Pentingnya Nenen!

“Jadi gini, sayang. Nenen mu itu besar sekali. Ups, sori.”

Maksud Abang, ASI-mu itu besar sekali manfaatnya untuk baby tralala kita nantinya. Ya, selain bermanfaat untuk abang juga sih.

Nah, karena besar manfaatnya. Makanya abang minta, nanti kalo baby tralala kita lahir, sebisa mungkin enam bulan pertama kita beri ASI aja ya. Jangan ada yang lainnya. Baru setelah itu, boleh dilanjut dengan pendamping ASI sampe minimal dua tahunnya.

Kalo enggak bisa?

Ya abang bantuin deh, supaya bisa. Dari inisiasi dininya, dan kalo perlu relaktasinya. Nanti abang buat dirimu supaya hepi terus. Sayuran dan gizi, juga daun katuk nya abang cukupi deh. Kalo perlu, untuk persediaan ASI cadangan nanti, abang bantuin memerahnya. Kan, sambil memerah, abang juga bisa sambil nyambi dikit. Sepeti pepatah, “Sambil menyelam, minum nenen.” Ehhh.

Sayang tau, kenapa abang minta agar enam bulan pertama baby tralala kita diberi ASI aja?

Jadi gini, Sayang. Bukan semata-mata karena gaji abang pas-pasan. Melainkan ada banyak yang lebih penting dari itu.

Sayang, pori-pori di dinding usus bayi sebenarnya baru akan tertutup lubangnya setelah berusia enam bulan sempurna. Nah sebelum enam bulan itu, pori-pori dinding usus bayi masih dalam kondisi terbuka.

Coba kamu bayangin, Sayang. Kalo pori-pori dinding usus itu masih terbuka, lalu baby kita mengkonsumsi selain ASI yang kita enggak pernah tau mengandung apa di dalamnya. Bisa bakteri, kuman dan kawan-kawannya.

Belum lagi kalo yang dikonsumsi itu ternyata tercemar oleh kotoran yang enggak terlihat diudara. Sehingga saat pori-pori itu mulai tertutup, di dalamnya telah mengendap kotoran maupun bakteri dan kuman yang abang sebutkan tadi. Gimana coba, serem kan?

Inilah alasannya, Sayang. Mengapa beberapa orang dewasa jadi lemah pencernaannya. Mudah sakit perut, lalu merembet kemana-mana. Sakit hati misalnya, karena ditinggal pacarnya. Ngook.

Sayang percayalah pada abang. Tuhan Maha Tahu kok, konsumsi apa yang terbaik untuk baby tralala kita. Ya ASI-mu itu. Yang juga kadang abang kenyotin itu, ehh.

Abang pernah berpikir begini, Sayang. Bahwa bukan tanpa alasan kenapa Tuhan membuat dadamu njendul seperti gunung begitu. Ada putingnya pula di atasnya. Hmm,..kaya nasi tumpeng dikasih kelereng di atasnya ya, Sayang. Keren.

Setelah abang renungkan dan bayangkan tentang putingmu itu, ternyata fungsinya juga tak kalah kerennya. Yaitu supaya cairan ASI dapat terhantar sampai masuk ke dalam mulut mungil baby tralala kita nantinya, tanpa terkontaminasi oleh udara. Steril-lah, istilahnya. Keren kan?

Tapi enggak perlu khawatir, Sayang.

Seandainya pun ASI terkontaminasi oleh udara ketika harus diperah. Percaya sama abang, bahwa di dalam kandungan ASI itu sendiri, memiliki antibakteri yang dapat menangkalnya. Menghalau bakteri asing yang coba berbaur di dalam cairannya. Tuhan Maha Keren ya, Sayang.

Dan terakhir. Coba pikirkan logika sederhana ini.

Para ilmuwan di pabrik susu formula itu, mereka dibayar dengan gaji besar, Sayang tau enggak apa yang mereka kerjaan ?

Kerjaan mereka itu, disuruh menciptakan senyawa-senyawa yang sama dengan yang dikandung oleh ASI. Tau apa maksud ucapanku, sayang?

Maksudnya adalah, ya karena mereka ingin produknya sesempurna ASI. Secanggih kandungan ASI mu itu. Makanya mereka mencoba terus berinovasi untuk menciptakan senyawa-senyawa yang menyerupai dengan senyawa-senyawa yang dikandung oleh ASI.

Dalam hal ini, ASI lah yang mereka contoh. Yang jadi acuannya. Yang jadi tren setternya. Karena ASI-lah yang paling sempurna.

Makanya mereka terus menciptakan senyawa-senyawa yang menyerupai senyawa yang dikandung oleh ASI. Demi kesempurnaan produk sufor mereka.

Oke, sekarang paham kan mana yang lebih sempurna, sayang? Sufor atau ASI? Tentu ASI-lah jawabannya. Karena ASI-lah kesempurnaan itu sendiri.

Baiklah, jadi sekarang sepakat bahwa nenenin itu penting, sayang? Nah, karena baby tralala kita belum ada, gimana kalo abang aja yang nen,..

“Plaaaak!”

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.