Jadi Penulis Jangan Tolol!

Catat, ini Aksarapedia. Rumah belajar dunia kepenulisan yang berbeda, dari rumah mana pun yang pernah kamu masuki ke dalamnya. Dan ingat, jadi penulis jangan tolol, ya. Itu saja pesan saya!

*****

Sepanjang membaca tulisan ini, yang harus kamu lakukan adalah membuka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Bukan beropini sendiri, tanpa tahu ilmu dan makna kata sebagai dasar panduannya.

Ada yang salah dengan kata “tolol”? Tidak ada.

Termasuk kasar?? Tidak juga. Mungkin akalmu saja yang terlalu terkontaminasi oleh berbagai opini, sehingga menilai bahwa kata “tolol” itu kasar.

Menurut KBBI, “tolol” itu berarti “sangat bodoh”.  Apa itu “bodoh”?

Cek KBBI lagi. Di sana tertulis artinya “tidak lekas mengerti”, “tidak mudah tahu”, “tidak mudah untuk mengerjakan sesuatu”, “tidak memiliki pengetahuan”.

Selain itu, “tolol” juga diartikan “bebal”. Apa itu “bebal”?

Buka lagi KBBI-nya, “bebal” diartikan “sukar mengerti”, “tidak cepat menanggapi”.

Sehingga, jadi penulis jangan tolol. Ya, memang seharusnya jangan tolol.

Sebab, sebagai penulis dirimu jangan sampai jadi pribadi yang “tidak lekas mengerti”, “tidak mudah tahu”, “tidak mudah untuk mengerjakan sesuatu”, “tidak memiliki pengetahuan”, “sukar mengerti”, atau “tidak cepat menanggapi”.

Ada yang kurang santun dengan semua nasihat di atas? Tidak ada.

Kasar nasihatnya?? Pun tidak juga. Kecuali isi kepalamu tidak memahami maknanya. Serta hatimu telanjur baper isinya.

Kamu itu penulis. Acuanmu KBBI, bukan anggapan yang berkembang di sebagian masyarakat atau opini bapermu sendiri. Coba perhatikan kalimat dialog di bawah ini.

Seorang pencuri berteriak pada gerombolannya, “Gara-gara ketololan kalian, rahasia kita jadi terbongkar!!”

Apakah kalimat dialog yang disisipi kata “tolol” di atas adalah tulisan yang kasar?
Tentu saja tidak. Karena memang kata itu yang mungkin dianggap tepat oleh penulisnya, untuk digunakan dalam tulisannya. Dan sebagai pembaca, saya pastikan dirimu tetap baik-baik saja, meski ada kata “tolol” di dalam kalimat dialognya.

Kan, sudah saya bilang. Sebagai penulis, kamu jangan baperan. Pun harus kaya kosakata, paham makna, KBBI peganganmu, sehingga tidak terbelenggu oleh rasa takut terhadap kata ini dan itu.

Mau pakai kata ini takut, kata itu takut. Sehingga tidak leluasa dalam berkarya. Ujungnya, takut sendiri pada penilaian pembaca yang berakibat terbelenggunya kebebasanmu dalam memilih kata. Penulis, kok, tidak merdeka dalam berkarya. Berhenti saja jadi penulis!

Kata “tolol” itu termasuk kelompok adjektiva. Dalam KBBI ditandai dengan “a” berwarna merah. Sederhananya, adjektiva adalah kelompok kata yang menerangkan kata benda atau disebut nomina. Biasanya, adjektiva dapat digabung dengan kata “lebih” atau “sangat” yang mendahuluinya. Misalnya “sangat pintar”, “lebih besar”, “sangat tolol”, dan lain sebagainya.

Coba buka KBBI dan baca baik-baik artinya. Ada nilai atau kandungan kasar dalam kata “tolol” itu? Tentu saja tidak ada. Ada keterangan “kas” pada kata “tolol” di KBBI? Tidak ada juga.

Berbeda dengan kata “mampus”. Atau “koit”, “lonte”, “modar”, dan lain-lain. Kata-kata tersebut jelas ditandai dengan “kas” berwarna biru. Kependekan dari “kasar”. Yang menunjukkan bahwa kata tersebut memang termasuk dalam kelompok kata-kata kasar.   

Jadi, tidak perlu ajari saya tentang kesantunan di Aksarapedia. Apalagi untuk mendidik mereka yang malas dan kerap mengedepankan alasan dalam belajarnya.

Sebab, saya sangat tahu seperti apa dan pada siapa kesantunan harus diterapkan. Apalagi, jika kesantunan itu justru membuat anggota jadi pandai beralasan dalam belajarnya. Ini akan berbahaya. Karena jika dibiarkan dalam kubangan alasan dan kemalasan, maka sama saja saya membiarkan anggota masuk dalam jurang kegagalan.

Jadi penulis harus bermental kuat. Karena di luar sana, bukan kata “tolol” saja yang mungkin akan kamu terima. Ingat, sebagian pembaca dan warganet kita itu mahabenar opininya. Jutaan cacian dan makian sesungguhnya, bisa saja kamu terima. Jika baperan, maka saya khawatir semangatmu dalam berkarya akan mati akhirnya.

Lagian, tulisan itu tidak ada intonasinya. Coba telepon saya, pasti kita akan tertawa-tawa. Meski dirimu telah saya tolol-tololi, sebelumnya. Apalagi, dirimu tidak pernah tahu, andai “tamparan tolol” itu jangan-jangan saya sampaikan dengan penuh cinta. Demi terwujudnya kesuksesan belajarmu di ujungnya.

Dosa itu urusan saya dengan Tuhan, sehingga dirimu tidak perlu sibuk memikirkan. Pun penilaian buruk orang lain terhadap saya yang timbul karena kata yang saya gunakan, itu juga tidak usah kamu risaukan. Sebab saya sendiri, tidak pernah buang waktu untuk memikirkan.

Yang menjadi urusanmu dengan saya di Aksarapedia adalah bagaimana saya mengulitimu agar terbebas dari rasa malas. Serta kebiasaan banyak alasan. Demi terus mencambukmu, mendampingimu, serta memastikanmu mencapai kesuksesan sebagai penulis di masa depan. Tidak lebih.

Catat, ini Aksarapedia. Rumah belajar dunia kepenulisan yang berbeda, dari rumah mana pun yang pernah kamu masuki ke dalamnya. Dan ingat, jadi penulis jangan tolol, ya. Itu saja pesan saya!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.