Dilema

“Kamu pikir, ini tidak menjadi dilema bagiku? Ketika aku harus mengambil keputusan yang terasa sangat sulit itu. Mempertahankanmu dalam hidupku, atau melepaskanmu untuk berlalu!”

Kamu pikir ini mudah untuk ku??
Tidak!

Pilihan ini tak semudah seperti yang kau pikirkan. Bahkan dirimu tak pernah tahu, bahwa aku berpikir sangat keras dalam mengambil keputusan itu.

Percayalah, meski hadirmu di saat yang tak tepat tapi kau telah merasuki organ tubuhku. Bersemayam di sana, bersama hembusan nafas usang yang mungkin oleh sebagian besar orang telah dibuang. Tapi aku masih cukup baik dengan mempertahankanmu. Setidaknya sampai sejauh ini!

Oh, please jangan!

Janganlah kau pikir diriku tak memikirkan hari depanmu saat jauh dariku. Bahkan andai kau tahu, kupikirkan semua itu dengan saksama. Seperti apa dirimu tanpaku nantinya.

Terlintas dalam bayanganku, dirimu akan mengarungi perjalanan kisahmu seorang diri nanti. Menguap bersama panas matahari. Atau hanyut dalam sisa-sisa kering air selokan. Terbawa dalam aliran riak kecilnya, melintasi gundukan-gundukan tembok septictank, laksana daun rapuh yang hanyut terbawa arus sungai menuju lautan. Maafkan aku, but sorry to say, kamu akan terombang-ambing!

Bahkan kupikirkan juga bagaimana jika nanti kau akan kedinginan di luaran sana. Kehujanan, enggak jaketan. Demam. Semua itu telah kupikirkan. Meski akhirnya, tak merubah apapun yang akan aku putuskan. Untuk melepaskanmu.

Hari ini. Tepat siang ini tatkala matahari panas dengan sinarnya, kuputuskan untuk mengambil langkah itu. Menjauhkanmu dari hidupku. Seterusnya. Selamanya.

Daripada kuharus hidup penuh dengan dilema. Antara keinginan untuk terus mempertahankanmu karena kasihan, tapi nyatanya dirimu makin membuatku tak nyaman. Atau, melepasmu dari hidupku meski sebagian jiwaku merasa eman-eman.

Kini, ku harus ambil beberapa lembar tissue. Kutenggak satu butir obat flu lalu segera melepaskanmu.

Selamat jalan ingus…
Maafkan aku yang penuh kekurangan ini. Jangan lupa sampaikan pesanku pada ikan-ikan di lautan. Itupun jika dirimu tidak menguap kepanasan. Atau terinjak oleh sandal jepit sepuluh ribuan.

Selamat jalan ingus…
Suatu hari kita berjumpa lagi. Semoga selamat sampai tujuan.

Dapat salam dari bulu-bulu dalam hidungku. Itu lho, sahabat karibmu.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.