Jangan-Jangan Dirimu Sedang Menghina Tuhan?!

“Pohon jengkol juga tahu bahwa tidak ada yang bisa menyamai Tuhan. Makanya, jangan coba-coba membandingkan antara dirimu dengan-Nya!”

*****

Judulnya terasa provokatif, ya?

Sengaja, sih, agar dirimu mau membaca tulisannya. Perlu saya ingatkan, kita boleh berbeda pandangan tentang bahasan ini, tidak apa-apa. Biarkan saja tetap berbeda.

Oke, langsung saja.

Sejujurnya saya kerap bingung ketika membaca tulisan atau mendengar dirimu yang kerap mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Aneh, rasanya. Kok bisa, ya?

Bagaimana mungkin manusia tidak sempurna, sedangkan jelas-jelas Tuhan menyampaikan melalui firman-Nya, bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna. Kamu boleh perhatikan dua ayat di bawah ini:

Dua ayat tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya ciptaan. Manusia itu diciptakan oleh Sang Pencipta Yang Maha Sempurna, proses penciptaannya pun berjalan dengan proses yang sempurna, serta hasilnya pun dengan bentuk yang sebaik-baiknya sempurna.

Kok bisa, sih, ada yang berani-beraninya menyebut bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna? Tidakkah ini sedang menghina Tuhan, namanya?? Jangan-jangan dirimu pun sedang menghina Tuhan??

Sudah jelas-jelas Tuhan menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna, eh, malah manusianya menyebut dirinya tidak sempurna. Ini sedang meledek Tuhan atau bagaimana, ya?

Saya paham, bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk melakukan kesalahan, lupa, serta ada lemahnya. Namun, hal itu bukan berarti mengurangi apalagi menghapus kesempurnaan yang dipunyai oleh manusia. Saya juga mengerti bahwa, adanya potensi kesalahan, kelemahan, dan lupa inilah yang kerap dijadikan dasar olehmu untuk mengatakan bahwa manusia makhluk tidak sempurna.

Sepertinya dirimu sedang berpikir terbalik. Begini, sifat lupa dan salah yang ditempatkan pada diri manusia, justru merupakan bagian dari kesempurnaannya. Namanya juga manusia, tempat lupa dan salah. Justru kalau tidak memiliki sidat lupa dan salah, ya, tidak layak untuk disebut manusia, mungkin tiang listrik. Ini kan ibarat angka “10” (sepuluh), harus ada angka “0”-nya. Sebab, jika tidak memiliki angka “0”, ya bukan sepuluh namanya. Sesederhana itu.

Demikian pula dengan kelemahan yang dimiliki manusia, itu juga bukan berarti bahwa manusia tidak sempurna. Justru adanya kelemahan itu, maka sangat manusia sekali. Makanya ada istilah manusiawi.

Kelemahan, sifat pelupa, dan potensi melakukan salah memang menjadi bagian yang diciptakan untuk menyempurnakan manusia. Bukan malah diartikan sebagai penyebab untuk mengatakan bahwa manusia tidak sempurna.

Dari penciptaan sifat lemah pada diri manusia, bisa jadi Tuhan ingin agar manusia belajar sesuatu. Misalnya, agar manusia selalu sadar bahwa Yang Kuat dan Maha Kuat hanyalah Tuhan. Dari sifat pelupa yang dilekatkan pada diri manusia, pun bisa jadi Tuhan ingin agar manusia memahami bahwa yang tidak pernah lupa itu hanya Tuhan saja. Pun, dari kesalahan-kesalahan, bisa jadi Tuhan ingin agar manusia belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan agar bisa terus melangkah ke depan. Bisa jadi juga, agar manusia memahami bahwa sebanyak apa pun kesalahan yang dilakukan, ada Tuhan Yang Maha Pemberi Ampunan.

Adanya sifat lemah, pelupa, dan tempat salah itu bukan berarti dapat dikatakan bahwa manusia tidak sempurna. Wong, sudah jelas-jelas Tuhan menyatakan bahwa manusia itu ciptaan-Nya yang paling sempurna, kok. Bagaimana, sih, kamu?!

Tapi, kan, “Kesempurnaan hanya milik Tuhan?”

Hei!

Siapa kamu berani-beraninya membandingkan dirimu dengan Tuhan??

Pohon jengkol juga tahu bahwa tidak ada yang bisa menyamai Tuhan. Makanya, jangan coba-coba membandingkan antara dirimu dengan-Nya. Jika ingin mengukur kesempurnaan manusia, ya pembandingnya adalah makhluk lainnya. Bukan dibandingkan dengan Tuhan yang notabene adalah pencipta kita. Ngawur!

Jangan pernah lagi mengatakan bahwa manusia tidak sempurna. Ini menghina dan merendahkan Tuhan, namanya. Iya, manusia tempat lupa, salah, dan dosa. Namun, tidak berarti mengurangi atau menghapus kesempurnaan yang ada dalam dirinya.

Lagian, bangga banget sih menyebut dirimu sendiri tidak sempurna? Bukankah hal itu justru akan memberikan afirmasi negatif pada dirimu sendiri, sehingga melemahkan potensi-potensi diri yang kamu punya??

Iya, manusia banyak dosanya, tempatnya lupa dan salah, tetapi manusia tetap sempurna. Ciptaan dan makhluk paling sempurna. Akan selalu seperti itu. Bukan saya yang bilang, Tuhan yang menyampaikannya!

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.