Apa Itu Social Engineering?

“Tentang social engineering ini, semoga menjadi perhatian kita semua. Sebab, banyak sekali di antara kita yang belum memahaminya.”

Entah ini tulisan siapa, saya peroleh dari sebuah lini media. Enggak ada nama penulisnya, tapi sangat patut untuk dibaca.

Sebenarnya, sudah lama saya ingin menulis tentang social engineering ini. Eh, kebetulan sekali sudah ada yang menulis dan memberikan contohnya.

Sengaja saya salin dan terbitkan di sini secara utuh. Tanpa sedikit pun mengubah isinya. Paling, hanya mengedit tata tulisannya agar enak dibaca.

Tentang social engineering ini, semoga menjadi perhatian kita semua. Sebab, banyak sekali di antara kita yang belum memahaminya. Sehingga cenderung menjadi korban karena ketidaktahuan. Ditambah lagi, sebab besarnya rasa pekiwuh atau aura iba dan kasihan pada lawan bicara.

Semoga tulisan ini membuat kita lebih aware akan pentingnya berhati-hati dan mawas diri terhadap orang yang enggak dikenal. Enggak serta merta mengedepankan rasa iba saja.

Dan semoga penulisnya, mendapat kebaikan dari apa yang telah dituliskannya.

Selamat membaca!

Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Sebulan lalu saya mengantar istri ke sebuah gerai ATM Kantor Cabang bank langganan kami di Cinere untuk mengambil Uang. Setiba di tempat tujuan, istri turun terlebih dahulu sementara saya memarkir mobil.

Ketika saya menyusulnya masuk ke dalam gerai ATM, saya lihat istri saya tengah bercakap dengan dua orang lelaki yg tidak kami kenal. Saya menghampiri mereka diam-diam sembari mendengarkan percakapannya.

“Jadi begini bu,” ujar salah seorang di antaranya, “saya mau transfer uang ke saudara, namun ATM saya ketinggalan. Saya cuma minta tolong ibu untuk mentransfer dua juta ke nomor rekening ini dan uangnya saya ganti sekarang juga, ini sudah saya pegang.”

“Wah maaf saya tidak bisa membantu Anda,” sahut istri saya.

“Kenapa, Bu?,” tanya salah seorang di antara mereka dengan nada suara meninggi, “Ibu tidak percaya kepada kami?”

“Ya, saya tidak percaya kepada kalian,” sahut saya tegas sembari mendekati Istri. Kedua orang itu menoleh.

“Bapak siapa? Tak usah campur tangan urusan orang Pak.”

“Dia istri saya. Kalian mau apa? Saya tidak percaya kepada kalian. Dan kalau tetap memaksa, akan saya suruh orang ramai di luar sana menangkapmu.”

Mereka berdua tampak keder. Kemudian bergegas keluar & menyengklak motornya tanpa menoleh lagi.

Hari Selasa kemarin untuk suatu urusan, saya musti terbang ke Balikpapan. Seperti biasa saya selalu berangkat beberapa jam sebelumnya ke bandara, untuk menghindari kemacetan.

Saat saya hendak check in, orang yang sedang proses check in di depan saya tampak agak kebingungan dengan barang bawaannya. Cukup banyak sehingga melampaui batas yang diperkenankan. Ia kemudian menoleh ke arah saya dan berkata meminta bantuan.

“Pak, saya lihat bawaan bapak sedikit,” katanya sembari menatap saya, “bisakah saya menitipkan kopor saya kepada Bapak?”

Saya langsung menggeleng.

“Maaf Pak, saya tidak bersedia,” jawab saya tegas.

“Kenapa, Pak? Bapak tidak mempercayai saya?”

“Bagaimana saya bisa percaya, Bapak? Kenal saja tidak. Pun jika ternyata bagasi bapak itu berisi barang berbahaya, nantinya di manifest penerbangan akan terdaftar atas nama saya. Sayalah yang akan berurusan dengan polisi, bukan Anda.”

“Terus saya harus bagaimana?”

“Itu masalah Anda, bukan urusan saya. Lagipula masih ada solusinya, kok. Bayar saja biaya kelebihan bagasinya.”

Saya lihat counter check in sebelah kosong. Petugasnya mengangguk kepada saya. Segera saya bergeser ke sana, mengurus check in dan beranjak masuk ke Lounge.

Baca tulisan lainnya : Jangan Pelit Menulis Pesan!

Ada juga seorang ibu ingin ke toilet dan menitipkan anak atau bayinya kepada kita. Sebaiknya kita jangan menerima. Sebab bisa saja ibu tersebut akan membuat alibi bahwa kita telah menculik anaknya dan sudah siap dengan skenario yang didukung oleh beberapa orang di sekitarnya yang enggak kita ketahui.

“Ibu kok gak mau nolong sebentar saja. Saya mau ke toilet, masa bayi dibawa2, apa ibu tega pada saya?”

Nah, ketika kita gelagapan tidak mau, gak enak dll. Biasanya skenario akan mereka mainkan.

Atau ada yg minta tolong membelikan minum atau butuh uang receh. Jangan mudah memberi jika tidak kenal. Bisa saja nanti yang minta tersebut akan memberikan kita secarik kertas beriisi narkoba. Lalu tiba-tiba datang sebagian orang lain untuk menggerebek kita, seolah-olah dari petugas keamanan. Memaksa untuk menuruti mereka, menakut-nakuti dan ujung-ujungnya memeras dengan meminta sejumlah uang.

Itulah “Social Engineering.”

Sebuah teknik untuk memanipulasi dan mengarahkan perilaku seseorang atau sekelompok orang dengan menggunakan kekuatan hipnotik bahasa, rasa rikuh pekewuh serta preferensi pribadi seseorang terhadap suatu isu.

Sejalan dengan kian berkembangnya teknologi, “Teknik Human Engineering” juga merembes kencang dalam dunia sosial media melalui berita-berita hoax. Oleh karena itu jangan heran jika dari tukang sampah hingga orang berpendidikan sangat tinggi, bisa terpengaruh karenanya.

Kata-kata seperti ini :

“Bapak gak percaya dengan saya ?”

Biasanya kita jadi sungkan karena takut menghina mereka. Lalu kita jawab :

“Bukan begitu…tapi…….”

Nah di saat itu, kita menempatkan diri kita di bawah mereka.

Harusnya langsung saja jawab :

“IYA…SAYA GAK PERCAYA KALIAN!”
Penjahat jadi tahu bahwa kita bukan orang lemah yang bisa dijadikan calon korbannya.

*)Penulis : tidak diketahui.

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.