Allahu Akbar Itu Kecil!

Aku bertanya, “Apa yang kau tahu tentang kalimat takbir ‘Allahu Akbar’?” Jawabnya, “Kalimat takbir berarti ‘Allah Mahabesar’.”

 

Lalu aku bertanya lagi padanya, “‘Allah Mahabesar’ itu apa maknanya?”

Dia menjawab pelan, “Hanya Allah yang paling besar dari segala makhluk ciptaan-Nya.”

Aku tersenyum, berdiri lalu menjelaskan. Sedangkan lawan bicaraku, diam menyimak tepat di hadapan.

Ada hal lain yang harus kau tahu tentang “Allahu Akbar”.  Yaitu, selain bahwa hanya Allah-lah yang Mahabesar, tapi sadarilah pula bahwa kita itu sangat kecil. Sungguh kecil.

Sehingga, enggak perlu memiliki rasa “aku” di dalam diri.

“Itu semua bisa terjadi karena aku,..”

“Kalo bukan karena aku, enggak mungkin ada pertunjukkan itu.”

“Hanya akulah yang bisa menenangkanmu.”

“Tanpaku, kamu tidak akan seberhasil itu,..”

blablabla…begitu seterusnya rasa ‘aku’, dan semua itu sungguh tidak perlu.

Sebab, “aku” itulah yang akan menjadi bibit sombongmu. Dan tanpa sadar, engkau sedang bersaing dengan penciptamu.  

Ingat, kita itu kecil. Sungguh kecil. Hanya Dia saja yang Mahabesar dan berhak menyandang “Aku”-Nya.

Dikarenakan kita semua itu kecil, maka seharusnya, kita memahami hal lainnya. Apa?

Yaitu bahwa kita perlu saling membantu.

Sebagai sesama makhluk kecil, pastinya banyak memiliki kekurangan serta kelemahan. Maka sudah sepatutnya kita harus saling tolong menolong. Bahu-membahu dengan sesama. Tanpa pandang beda. Ya, karena kita semua sama. Yaitu sama-sama kecilnya. Seuprit!

Seharusnya, kita mau menolong tanpa peduli siapa yang akan kita tolong. Bersedia menerima bantuan, tanpa perlu melihat siapa yang memberi bantuan. Islam, Hindu, Kristen dan lainnya. Jawa, Batak, Sunda dan seterusnya. Tidak perlu mempermasalahkan semua perbedaan yang ada.

Yang kita perlukan hanyalah mengedepankan prinsip kemanusiaan. Saling memandang bahwa kita sama-sama manusia. Juga sama-sama makhluk kecil-Nya.  

So, Allahu Akbar itu memang kecil.

Maksudnya, kitalah yang kecil. Sekutil.  Mungkin kecilnya seperti upil yang dibelah miliaran belah. Seberapa kecilnya, entahlah.

Sedangkan Dia, akbar. Besar. Mahabesar. Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya. “Walam yakun lahu, kufuan Ahad.” 

Maka, hentikanlah takbir-takbirmu. Jika dalam dirimu masih ada setitik saja rasa “aku”.

Karena akan menjadi percuma akhirnya, saat kau berulangkali mengucapkan kalimat itu, namun masih ada “aku” di dalam dirimu. Percuma. Itu sama saja, dirimu sedang bersaing dengan-Nya.

*****

Tiba-tiba cermin terbelah.

Sebelum akhirnya, bayangan yang sedari tadi kuajak bicara, hilang entah ke mana. Mungkin merasa malu pada kesombongan. Yang selama ini melekat di dalam dirinya. 

Bayangan itu…adalah bayanganku sendiri.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,… 

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.