Poligami : “Karena di Surga, jadi enggak asik jika tanpamu di sana!”

“Sayang, semoga kita kembali bertemu di surga. Karena hanya namamu yang akan kucari di sana,..”

Pret!

Di dunia aja situ sudah mendua, mentega, margarin. Apalagi di sana yang katanya banyak bidadarinya. Di sini aja situ enggak mampu menjaga kesetiaan pada satu istri aja. Apalagi di sana yang katanya banyak bidadari mulus, sampe lalet aja kepeleset kalo menclok di kulit kinclongnya. Katanya.

Situ itu kan tokoh publik. Saban hari ngemeng dogma agama dan Tuhan. Mbo’ ya enggak usah ngasih contoh bagaimana cara menyakiti seorang istri. Hanya karena urusan selangkangan yang enggak tertahankan lalu dibalut dengan alasan poligami.

Kasihanilah jama’ah-jama’ah mudamu yang nonton. Bingung nanti sama ajaran agamanya. Kowan, kawin, kowan, kawin di gedein. Malu sama sorban!

Rasul??!

Rasul, Rasul. Palak lu peyang!

Situh sama sandal jepit kudisan aja, mungkin masih terhormat sandal jepit. Kok mau nyama-nyamain diri dengan Rasul dan tugas KeRasulan Beliau. Banyak alasan KeRasulan kala itu yang mengharuskan Beliau berpoligami. Lha ente?!

Lagian situ lupa, bahwa Rasul pernah menduda selama lima tahun demi menjaga kesetian? Pernah monogami dengan hanya memiliki satu istri sebegitu lamanya meski Beliau bisa menikah lagi karena bejibun wanita yang mengantri?

Kalo bukan karena sebuah perintah Agung demi kejayaan Islam, mungkin Rasul lebih milih untuk menduda kale, selama hidupnya. Mungkin.

Ya iyalah, pikir aja. Dia itu Rasul lho. Baca ulang : R-A-S-U-L.

Pemimpin umat. Ganteng, kaya, mulia, pemimpin akhir masa. Baca tarikh, supaya tau gambaran kegantengan, kekayaan dan kemuliaan Rasul.

Andai satu jam, sehari, seminggu, sebulan, setaun setelah Khadijah meninggal Rasul mau menikah lagi, bukanlah hal yang sulit bagi Rasul. Wanita mana sih yang enggak mau jadi pendampingnya. Perempuan mana sih yang enggak ingin jadi istri pemimpin umat akhir zaman?

Tapi apa Rasul melakukan itu?! Enggak!

Dia lebih memilih menduda sekian lamanya. Sampai perintah poligami itu datang karena kondisi Islam kala itu. Baca ulang : KALA ITU. Bukan zaman now!

Mungkin ente terlalu lama di bengkel ketok jidat, sampe dahimu jadi item-item gitu. Sehingga lupa pada bagian saat Rasul menjaga kesetiaan hanya pada satu istri aja. Menduda!

Atau mungkin ikatan surbanmu terlalu kuat. Hingga otakmu mengkerut dan tak mampu berpikir lagi bahwa monogami adalah prinsip pernikahan yang sesungguhnya Rasul pertahankan. Hingga perintah KeRasulan itu datang untuk dilakukan. Poligami. Kala itu. Ingat : KALA ITU!

Berhenti bicara tentang dogma agama, jika menjaga hati seorang istri aja kamu belum mampu. Stop berteriak tentang ajaran Tuhan, jika menyakiti hati seorang istri masih kau lakukan.

Diam, lebih baik terus diam. Sambil sama-sama terus belajar memanusiakan manusia. Berpikirlah wahai pria-pria bersorban pecinta kawin. Semoga kita semua selalu waras.

Namun jika memang tak mampu menahan selangkanganmu yang menggelinjang itu, pelase, lepas dulu sorbanmu. Stop bikin malu agama gue!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

*) Catatan penulis :

Bidadari Surga : Kiasan, Sarkas, Metafora.

-Tulisan untuk para tokoh publik dan ustadz doyan kawin!

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.