu. Bukan mengumbar aib. 

Yang perlu dibenahi dan diubah di sini adalah pola pikirmu, bukan karyamu. Yang perlu dibatalkan dan dihilangkan adalah ketakutanmu, bukan tulisanmu.

Jadilah wanita merdeka yang pemberani dalam segala hal, termasuk berkarya dan menulis. Hidup cuma sebentar, terlalu sia-sia jika akan dihabiskan untuk menjadi seorang penakut termasuk takut dalam menulis.

Think smart!  

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.