Penis

“Ajarkanlah pengetahuan seks sejak dini

dengan benar dan jujur.”

Suatu hari saya mendengar seorang ibu mengucapkan istilah “mamas” di hadapan putranya. Istilah itu digunakan untuk menyebut alat kelamin putranya tersebut.

Di tempat dan di waktu yang lain, saya main ke rumah seorang artis. Di sana, saya mendengar dirinya memanggil putra sulung kesayangan. 

And you know what, artis itu menyebut “mamas” juga. Semacam panggilan kesayangan yang merujuk pada kata “mas”.

Mendadak saya membayangkan, dong. Akan seperti apa jika mereka bertemu. Dalam acara arisan, misalnya. Dengan membawa putra masing-masing.

Saat si artis memanggil putra sulungnya, “Mamaaaas, sini. Jangan lari-lari sih. Nanti Mamasnya capek!” Pasti putra ibu yang satunya akan bingung bertanya-tanya sambil ngilu, “Kok mamas bisa lari-lari? Capek pula? Emang mamasnya enggak di dalam celana??”

Ajarkanlah pengetahuan seks sejak dini dengan benar dan jujur. 

Sebut penis jika itu penis, yaitu alat kelamin pria. Sebut vagina jika itu vagina, yaitu alat kelamin wanita. Jangan pernah menggantinya dengan kata lain, yang bisa membuat anak jadi bingung di kemudian hari.

Jangan ganti kata penis dengan lontong, otong, burung, perkutut dan lain-lain. Jangan ganti kata vagina dengan apem, serabi, roti, dan sebagainya.

Supaya anak paham sejak dini. Enggak bingung, penasaran, lalu mencari tahu jawabannya sendiri nanti. Berbahaya jika bertemu dengan seseorang yang enggaj bertanggungjawab dan memanfaatkan ketidaktahuannya. Berbahaya!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

 

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.