Sibuk Namun Ingin Menulis Buku?? Coba Baca Ini!

“Untuk sosok yang satu ini, jabatan dan kesibukan tidak membuatnya lupa untuk menulis. Sebab baginya, menulis merupakan ibadah!”

Ketika ada perbedaan pendapat tentang hijab, doi menulis buku “Jilbab Pakaian Wanita Muslimah”. Supaya banyak yang mengerti, bahwa hijab adalah urusan ikhtilaf.

Ketika melihat banyak perilaku menyimpang, doi menulis buku “Yang Hilang Dari Kita : Akhlak”.

Ketika kekerasan marak terjadi dan teroris marak di sana-sini, doi menulis buku “Islam yang Disalahpahami”.

Ketika orang sibuk melakukan segala cara demi mengejar jabatan, doi menulis buku “Al Maidah 51 : Satu Firman Beragam Penafsiran”.

Ketika banyak tuduhan fitnah yang dialamatkan kepada dirinya karena perbedaan cara pandang tentang Islam, doi menulis buku “Islam yang Saya Anut”.

Ketika tampak jelas perseteruan antar kelompok dalam Islam dan demi menyadarkan umat pentingnya persatuan, doi menulis buku “Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?”

Ketika ingin memberi nasihat dan bimbingan pernikahan kepada anak-anaknya dan banyak orang, doi menulis buku “Pengantin Alquran : Nasihat Perkawinan untuk Anak-anakkku”

Ketika ingin agar banyak orang tidak risau dalam pelaksanaan ibadah yang berbeda-beda, doi menulis buku “1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui”.

Ketika ingin agar Alqur’an semakin dicintai bukan sekadar untuk mengejar pahala, doi menulis buku “Membumikan Alquran”.

Ketika ingin agar semakin banyak yang memahami luasnya kandungan Al-Qur’an, doi menulis buku “Mukjizat Al-Qur’an”.

Ketika umrah, doi pun sempatkan diri untuk menulis tentang Nabi Muhammad saw. Menghabiskan waktu 6-7 jam untuk menulis. Dilanjut ketika di Madinah. Lalu di depan makam Rasul, doi sampaikan tulisannya, memohon izin langsung kepada Sang Nur, agar tulisannya itu mendapat berkah. Maka lahirlah buku “Membaca Sirah Nabi Muhammad”.

Bahkan ketika menjadi Duta Besar, doi masih sempatkan diri untuk menulis. Maka lahirlah buku fenomenal penuntun kegundahan permasalahan terkait pemahaman, yaitu “Tafsir Al-Mishbah”.

Baca tulisan lainnya : “Menderita atau Menjanda?”

Doi melahirkan karya buku yang enggak kaleng-kaleng. Generasi penerusnya pun bukan kacangan. Tercatat salah satunya yaitu Prof. Dr. Nasruddin Umar, MA., yang kini menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta.

Di tengah kesibukannya sebagai pendiri Pusat Studi Al-Qur’an yang menjadi rujukan dunia tafsir internasional, doi enggak pernah diam untuk terus berkarya. Berbicara lewat tulisan dan buku.

Kata-katanya penuh makna. Seorang profesor, kiai, ulama tafsir alumni Al-Azhar, yang gemar memilih diam sambil menulis untuk menyampaikan isi kepalanya. Ciri seorang cendekiawan sejati: enggak suka berisik, lebih senang berkarya.

Masih segudang karya buku lainnya yang terlalu banyak untuk ditulis di sini. Sebab, setiap tahun, tulisannya selalu doi terbitkan menjadi sebuah buku. Iyess, menulis sudah menjadi semacam ibadah baginya.

Melalui buku, doi menjawab berbagai persoalan manusia. Lewat buku, doi selesaikan konflik tanpa kekerasan. Dengan buku, doi menyanggah pendapat tanpa harus memberi cacian.

Buku-bukunya adalah respon atas pergolakan sosial kemasyarakatan. Yang selalu doi tulis, di sela segudang aktivitasnya.

Iya, beliau adalah Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A. Salah satu dari 500 tokoh muslim paling berpengaruh di dunia. Seorang akademisi progresif pengembang ilmu-ilmu Al-Qur’an. Baginya, jabatan dan kesibukan tidak pernah membuat dirinya lupa untuk menulis. 

Sedangkan kamu. Sesibuk apa, sih?

Sibuk update status di media sosial?? Atau, baru sekadar sibuk meeting lewat teknologi daring?

Oh, okay. Fine. Kamu hanya sibuk membuat alasan. Titik.

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.