Stop! Jangan Suruh Muridmu untuk Rajin Membaca!

“Kemalasanmu membaca, itu urusannya bukan dengan saya. Bukan pula dengan Aksarapedia. Melainkan dengan Tuhanmu sendiri!”

*****

Iya. Jangan pernah melakukan kebiasaan itu lagi. Yakni, menyuruh muridmu untuk rajin membaca.

Jangan lakukan pula pada anak-anakmu, keluargamu, tetanggamu, sanak saudaramu, dan orang-orang yang ada di sekelilingmu. Hentikan sikapmu itu. Jangan pernah lagi menyuruh mereka untuk membaca, selama dirimu sendiri tidak melakukannya. Membaca!

Sebab, sikapmu itu aneh. Tidak masuk akal. Menyuruh orang lain membaca, sedangkan untuk menyuruh diri sendiri saja tidak bisa.

Kamu tidak sadar, bahwa sikapmu itu sangat dibenci oleh Tuhanmu?? Sangat dibenci!!

Iya. Sikapmu yang enggan membaca namun menyuruh orang lain untuk melakukannya itu, urusannya bukan dengan saya. Bukan pula dengan Aksarapedia. Melainkan dengan Tuhanmu sendiri. Baca ulang: Tuhanmu sendiri!

 

“Kaburo maqtan indallahi antaquluu maalaa taf ‘aluun.”

“Sangatlah besar kebencian (murka) di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak dilakukan.” (QS As-Shaf : 3)

Damn!

Jangan-jangan, kamu baru tahu firman ini? Jangan-jangan, kamu juga tidak membaca kitab Tuhanmu sendiri?? Shit! Manusia beragama macam apa, Kamu?!

Baca tulisan lainnya : “Bahanya Kebiasaan Malas Membaca”

Menurut sebagian mufasir yang menjelaskan ayat tersebut, ada dosa teramat besar bagi mereka yang berbicara atau mengajari orang lain tentang suatu hal, padahal dirinya sendiri tidak melakukannya.

Dalam istilah Jawa, “Jarkoni”, sebutannya. “Gelem ngajar tapi ora gelem ngelakoni”, mau mengajari namun tidak mau melakukannya. Tidak mau mencontohi. Itu pun, jika tidak ingin saya sebut “Kaburo Maqtan”. Alias kelompok yang sangat dibenci oleh Tuhan, seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an. 

Sebaiknya, mulai detik ini, jangan pernah lagi berbicara tentang agama di hadapan saya, selagi dirimu belum rajin membaca. Jangan pernah berharap lagi tentang surga, sedang Tuhanmu saja membenci sikapmu dengan sangat murka.

Lagian, memangnya bisa masuk surga sedangkan ajaran-Nya saja tidak kamu praktikkan dengan sempurna? Kaffah, katanya? Hah!

Dirimu itu pendidik. Harusnya mampu mengajarkan dan memberi contoh yang baik. Bukannya justru gagal menjadi teladan, untuk gemar dan mencintai bacaan. Apa pun bentuk bacaan yang dituliskan.

Kutampar-tampar kemalasanmu demi rajin membaca. Demi mengingatkan juga, dengan penuh cinta.

Sebab ada kekhawatiran, jangan sampai salat dan ibadahmu menjadi sia-sia. Karena murka-Nya, yang tidak kamu sadari sebelumnya. Perintah membaca!

Paham ya, Bibi Lung?

 Kriiik,…Kriiik,…Kriiik,…

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.