Savitri & Ibrahim

“Sudah berapa banyak rasa syukur yang kita wujudkan dalam tindakan kebaikan?”

Bingung kan, bedain mana yang Savitri dan mana yang Ibrahim? Enggak usah bingung, perhatikan aja pada mata mereka.

Sudah dapat membedakan??

Okay, perhatikan sekali lagi mata-mata mereka dan temukan.

Temukan apa? Nama mereka??

Bukan. Tapi, temukan emanasi Tuhan di mata mereka!

Tidak sebegitu penting identitas mereka, gender mereka, asal mereka, suku mereka, warna kulit mereka, keriting rambut mereka, dan masih banyak hal tak begitu penting lainnya yang perlu kita kesampingkan lebih dahulu ketika melihatnya sebagai sesama manusia. Sebagai sesama makhluk-Nya.

Savitri dan Ibrahim adalah anak-anak muslim dari salah satu suku asli pedalaman Papua. Suku Kokoda, namanya. Saya gendong mereka dalam sebuah kunjungan kegiatan sosial ke pedalaman Papua Barat. Mereka dan sebagian teman-teman kecilnya tidak bersekolah, kekurangan pakaian, bahkan sebagian lainnya nampak kekurangan asupan gizi.

Kita di mana??

Iyes!
Sebagian kita ada di depan televisi dengan seporsi salad dan roti yang kadang terbuang. Bertebaran di ujung-ujung mall dengan pakaian mentereng yang kadang jika tak branded kita enggan memakainya. Berada di sudut café-café dengan kepulan asap sisha tatkala jam pelajaran sudah tiba. Sebagian kita berteriak agama, berteriak tentang Tuhan, tapi kadang buta di detik yang sama bahwa yang dekat di hadapan, ada yang sangat membutuhkan uluran tangan.

Benar sekali. Sebagian kita berada pada lintasan kesia-siaan yang membuat lena untuk berpikir tentang syukur atas apa yang kita terima. Yang kita punya. Itulah sebagian kita.

Tuhan Maha Adil dengan pengajaran-Nya, itu benar adanya. Dihadirkanlah makhluk-makhluk mungil Savitri, Ibrahim dan teman-temannya. Agar kita berpikir, agar kita bersyukur.

Hingga yang paling penting, agar kita berbuat untuk mereka, agar kita bertindak bagi mereka, sebagai bentuk rasa syukur. Sebagai bentuk kesadaran bahwa segala yang kita punya dari Tuhan, hanyalah sekedar titipan.

Melihat mata-mata mereka, rasanya seperti mendapat tamparan keras emanasi Tuhan melalui sebuah pertanyaan. “Sudah berapa banyak rasa syukur yang kita wujudkan dalam tindakan kebaikan?”

Kisah anjing kudisan penyelamatkan bayi aborsi dari tong sampah, mungkin lebih mulia dari kita. Para manusia hina!

Terima kasih Savitri, terima kasih Ibrahim. Izinkan kuangkat kalian dengan penghormatan pada gendongan tertinggi. Dari kalian, kami banyak belajar.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.